Fanatic ( 1 )

285 41 9
                                    

Setelah para penumpang di kumpulkan untuk memberikan kesaksian, semua orang di perbolehkan pulang dari kantor tersebut. Soraru dan Mafumafu memesan taxi di pinggir jalan dan pulang dengan penampilan yang sudah sangat kusut. Begitu sampai, Mafumafu langsung di seret ke sofa untuk duduk. Soraru yang segera mencari kotak P3K di kamarnya, segera kembali beberapa menit kemudian dan langsung mengobati luka Mafumafu. Sebenarnya, Mafumafu sendiri bisa mengobati lukanya dengan mudah, hanya saja melihat Soraru sangat ingin mengobatinya membuatnya urung dan memilih untuk tidak mengobati lukanya sama sekali.

Apa mulai sekarang aku harus melukai diriku sendiri? Pikirnya tiba-tiba. Mafumafu tersenyum kecil.

“Kenapa kau malah senyum-senyum begitu?” Tanya Soraru.

“Yah, aku cuma gak mau menangis karena ini sangat sakit.” Kilahnya cepat.

Soraru menghela napas. Lalu memasang hansaplast di sudut bibir dan koyo di pipi lebam Mafumafu. “Setelah makan dan mandi, langsung istirahat. Jangan bekerja hari ini”

Wakatta.” Mafumafu menatap Soraru yang menutup kotak P3K dan meletakkannya di atas meja. Keduanya makan bersama tanpa ada lagi yang bicara dan pergi ke kamar masing-masing. Disana, Soraru langsung menjatuhkan diri di atas kasur dengan hp tergenggam di tangannya.

Untunglah hpku kembali ke tanganku. ia melempar hpnya ke dekat bantal dan menatap langit-langit kamar. Ia meremas Hanpen kesayangannya dan memeluknya erat. Aku gila, aku benar-benar gila.

Ia tahu bahwa kejadian di bus sudah selesai. Ia juga tahu semua masalah sudah teratasi. Tapi ia masih merasa marah karena tidak bisa melindungi Mafumafu bahkan saat dimana muridnya itu di tendang di depan wajahnya masih membuatnya kesal setengah mati. Ia mencengkram Hanpen kuat-kuat dengan manik birunya yang menyala terang.

Ia sangat tidak terima bahwa dirinya gagal melindungi Mafumafu.

Di saat yang sama, Mafumafu bisa merasakan gejolak amarah yang memancar dari Soraru sehingga ia kebingungan di kamarnya. Namun, ia tidak berani mendekat karena tahu seperti apa Soraru jika sedang marah. Karena itu, Mafumafu memutuskan untuk segera menyelimuti dirinya dengan selimut setelah mandi dan menyamankan diri di atas kasur.

Semoga besok pagi Soraru-san sudah baik-baik saja. Batin Mafumafu penuh harap.

Esok paginya, berita tentang bus itu langsung ramai dan menjadi topik hangat di sekolah. Bahkan Mafumafu pun langsung di kerumuni oleh Sakata dan yang lain di kantin yang penasaran dengan kejadian perampokan di bus.

“Lukamu itu jangan-jangan dari perampoknya? Kamu di pukul!?” Serbu Sakata.

Amatsuki langsung masuk gloomy mode. “Mau mampir ke penjara?”

Luz menyahut. “Ayo”

Shima langsung memukul bahu Amatsuki. “YANG ADA KAU BAKAL IKUT MASUK KE PENJARA! HENTIKAN NIAT BUSUKMU!”

Urata memainkan garpunya. “Aku penasaran kayak apa rasanya tangan ketusuk garpu.”

Senra melirik ngeri. “Urata, stop!”

“Gimana kalau pakai pisau buah aja?” Tanya Sakata polos.

“BISA KALIAN GAK NAMBAHIN MINYAK KE API?!” Hardik Kashitarou.

“MEMANGNYA SIAPA YANG LAGI BAKAR-BAKAR, HUH?!” Balas Sakata lebih keras.

Shima mengusap wajah, sudah lelah menanggapi. Senra juga sudah menggeser tempat duduknya. Mafumafu hanya tersenyum canggung melihat kerusuhan teman-temannya. Tadi pagi juga, Soraru masih agak kusut walau tidak lagi sangat marah seperti semalam. Ia tidak mengerti mengapa Soraru sangat marah, tapi ia bersyukur sekarang karena Soraru sudah baik-baik saja.

After the End  ||  SoraMafu [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang