1

41.5K 1.8K 103
                                    

"Jeno, jangan membuat Mommy marah. Kamu harus menikah! Usiamu sudah 22 tahun, di dalam tradisi kita di usiamu yang segitu kamu harus cepat mencari pasangan"

Taeyong tak habis pikir dengan anak bungsu nya yang terlalu sibuk mengurusi perusahaan keluarga nya alih alih mencari tambatan hati untuk menemani masa tua nya nanti.

Jeno sendiri juga sudah malas membicarakan hal ini dengan Ibu nya. Taeyong terlalu berlebihan.

"Mom, aku tidak peduli soal tradisi. Aku belum mau. Lihat saja Doyoung, dia bercerai dan di tinggalkan oleh istri cantik nya itu" cetus Jeno membela keputusannya untuk tidak menikah di usianya yang sekarang.

Yang mendengar cuman bisa merotasikan bola matanya malas. "Kerabat mu Mark sudah mempunyai kekasih, setidaknya cari kekasih Jeno" omel Taeyong.

"Mom, aku belum bisa membagi waktu ku hanya untuk sekedar memacari anak orang"

-

-

-

Malam itu hujan turun dengan derasnya, Jeno yang baru pulang kerja terpaksa harus mengendarai mobilnya di tengah suasana aneh ini.

Pukul sepuluh malam, jalanan tidak terlalu ramai dari biasanya, semua aktifitas luar beberapa sudah berhenti karena cuaca hari ini sangat buruk. Jeno yang sejak tadi fokus menyetir di kejutkan dengan melihat seorang anak kecil yang tengah berdiri di tepi jalan sembari memegangi payung berwarna kuning dengan kedua sisi yang memiliki telinga di atas nya. Pikachu?

Awalnya Jeno pikir anak itu tengah menunggu seseorang, tapi jalanan terlalu sepi. Dan lagi, tidak ada siapapun disana.

Menepikan mobil sport hitam nya. Jeno keluar untuk menghampiri anak yang berdiri disana.

"Permisi, kau sedang menunggu seseorang?" Jeno ragu untuk bertanya, namun melihat wajah pucat anak itu membuatnya sedikit iba. Udara malam sangat dingin, apalagi hujan sangat deras. Jeno tidak peduli dengan keadaannya lagi yang mulai basah.

Anak itu mendongak. "Papa???"

"Hee?"

Jeno diam sejenak. Sedang anak itu melepas payung kuning nya dan memeluk erat kaki jenjang Lee Jeno. Pria berusia 22 tahun itu tertegun karena anak ini memanggilnya dengan sebutan 'papa'.

Menikah saja belum!

"Hey bunny" Jeno menyetarakan tinggi di antara mereka. Baju keduanya sudah basah karena hujan yang deras, tetesan air hujan menetes dari poni anak itu. Dia tersenyum lebar, memamerkan gigi kelinci nya yang tertata rapih dan juga putih bersih.

"Um papa!"

Jeno menggeleng pelan. "Aku bukan Papa mu"

Dan seketika senyuman itu luntur dari wajah pucat nya. Anak yang tidak Jeno ketahui nama nya itu menangis histeris membuat Jeno terkejut bukan main. Segera ia menggendong tubuh anak itu dan membawanya pulang ke rumah.

Masa bodoh dengan orang-orang rumah yang akan mengatakan hal apa. Jeno tidak peduli sekalinya ini di sebut dengan penculikan.

Jeno tidak tau harus berbuat apa selain membawanya pulang.

"Huwaaaaa!!!! Paman jahat!!!" Teriak anak itu di dalam mobil Jeno.

"Ssttt, aku bukan orang jahat bunny"

Anak itu sibuk menyedot ingus. Hidung nya memerah, tidak sepucat beberapa menit lalu. Jeno mengusap pucuk kepala yang muda. "Tenang lah, aku akan membawamu pulang selagi kita menunggu kedatangan Papa mu"

Mendengar itu, anak yang duduk di sampingnya mengangguk singkat lalu tersenyum kecil.

Jeno agak sedikit tenang.

[ ✔ ] Petrictor - nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang