Di ruang klub, Soraru terdiam begitu mendengar cerita dari Amatsuki. Sakata, Shima, dan Senra menatap dengan sangat memohon pada Soraru.
“Kita harus apa sekarang, sensei!?” Seru Sakata.
Soraru menatap. “Kita tidak bisa asal menuduh jika tidak ada bukti. Setidaknya, kita sekarang tahu bahwa gadis itu mengincar kalian, orang yang dekat dengan Kashitarou.” ia mengusap wajahnya. “... Astaga ... Anak-anak zaman sekarang makin gila saja.”
Amatsuki mengepalkan kedua tangannya dan menatap Soraru. “Jadi, kita harus menunggu sampai dia menyerang?! Kita bahkan tak tahu siapa yang ia incar hari ini! Itu bisa siapapun yang saat ini dekat dengan Kashitarou!”
“Siapapun yang sedang dekat-” Senra tiba-tiba tersentak di tempatnya. “...JANGAN BILANG--!”
Semua orang saling menatap untuk kemudian Soraru langsung pucat pasi. Memikirkan satu orang yang saat ini sedang bersama Kashitarou. “... Mafu!!”
Di dalam kelas, Mafumafu menoleh kearah pintu dan mengernyit. Barusan aku mendengar Soraru-san memanggil? Apa hanya perasaanku?
“Murid disana! Apa yang kau lihat di pintu!?”
Mafumafu yang kena tegur tersentak. Ia kembali fokus pada bukunya dan memerhatikan kembali guru yang menerangkan pelajaran. Tak lama kemudian, Sakata, Shima, dan Amatsuki masuk ke dalam kelas. Mereka langsung diperintahkan untuk duduk oleh guru. Sakata melirik Mafumafu yang menoleh kearahnya dan bertanya dengan tatapan. Sakata hanya membalas dengan anggukan dan senyum. Mafumafu ikut tersenyum dan menghela napas. Ia kembali pada bukunya dan tiba-tiba mendengar bisikan dari Amatsuki.
“Jangan pernah jauh dariku, Mafu-kun.”
Mafumafu menatap kaget. “Amatsuki?”
Amatsuki melirik. Tatapannya seakan menuntut persetujuan dari Mafumafu. Ia kembali menghadap ke depan dan tidak lagi mengatakan apapun. Mafumafu menatap agak lama sebelum akhirnya mengernyit dalam. Mafumafu kembali fokus pada bukunya dan berusaha bersikap seolah ia tidak mengetahui apapun.
Jam pelajaran selanjutnya, kelas 2-4 menuju ruang ganti untuk mengikuti kelas olahraga. Setelah semua berkumpul, guru olahraga itu menjelaskan bahwa sekarang mereka akan praktik lari halang rintang. Setelah pemanasan, para murid diberi kesempatan untuk mencoba dan belajar beberapa trik sebelum praktek di mulai. Mafumafu yang sedang menunggu giliran menatap sekitarnya gugup. Walau ia sudah tahu alasan mengapa teman-temannya sekarang bertingkah aneh, tapi tetap saja terasa tidak nyaman.
“Ano ... Sakata? Tidak mau duduk?” Tanya Mafumafu. Sakata yang berdiri di belakangnya merentangkan tangannya, memberi penolakan.
“No, thenk you!”
“Yang benar di bacanya thank you,” celetuk Shima.
“Iya itu.”
Amatsuki duduk di samping Mafumafu sembari memerhatikan sekitarnya sangat waspada. Mafumafu menghela napas pelan dan hanya mengulum senyum. Tiba-tiba dari tengah lapangan guru olahraga berteriak.
“HEI, MURID RAMBUT PUTIH, AMBIL SATU LAGI HALANG RINTANG YANG KURANG DI GUDANG!” Teriaknya.
Mafumafu yang tertunjuk langsung bangun. “HA’I!”
Di sampingnya, Amatsuki ikut bangun. Bahkan Sakata dan Shima hendak mengikuti Mafumafu.
“TIGA MURID DISANA MAU KEMANA?! BOLOS??”
KAMU SEDANG MEMBACA
After the End || SoraMafu [ END ]
Fantasy❇️ Utaite Fanfiction❇️ Kerajaan telah hancur, perang telah usai. setelah tidak ada lagi yang tersisa, kemana dia harus pergi? Mafumafu, satu-satunya penyihir tingkat 10 di belahan dunia lain diberi kesempatan oleh takdir untuk hidup di dunia yang te...