Shamanism (3)

294 36 5
                                    

“Permisi, ada murid bernama Mafumafu?”

Dari balik pintu kelas, seorang siswi muncul dan mengintip mencari tahu. Mafu yang baru selesai merapihkan tasnya menatap dengan tanya dan mengangkat tangan. “Oh, itu aku. Ada apa?”

Siswi itu menjawab dengan senyum di susul kalimat ringkas. “Kau di panggil ketua OSIS, sekarang.”

“Eh?” Mafu menunjuk dirinya sendiri. “Aku?”

Berbeda dengan reaksi Mafu yang biasa saja, yang lainnya seketika panik. “Eh—ano, senpai! Aku gak tau apa yang terjadi, tapi Mafu-kun pasti tidak bermaksud melanggar aturan sekolah, kok! Aku jamin!” Seru Amatsuki tiba-tiba.

“BETUL! MAFU-KUN ANAK TELADAN!!” Teriak Sakata. Luz mengangguk setuju sambil memeluk Mafu. Siswi yang masih berdiri di pintu tertawa kecil.

“Jangan khawatir. Dia dipanggil bukan karena melanggar apapun, kok. Hanya ketua OSIS ingin bertemu dengannya saja.”

Melepaskan diri dari pelukan Luz, Mafu mengangguk paham. “Aku mengerti. Tapi aku tidak bisa berlama-lama karena harus kerja part time.”

“Baik, ayo ikuti aku.”

Berpamitan dengan teman-temannya yang masih khawatir, Mafu mengikuti langkah siswi yang menuntunnya ke ruang OSIS. Berjalan sekian menit, keduanya tiba di depan pintu ruang OSIS. “Ayo masuk,” ajak siswi itu.

Mafu mendongak, menatap papan bertuliskan Ruang OSIS dan turun ke pintu. Dari tiap sela pintu, semilir aura hitam menguar keluar dari dalam bagai asap tipis. Ia tentu saja langsung mengenali aura ini sebagai aura hitam. Belum lagi, rasa dari aura ini penuh dengan kemarahan, kebencian, dan dendam. “... Baik,” jawab Mafu.

Sang siswi membuka pintu, mempersilahkan Mafu untuk masuk lebih dulu. Di ruangan persegi setengah ukuran kelas, seorang pemuda berseragam lengkap berdiri menghadap jendela dengan kedua tangan menyilang di belakang punggung. Surai pemuda itu sedikit terhempas angin karena udara yang masuk dari jendela. Pemuda dengan ikat lengan bertuliskan ‘Ketua OSIS’ itu berbalik dan tersenyum.

“Sudah datang?” Sambutnya. “Maaf tiba-tiba memanggilmu, Mafumafu-kun.”

Mafu terdiam beberapa saat sebelum menjawab. “Tidak masalah, Ketua. Kupikir, aku tanpa sadar telah melanggar peraturan sekolah. Maaf, aku masih belum terlalu paham.”

“Aah, tidak, tidak! Aku tidak memanggilmu karena hal itu. Duduklah,” ujarnya sambil menunjuk sofa di tengah ruangan. “t
Terima kasih, ya. Kau bisa pergi sekarang.”

“Baik,” Jawab si siswi yang mengantar. Ia membungkuk dan pamit undur diri. Bersamaan dengan pintu ruangan yang di tutup, Mafu mendudukkan diri di sofa dan menatap sang ketua OSIS yang menyusul duduk di depannya dan menyuguhkan minuman.


“Dengan hari ini, kamu sudah genap 6 bulan bersekolah ya. Gimana pendapatmu tentang sekolah ini?”

Mafu menjawab dengan senyum. “Tidak masalah. Sekolah disini sangat menyenangkan. Walau ada beberapa kendala saat belajar namun teman-teman sekelasku begitu baik membantuku.”

“Syukurlah jika begitu,” ucapnya. Menyesap minumannya, ketua OSIS kembali berkata. “Ah, maaf. Aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Kogeinu. Panggil aku sesukamu.”

“Jika begitu, Kogeinu-senpai. Namaku Mafumafu.”

“Hahaha! Salam kenal ya!”

Dengan posisi seperti ini, Mafu tidak bisa berbuat banyak. Apalagi setelah curiga dengan aura hitam yang keluar dari sela pintu, perasaannya sudah tidak enak. Tapi ia tak sangka akan melihat sesuatu yang lebih mengejutkan di banding semilir aura hitam. Walau ia bisa melihatnya, namun ia harus bertingkah tidak melihatnya. Tepat di belakang ketua Kogeinu, sosok serba hitam berbentuk siswi tengah memeluk erat dan begitu manja. Senyum sosok itu juga lembut sekaligus mengerikan. Sepasang maniknya jelas menatap Mafu seolah Jika-kau-melihatku-akan-kubunuh.

After the End  ||  SoraMafu [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang