Shamanism (9)

276 42 21
                                    

“Apa selama ini kau sudah ...?” tanya Mafu setengah tak percaya.

Pemuda itu, Sou, membalas dengan senyum kecil. Dari ekspresinya ada rasa sedih dan juga lega. “Maaf, aku hanya ingin merubah hidupku dan selama ini menolak kenyataan. Karena, jika Eve-san tahu aku masih punya ingatan lama ini ia pasti hanya akan menyesal seumur hidupnya.”

Mafu termangu, kembali teringat saat Eve menceritakan akhir dirinya dan Sou yang mati bersama karena serangan musuh. Dan juga teringat Eve yang bertekad untuk melindungi Sou karena di matanya sang kekasih telah menjadi manusia biasa. Mafu sendiri juga tak menyangka bahwa Sou ternyata masih memiliki kekuatan dari dunia lain.

“... Tapi ini ... Jelas bukan sihir, kan?” Mafu melihat kembali rantai yang terbuat dari gumpalan tanah itu dan menatap Sou.

Sou menggeleng. “Yang tersisa dariku hanyalah berkah alam para Elf. Mungkin kalau di dunia ini disebut sebagai kekuatan esper.”

“Esper?”

Mengulurkan tangannya, Sou membantu Mafu berdiri dan menopang tubuh si adik kelas. “Kita bisa lanjutkan nanti, sekarang kau harus selesaikan tugasmu.”

Mengangguk sekali, Mafu maju selangkah dengan seluruh tubuhnya bersinar putih cemerlang. Dengan gerakan tangan horizontal, sebuah buku besar dengan sinar putih cemerlang yang sama muncul dan terbuka lebar. Begitu Mafu mulai merapal, sebuah lingkaran sihir muncul tepat di bawah kaki Kogeinu dan hantu Giga.

Dengan satu tangan bagai berdoa, Mafu menatap lurus kearah Kogeinu dan mengucapkan satu perintah tunggal. “Murnikan!”

Kogeinu dan hantu Giga seketika tertutupi oleh semburan sihir pemurnian yang amat kuat. sihir dengan cahaya keemasan itu perlahan mengecil dan tidak lagi ada bekasnya usai memurnikan Kogeinu dan juga hantu Giga yang kini sudah hilang sepenuhnya. Termasuk para roh jahat yang selama ini mendiami sekolah, mereka semua telah di murnikan dan mungkin sudah kembali ke alam nirwana.

Begitu sihirnya nonaktif, Mafu terhuyung jatuh dan dengan sigap di tangkap Sou. Bersandar sejenak pada bahu kakak kelasnya itu, Mafu bertanya dengan suara pelan. “Tandaku ... tinggal berapa?”

Sou menggigit kecil bibir bawahnya dan menjawab. “... Empat.”

“Ya ampun ....” Mafu terkekeh kecil. “Dari delapan jadi empat. Itu drastis sekali.”

“Kau baik-baik saja?”

Membalas tatapan khawatir itu dengan senyum, Mafu menjawab dengan amat yakin. “Aku baik-baik saja.”

 •••

Setelah kejadian itu, Mafu mengerahkan sedikit sihirnya lagi untuk mengotak-atik ingatan Kogeinu yang semula “Menggunakan ilmu hitam untuk balas dendam” menjadi “Pembullyan diam-diam” sebagai yang ia lakukan pada korban-korbannya. Dengan begitu, ketua OSISnya ini bisa di tindak secara hukum dan membayar seluruh perbuatannya. Saat ini, Eve, Luz, Kain, Sou, dan Mafu sudah berpindah tempat ke UKS dengan Kogeinu yang di rebahkan di atas ranjang.

“Kau yakin, Hina?” Tanya Eve. Hantu Hina di dekatnya terkekeh.

“Tidak masalah, toh hukumannya pasti juga hukum gantung atau sebagainya. Dia sudah bunuh orang, lho!”

“Iya juga, sih.”

Menoleh ke sisi kanannya, Eve menatap Sou yang masih menunduk karena rasa bersalah. Wajar jika kekasihnya begitu, karena mereka di dunia ini sudah menjadi teman kecil dan selalu bersama hingga hari ini. dan selama itu jugalah Sou membohonginya dan menutupi kenyataan tentang dirinya yang ternyata masih membawa ingatan masa lalu. Alasan mengapa Mafu tidak mengetahuinya, adalah karena Sou tidak memiliki mana lagi. namun ia masih membawa kemampuan genetik para Elf yang bisa mengendalikan alam atau yang di sebut sebagai “berkah alam”. Apalagi karena di masa lalu Sou adalah half-elf, masuk akal jika berkah itu masih menempel padanya.

After the End  ||  SoraMafu [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang