Lelaki bersurai putih perak itu membuka matanya untuk kemudian menangkap matahari sebagai hal pertama yang ia lihat. Kepalanya bergerak kecil untuk kemudian tak lagi merasakan sakit seperti sebelumnya. Ia mengangkat satu tangan dan menggerak-gerakkan kelima jarinya untuk kemudian menemukan tongkatnya yang hampir terselimuti lumut. Ia sedikit mengernyit.
Berapa lama aku tertidur? Batinnya.
Ia berusaha bangkit dengan menarik kakinya yang hampir sebagian terlilit oleh belukar dan sedikit tersentak oleh sesuatu yang tersangkut di kaki kirinya. “Aduh!”
Manik merah rubynya menangkap balutan kain dan kayu lapuk menyangga kakinya. Lama ia menatap sebelum akhirnya mengingat sebuah peristiwa.
“Soraru-san!”
Benar! Hari itu aku bertemu lagi dengannya! Apa ini--, Ia merapihkan seluruh tubuhnya yang kotor dan penuh rerumputan dengan sihirnya dan kembali utuh seperti sedia kala. Ia menatap permukaan tangannya. Sihirku sama sekali tidak berkurang, tapi juga sangat terkuras. Dunia ini bahkan tidak memiliki mana untuk di serap.
Ia menatap sebuah pemandangan kota yang sangat asing di matanya dan langit biru yang begitu cerah. Ia bahkan sedikit menyipit untuk menatap sang mentari yang menyinari dunia dan yang telah membangunkannya dari tidur entah sudah berapa lama. Ia menurunkan tangan, menggerakkan tongkatnya dengan sihir dan tongkat merespon dengan datang ke dalam genggamannya. Ia kembali membersihkan tongkat itu dan memegangnya secara horizontal.
“Haruskah aku melihat seperti apa dunia ini?” Gumamnya.
Ia menutup sepasang mata, berkonsentrasi. Untuk kemudian memusatkan sebuah sihir dari atas kepalanya dan menyebarkan mananya hingga menyelimuti hampir seluruh kota dari tempatnya berdiri. Begitu ia mengaktifkan sihir persepsi, ia segera mendapati sebuah pemandangan yang begitu mengguncang hatinya. Dimana ada sebuah kehidupan yang sangat berbeda dengan kehidupan yang ia tahu. Hilir mudik manusia, ketentraman, benda-benda menjulang tinggi bahkan ada banyak manusia berada di dalamnya. Tak lupa begitu banyak toko dan sekelompok manusia yang berjalan dan tertawa riang.
Ia menangis dengan wajah sumringah usai melihat dunia yang kini ia pijak.
“Ternyata dunia yang seperti ini sungguh ada, seperti katamu, Soraru-san” Ia menyeka matanya dan kembali menatap kota yang masih ia belum ketahui.
“Baiklah” Ia menghilangkan tongkatnya dari genggaman. “Aku harus mencari tahu sejarah tempat ini dulu. Kupikir tadi aku menemukan tempat seperti perpustakaan.”
Ia menaikkan telunjuknya dan menyentuh sedikit bajunya untuk kemudian dalam hitungan detik penampilannya berubah menjadi seperti seorang pemuda biasa dengan jaket tupluk berwarna putih dan celana panjang hitam. Ia menatap kakinya yang terbalut sepatu dengan model yang tidak dia pahami dan terkagum sendiri. Ia menirunya karena sempat melihatnya saat memantau seluruh kota.
“Luar biasa, sepatu ini bahkan terbuat dari kain. Sangat nyaman!” Ia akhirnya beranjak dari tempatnya sekarang dan melompati tebing di depannya. Ia terjun dengan bebas sepanjang 17 meter dan mendarat dengan aman di sebuah jalan tanjakan besar. Ia kembali melompati sisi jalan dan kembali terjun bebas ke bawah, sampai akhirnya ia mendarat di atap sebuah rumah dan menatap perkotaan lebih dekat. Ia turun dari atap rumah dan berjalan menembus pepohonan.
Begitu ia keluar dari pepohonan, ia menatap sebuah keramaian yang begitu padat dan penuh dengan suara bising yang ramai. Meski begitu, ia tidak merasa terganggu dan malah terdiam di tempat karena terpesona. ia kembali memejamkan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
After the End || SoraMafu [ END ]
Fantasía❇️ Utaite Fanfiction❇️ Kerajaan telah hancur, perang telah usai. setelah tidak ada lagi yang tersisa, kemana dia harus pergi? Mafumafu, satu-satunya penyihir tingkat 10 di belahan dunia lain diberi kesempatan oleh takdir untuk hidup di dunia yang te...