Pulang sekolah, Mafumafu kembali datang ke ruang guru untuk menghadap Soraru. Persis ia datang, Soraru juga sedang merapihkan tasnya. Melihat Mafumafu sudah berdiri di depan pintu, Soraru menoleh ke belakang.
“Shoose-san! Aku pinjam ruang konseling!”
Seorang guru yang di panggil Shoose mengacungkan ibu jarinya tanpa beralih dari laptopnya. “Oke!”
Soraru berjalan menghampiri Mafumafu. “Ayo.”
Mafumafu langsung mengekori Soraru dan berjalan mengikutinya sampai berhenti di depan pintu ruang konseling. Soraru masuk di susul Mafumafu yang menutup pintu rapat sebagai yang terakhir masuk. Mafumafu menoleh dan menatap Soraru yang sudah duduk di kursi seberang meja. Soraru menunjuk kursi di depannya. “Duduklah.”
Mafumafu menurut dan menarik kursi di depan Soraru. Mereka duduk berhadapan dan Soraru membuka percakapan. “Aku melihat datamu sebelumnya.”
Mafumafu mendadak tegang. Ia sangat tahu seperti inilah Soraru yang tidak akan pernah berhenti bertanya sampai kecurigaannya reda. Mafumafu mengepalkan tangan. Soraru membuka map dan Mafumafu bergantian. “Pertama, maaf menyinggung. Ini tentang keluargamu”
Mafumafu yang sudah mempersiapkan ini sejak lama tertunduk agak lama karena tak enak akan membohongi Soraru, orang yang seharusnya tidak dia bohongi. Tapi, demi menjaga keseimbangan ia harus mengikuti cara kerja logika di dunia ini. Mafumafu menelan ludah.
“Itu ... dulu, keluargaku agak di cap aneh karena memiliki ciri yang sama denganku, berambut putih dan simbol ... Ah, maaf, maksudku barcode ini. Jadi, kami agak sedikit terkucil di masyarakat. Saat aku kecil, mereka tewas karena kecelakaan. Dan ... Aku sering berpindah tempat asuh. Namun ... Aku tidak bersekolah. Jadi, aku mengambil inisiatif untuk mengumpulkan uang dan ikut sebuah bimbel sampai sekarang.”
“... Sendirian?”
“Eh, ya ... Tentu saja.”
Bagi Mafumafu, cerita ini adalah hal yang paling masuk akal dan bisa di terima oleh logika dunia ini. Tapi bagi Soraru, kisah Mafumafu adalah kisah paling menyedihkan yang pernah ia dengar. Sama sekali tidak terbayang di otaknya bagaimana seorang Mafumafu kecil berusaha dan bekerja keras seorang diri agar bisa menghidupi dirinya sendiri dan bisa mengikuti jenjang pendidikan. Sekarang ia mengerti mengapa tidak ada riwayat pendidikan apapun di formulir datanya namun ia bisa sangat cerdas dan memiliki nilai tinggi di seluruh mata pelajaran.
“Mafu,” Panggil Soraru. “Dimana kamu tinggal sekarang?”
“Apartemen 96Neko”
“Pindah dari sana. Mulai besok kau tinggal di tempatku,” Titah Soraru.
Mafumafu ternganga. “Eh!?”
“Sangat tidak aman seorang anak 17 tahun tanpa keluarga sepertimu hidup sendirian. Anggap saja aku mengangkatmu sebagai bagian dari keluargaku.” Soraru bangkit dari duduknya dan mengambil tas. “Pembicaraan kita selesai. Kau pulang dan bereskan barangmu. Akan kujemput.”
“Tunggu sebentar, Soraru-sensei! Mendadak banget—“
“Situasi di malam hari akhir-akhir ini sedang tidak bagus. Lebih cepat lebih baik.”
Mafumafu bangkit dari duduknya dan menatap Soraru yang membuka pintu. Apa dia sedang berhalusinasi? Apa baru saja Soraru mengajaknya tinggal seatap? Sungguhan?
Mafumafu sangat tidak menduga hal ini akan terjadi. Soraru menoleh. “Mau sampai kapan kau disana?”
“Eh, iya! Aku keluar sekarang!”
KAMU SEDANG MEMBACA
After the End || SoraMafu [ END ]
Fantasy❇️ Utaite Fanfiction❇️ Kerajaan telah hancur, perang telah usai. setelah tidak ada lagi yang tersisa, kemana dia harus pergi? Mafumafu, satu-satunya penyihir tingkat 10 di belahan dunia lain diberi kesempatan oleh takdir untuk hidup di dunia yang te...