One Person, You - 4

1K 132 111
                                    

- Dekapan hangatnya. Mungkin adalah satu keinginan terkuat yang sulit digapai dan diwujudkan. Di tengah senyapnya kehidupanku. - Bae Joohyun

 - Bae Joohyun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.

Joohyun kembali meringis. Memegangi bahunya yang terasa pegal dan sakit. Tepat di lorong sepi gedung sehabis mengantarkan makanan ke meja seorang tamu VIP. Kali ini, pekerjaannya cukup banyak. Acara yang diadakan di gedung tempatnya bekerja mengundang hampir seribu tamu, dan itu membuat pekerjaan para pelayan bertambah berkali lipat. Terlebih acara yang diadakan cukup lama dari acara yang biasanya dilaksanakan di sana. Tubuhnya lemas. Lima hari yang cukup hampa bagi Joohyun. Juga lima hari yang cukup menyusahkan bagi wanita itu karena mual-mualnya baru terasa belakangan ini.

Morning sickness. Selalu Joohyun alami selama lima hari berturut-turut. Juga dengan bahu dan perutnya yang sering terasa pegal sekaligus nyeri. Cukup menyiksanya. Sungguh. Dan kalau sudah seperti itu, Joohyun hanya bisa berbaring untuk meredakan segalanya. Bahkan, hari ini saja dia baru bisa masuk kerja, tapi bahunya kembali terasa pegal dan sakit. Pun dengan kepalanya yang mulai memening. Lagi dan lagi.

"Joohyun? "

Tepukan di bahunya membuat Joohyun tersentak sejenak. Kemudian, senyum tipisnya terpatri. "Ya? Maaf ya, Solar. Aku istirahat sebentar di sini. Rasanya tubuhku pegal-pegal sekali dan pusing. " Dia berucap lembut. Penuh permohonan maaf pada Solar, temannya sekaligus kepala pelayan di tempat kerjanya.

"Ey, tidak apa. "

"Kamu masih sakit? Kalau masih sakit lebih baik pulang saja, Joohyun. Jangan dipaksakan. Wajahmu benar-benar pucat seperti itu. Tidak apa, kamu ambil jatah cutimu saja untuk beberapa hari ke depan. " saran Solar padanya.

Saran yang cukup membuat Joohyun menimbang-nimbang dalam hati. Karena sepertinya, kalau dilanjutkan bisa-bisa dia akan tumbang dan tidak sadarkan diri di sana. Lalu kalau sudah seperti itu, pasti teman kerjanya akan membawanya ke rumah sakit, dan kehamilannya ini pasti akan terbongkar setelah dokter menjelaskan diagnosis penyebabnya tidak sadarkan diri. Joohyun tidak mau hal itu terjadi.

Dia kembali menatap Solar yang masih mengusap bahunya pelan, "Apa tidak apa-apa kalau aku izin pulang? Rasanya tidak enak melihat teman-teman kualahan melayani para tamu yang sangat banyak, tapi aku justru pulang dengan seenaknya. " Joohyun berujar pelan, dengan pandangan tertuju pada teman-temannya yang masih berlalu lalang untuk bekerja.

Tapi Solar menggeleng. Kembali tersenyum tipis di sana.

"Tidak apa-apa, Joohyun. Ya ampun.. Tidak perlu merasa tidak enak. Mereka pasti paham kondisimu, aku akan menjelaskan nanti. Lagipula tubuhmu sudah lemas seperti ini. Jangan dipaksakan. Ok? "

"Ya. Terimakasih banyak, Solar. "

Joohyun membungkuk hormat. Tepat sebelum Solar pergi dari sana. Kemudian dia kembali memijat pelipisnya begitu pening kembali menyerang. Joohyun tidak tahan. Sepertinya dia harus segera ke dokter kandungan kembali meski dua hari lalu sudah melakukan check-up. Hanya untuk memastikan. Karena Joohyun takut akibat dari dirinya yang memaksa untuk bekerja seperti ini, jadi berimbas pada kondisi janinnya.

ErlebnisseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang