Selagi menyimak penjelasan guru di kelas, Mafu memutar pulpen di jarinya dan menopang pipi malas. Mungkin dari perspektif orang biasa, keadaan kelas saat ini sangat tenteram dan tenang dengan hanya suara guru dan ketukan kapur tulis. Tapi dari perspektif Mafu, ia bisa melihat beberapa roh menatap kearahnya. Bahkan ada satu roh yang saat ini menghalangi pandangannya sehingga menunduk adalah pilihan terbaik.
Ia yakin sudah menyegel sihirnya. Lalu kenapa hantu-hantu ini malah makin mengerubunginya?
“... dela ... Jendelaa ...!”
Mafu menghela napas. Sekarang apalagi?
“... Jendela ... Dia ... Akan jatuh ...!”
Huh? Mafu mengernyit dan menoleh kearah jendela. Menajamkan pendengaran, Mafu menangkap suara yang di geser terbuka dan mengenali bahwa itu adalah suara dari jendela di atasnya yang merupakan ruang kelas musik. Tapi seharusnya tidak ada kelas pagi yang membuka ruang kelas itu.
Tunggu, tidak mungkin kan!?
BRAAK!!
Membuka jendela segera, Mafu yang baru akan mendongak keatas terkejut oleh tubuh yang jatuh tepat kearahnya. Mafu langsung menangkap tubuh siswi yang jatuh dan hampir terbawa karena perbedaan bobot tubuh. Untungnya Luz yang duduk di depannya sigap membantu Mafu dan menariknya cepat ke belakang. Tentu saja hal ini segera membuat seisi kelas berteriak ketakutan dan menghampiri tempat kejadian.
Sang guru buru-buru mendekati kerumunan. “Apa yang terjadi!?”
Mafu menoleh kearah Luz. “Luz-kun!”
Tanpa bertanya lagi, Luz segera memeriksa siswi yang tidak sadarkan diri itu dengan menempelkan ujung dua jarinya ke dahi siswi itu. Kemudian turun ke sisi leher, dada, dan terakhir pergelangan tangan. Sedikit terbelalak, Luz berkata agak lirih.
“Dia kerasukan.”
“Apa? Kerasukan?” Mafu terdiam. Pikirannya langsung tertuju pada sosok roh yang ia lihat tempo hari.
Kejadian ini kembali menggemparkan sekolah dan Mafu kembali di panggil sebagai saksi. Hanya kali ini, ia tidak bisa berkata bahwa ia kebetulan mendengar seperti sebelumnya. Karena seisi kelas juga melihat dirinya membuka jendela sebelum tubuh siswi itu jatuh dari lantai 4. Yang artinya, ia harus memiliki alasan yang bisa diterima para guru yang saat ini duduk di depannya.
Di ruang BK saat ini, hanya ada dirinya dan 5 guru. Termasuk kepala sekolah dan guru yang tadi mengajar di kelasnya.
“Aku melihatnya sendiri tadi! Dia membuka jendela tiba-tiba dan tak lama kemudian tubuh siswi itu jatuh tepat kearahnya! Aku yakin dia pasti tahu sesuatu tentang kejadian ini!” papar guru itu.
“Di kesaksian kemarin, dia berkata kebetulan mendengar suara jatuh dari atap sekolah. Tapi jika memikirkan jarak antara atap dan lokasi gadis kemarin bunuh diri tidakkah itu aneh? Apalagi jika itu suara jatuh, perbedaan jarak antara atap sekolah dan atap gedung perpustakaan cukup jauh,” Papar guru yang lain.
Shoose dan Lon yang juga berada disana hanya diam. Menatap sedih Mafumafu yang duduk diam tanpa memberi perlawanan. Kepala sekolah yang sejak tadi diam kini membuka suara.
“Mafumafu-kun.” panggilnya.
Mafu menegakkan sedikit kepalanya. “... Ya?”
“Apa yang dikatakan Hazawa-sensei itu benar? Soal kamu yang membuka jendela dan menangkap tubuh siswi itu?”
KAMU SEDANG MEMBACA
After the End || SoraMafu [ END ]
Fantasía❇️ Utaite Fanfiction❇️ Kerajaan telah hancur, perang telah usai. setelah tidak ada lagi yang tersisa, kemana dia harus pergi? Mafumafu, satu-satunya penyihir tingkat 10 di belahan dunia lain diberi kesempatan oleh takdir untuk hidup di dunia yang te...