Unitatem (3)

174 33 3
                                    

Di antara kerumunan pejalan kaki, tepatnya di depan gedung rumah sakit besar, Mafu dengan wajah pucat dan panik berusaha sekuat mungkin untuk mempertahankan identitasnya. Mengerahkan seluruh tenaga untuk memeluk Soraru yang setengah memekik menelpon pihak rumah sakit.

"Apa kau dengar aku?! Cepat reservasi untuk antrian Poliklinik Kejiwaan!"

"Soraru-san! Kumohon percaya padaku! Aku sungguh tidak apa-apa!! Aku tidak sakit apa-apa!!"

Melongok dengan raut marah, kali ini Soraru tidak mengendalikan intonasi seperti biasanya. "Kau serius berkata begitu?! Apa kau tidak pernah berkaca sepucat apa wajahmu akhir-akhir ini!?"

"Ugh-! Ya-ya, kau benar! Aku memang sedang kurang sehat, tapi tidak harus sampai ke rumah sakit!"

Harusnya setelah mengantar keluarga Soraru ke bandara, dia tidak mengiyakan Soraru yang katanya ingin pergi ke suatu tempat. Mafu terkecoh karena kekasihnya itu bilang ada hal gawat yang harus diurus dan tidak berinisiatif membaca pikirannya. Ia tak menyangka jika Soraru benar-benar akan sekhawatir ini padanya. Tapi kalau ini terus berlanjut, ia mungkin benar-benar takkan bisa berbohong seperti yang sudah-sudah.

"Kalau kau terus begini, aku akan membopongmu masuk!" Ancam Soraru final.

"Apa?! Tidak!" Mafu melengos sesaat dan bergumam, "eh? Kupikir itu bukan hal buruk ...?"

"Okay." Soraru segera merunduk dan bersiap membopong Mafu.

"TIDAAAKK!! TUNGGU, TUNGGU! TAHAN DULU!!" pekik Mafu panik. "Aku sungguh tidak apa-apa, serius!!"

Mendengus kasar, Soraru meraih kedua bahu Mafu erat dan merendahkan suaranya, "Dengar, Mafu. Seseorang yang memiliki kecemasan atau stress dapat mengalami sleep walking. Dan kau! Yang kau alami itu adalah fenomena ini! Kecuali kau jujur padaku, kita akan mundur sekarang!"

Mafu membalas dengan tatapan bingung seraya meraih lengan Soraru. "Tapi aku baik-baik saja! Aku tidak mengalami suatu hal yang aneh!"

"Baik, kau sudah membual begitu sejak satu jam lalu!"

"Aku serius! Aku sungguh serius!! Aku tidak bohong!!"

"Kalau kau tidak bohong lalu kenapa kau keras kepala sekali!?"

"Begini saja!" tawar Mafu, "jika aku seelp ... Apalah itu lagi malam ini, aku tidak perlu di periksa!"

"Apa?!" Soraru makin memicingkan kedua mata. "Bagaimana kau bisa seyakin itu?!"

"Karena-!"
Karena sejatinya aku bahkan tak perlu tidur! Adalah apa yang tak mungkin Mafu katakan. Pemuda itu kembali berfikir keras seraya meremat lengan Soraru lebih kuat. "Ka-karena ...."

Mendekatkan kembali layar gawai di tangan, Soraru mendengus kasar. "Maaf atas gangguannya, tolong reservasi untuk antrian-"

"AAAAAAHHH!!! BAIKLAH, BAIKLAH!! SEMALAM AKU KESULITAN TIDUR KARENA KAMU TIDAK DI SISIKU!!"

Teriakan itu membuat semua yang mendengar tercenung. Jangankan pejalan kaki di sekitar dan Soraru, bahkan Mafu sendiri terkejut karena bisa mengatakan hal ngawur seperti itu. Memang saat itu dia agak gelisah, tapi itu bukan hal spesial yang harus diributkan. Bagaimana ini? Haruskah dia lanjut mengarang atau mencoba berkilah seperti ' Ah! Maaf! Aku salah bicara! Lupakan saja yang tadi! ' sepenuh hati.

Melirik Soraru hati-hati, Mafu sedikit merenggut ketakutan. Namun, ekspresi terkejut di wajah si pria raven membuat seluruh ketakutannya luruh bak lilin api.

After the End  ||  SoraMafu [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang