Shamanism (7)

166 39 3
                                    

Di depan cermin kamar mandi, Mafu menatap wajahnya yang masih basah setelah cuci muka. Meraba pipi kirinya, ia kembali teringat rencana yang di sampaikan Eve semalam.

Sebenarnya rencana ini mudah kok. Kita hanya harus melakukan pemurnian. Hanya saja mungkin untukmu ini akan sedikit berat mengingat dirimu bukanlah pendeta, tapi penyihir. Kau memang bisa melakukan pemurnian karena berkah dewa yang kau miliki. Tapi permunian kutukan dan pemurnian sihir gelap itu jelas berbeda. Kau paham kan?” Jelas Eve.

 

Mafu mengangguk. “Meski aku memang di berkahi, tapi sihirku bukanlah termasuk Holy Magic. Pemurnian memang sangat membebaniku.”

 

Luz melipat kedua tangannya. “Dulu ada teman kita yang Holy Knight merangkap pendeta suci, tapi sekarang kita tentu tak bisa minta bantuannya lagi.”

 

“Karena itu kita hanya bisa bergantung pada sihir pemurnian Mafu. Meski kadar persentasi sihir sucinya sedikit, semoga hantu Giga bisa dimurnikan.” lanjut Eve lagi.

Menegakkan punggungnya, Mafu mengusap pipi kirinya dan membuka segel. Menatap lamat barcode 8 baris yang bahkan dua garis diantaranya sudah tampak transparan. Meski begitu, ia tidak bisa diam saja di saat Soraru sedang diincar Kogeinu demi balas dendamnya. Sekeluarnya dari kamar mandir, Mafu tak sengaja melihat meja ruang tamu dan menemukan sepucuk surat disana. Membuka lipatan kertas, disana ada pesan dari Soraru.

“Aku pergi duluan, ada rapat pagi,” Katanya. Mafu mengangguk paham dan bergegas menuju meja makan dan sarapan. Di sela kegiatannya, Mafu teringat sesuatu.

“Oiya ... Hina-san kemana ya?”

Di tengah hiruk pikuk kota, hantu Hina melayang mengikuti Soraru dari belakang. Tidak ada maksud, ia hanya ingin kembali secepat mungkin ke sekolah jadi sekalian jalan saja. Sembari mengikuti Soraru, Hina memerhatikan guru yang selama ini ia kenal sebagai sosok yang paling jarang bicara, berekspresi masam, dan ketus itu ternyata punya sisi lembut yang terduga. Terutama saat melihatnya memperlakukan Mafu dengan lembut seolah Raja yang amat menjaga Ratunya.

Hal ini cukup untuk membuat gadis hantu itu teringat masa lalu, dimana ia mengetik oneshoot sang guru dengan berbagai love leaguage. Tapi setelah melihat sendiri, ia paham sekarang kalau Soraru justru memborong semuanya. Baik memberikan perhatian, waktu, dan menyalurkan perasaan cintanya tanpa ragu.

Lucunya, semua hal yang Soraru lakukan sangat persis dengan yang Giga katakan saat membual dulu. Dimana gadis itu mengaku sering di perlakukan dengan baik, di sayangi begitu dalam, dan sebagainya. Hina terkekeh, lebih tepatnya menertawai Giga dan juga dirinya sendiri yang hanya mengandalkan khayalan untuk menerka pribadi seorang Soraru.

Inginnya ia langsung pergi duluan ke sekolah karena tak ada fungsinya juga ikut naik bus dengan Soraru. Hendak berbalik meninggalkan halte, sebuah teguran membuatnya membeku di tempat.

“Sudah puas mengikuti?”

Menoleh kaget kearah sumber suara, Hina terhenyak mendapati Kogeinu berdiri tak jauh darinya. Senyum yang terukir di wajah pemuda itu membuat wajahnya yang pucat semakin pucat. Hina segera kembali ke sisi Soraru, namun hantu hitam Giga yang muncul dari punggung Kogeinu melesat lebih cepat menuju Soraru.

Disaat seperti ini si penyihir itu justru tidak ada!! Rutuk Hina.

DUUGHH!!

After the End  ||  SoraMafu [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang