Happy Reading!!!
***
“Raja?” menghampirinya untuk yang sekian kali dalam beberapa hari ini, Melody masih berusaha membujuk Raja untuk membatalkan pernikahannya.
Air mata sudah tidak terhitung lagi berapa banyak yang keluar, dan wajahnya entah sudah sekacau apa, sebab belakangan yang Melody pikirkan adalah Raja dan kabar pernikahannya, sampai Melody lupa berapa malam ia tidak tidur karena terus menghubungi serta berusaha menemui Raja, entah di apartemen atau merecokinya di kantor.
Bahkan Melody sudah tidak lagi peduli dengan pekerjaannya. Tidak peduli tatapan serta cibiran orang-orang. Karena yang penting baginya adalah Raja.
Delapan tahun ia mengejar, bertahan meski kalimat pedas yang selalu di dapatkan. Melody tidak sekali pun berpikir akan memiliki ending seperti ini. Karena yang Melody tahu, Raja akan berakhir bersamanya, mengucap janji suci atas namanya, dan bahagia bersamanya. Bukan seperti ini. Bukan berdamping dengan perempuan lain yang bahkan keberadaannya tidak pernah Melody ketahui.
Selama ini Raja tidak terlihat dekat dengan siapa pun. Tidak pernah terdengar berhubungan dengan siapa pun. Membuat Melody percaya bahwa dirinyalah satu-satunya perempuan yang mencintai pria itu. Namun angannya pupus begitu kabar pernikahan Raja muncul di berbagai media. Dengan persiapan yang nyaris sempurna. Membuktikan bahwa pernikahan yang akan berlangsung telah melalui rencana yang matang. Tapi, bagaimana bisa?
“Batalin Ja,” melas Melody menggenggam erat jemari Raja yang berhasil diraihnya. “Please, batalin. Jangan nikah sama dia, Raja, jangan!” dan Melody tidak peduli jika banyak yang menyaksikan apa yang dilakukannya. Ia hanya ingin Raja. Melody hanya ingin pernikahan itu tidak pernah ada jika bukan dirinya yang menjadi mempelai wanita.
Egois! Melody tidak peduli. Yang ia butuhkan hanya Raja. Belahan jiwanya yang begitu dia damba. Secuek apa pun Raja, sepedas apa pun kalimatnya, Melody tetap mencintai pria itu segini dalam. Bisa bayangkan bagaimana jika Raja bersikap lembut?
“Please, Ja …”
“Berhenti minta gue melakukannya, Mel. Karena itu percuma. Pernikahan gue akan tetap berlangsung di hari yang sudah di tetapkan. Dan stop permaluin diri lo seperti ini, Molody! Jangan jadi perempuan yang tidak memiliki harga diri. Itu menjijikkan asal lo tahu! Lebih baik sekarang lo pergi dan jangan temui gue lagi.”
“Raja!” tegur Ervan tajam. Benar-benar tak menyangka kalimat kejam itu akan diloloskan Raja di depan banyak karyawan yang menyaksikan. Sayangnya Raja tak peduli, karena baginya ia tidak salah meloloskan kata. Apa yang Melody lakukan sudah benar-benar menjijikkan. Bukan hanya mempermalukan diri sendiri, tapi juga berhasil mempermalukannya.
“Pergi Mel. Jangan buat gue makin muak liat lo.”
Namun Melody tetap menggelengkan kepalanya. Menolak menuruti apa yang Raja minta. “Gak bisa, Ja,” lirihnya begitu menyedihkan. “Gue gak bisa?”
Sayangnya Raja sama sekali tidak peduli. Wajah kacau yang kini menghiasi Melody tidak sama sekali membuat Raja iba. Laki-laki itu malah justru semakin tajam menghunuskan pandangan, sarat akan sebuah kebencian. Sementara Melody tidak hentinya menjatuhkan air mata.
“Kalau lo nikah, gue gimana, Ja? Gue gimana?” ujarnya bersama isak tangis memilukan. Yang seharusnya mampu membuat siapa pun kasihan. Tapi ternyata itu tak cukup membuat Raja gentar, karena di bandingkan meraih Melody untuk menenangkan, Raja malah justru memalingkan muka dengan gurat wajah semakin keras sarat akan sebuah kemarahan.
Ervan yang tak lagi sanggup melihat Melody semakin mengenaskan memilih segera menghampiri dan meraih perempuan itu ke dalam pelukan. Sebagai teman yang menyaksikan langsung perjuangan Melody dalam meluluhkan Raja, Ervan amat tahu bagaimana hancurnya perempuan itu sekarang. Dan Ervan merutuki kekejaman Raja pada sosok Melody yang terlanjur begitu mendamba. Padahal dulu Ervan sempat berpikir bahwa Raja akan berakhir tersentuh oleh usaha Melody yang tak pernah ada habisnya. Tak menyangka bahwa pria itu malah semakin menghancurkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody untuk Raja
General FictionCinta memang butuh perjuangan. Tapi apa masih harus bertahan di saat perjuangan itu bahkan tak di hargai? Melody lelah. Tapi dia tak ingin menyerah. Atau lebih tepatnya belum? Entahlah, karena yang jelas Raja terlalu Melody cinta sampai ia tidak ped...