Love or Not? - 21

712 85 47
                                    

"Aku hanya ingin tersenyum dan melupakan segalanya. Tapi kenapa sulit sekali? "

 Tapi kenapa sulit sekali? "

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pukul sebelas malam lewat.

Joohyun masih berdiri mengamati Junmyeon yang sedang diperiksa oleh dokter kenalan ayahnya, seorang pria paruh baya yang kebetulan tinggal tidak jauh dari rumah mereka. Rasa cemas terus menyelimuti wanita itu begitu kembali menatap Junmyeon yang masih memejam di atas ranjang. Kembali teringat bagaimana panas di tubuh Junmyeon dan wajah pucat suaminya tadi. Joohyun menggigit ibu jarinya tanpa bisa menghalau kekhawatiran yang semakin mengganggu.

Well.

Lihat kan bagaimana hatinya tidak bisa berhenti mengasihi seorang Kim Junmyeon? Bahkan sisa air mata masih terlihat di atas pipi putih mulusnya akibat terlalu khawatir pada pria itu.

Joohyun kembali merutuk dalam hati begitu sadar bahwa dirinya lagi-lagi mengacau karena kondisi Junmyeon yang nampak memprihatinkan sekarang.

"Bagaimana kondisinya, dokter? "

Melihat dokter di sana selesai memeriksa Junmyeon, lantas Joohyun segera beringsut mendekat dan menatap si dokter penuh penasaran. Melirik ke arah tangan Junmyeon yang sudah tertempel kasa kecil penutup darah akibat suntikan di sana.

"Ap-apa sakitnya parah, dok? " Joohyun mengerjap cepat, kembali merasa panik setelah menerka-nerka suatu hal.

"Dia terserang flu dan demam. Demamnya cukup tinggi, sedikit dehidrasi juga. Tapi saya sudah menyuntikkan obat jadi tidak perlu khawatir. Semoga demamnya segera turun dalam waktu setengah jam sampai dua jam ke depan. "

"Tapi kalau nanti sampai terjadi kejang-kejang, segera bawa ke rumah sakit ya. " lanjutnya lagi.

Setidaknya penjelasan tadi membuat Joohyun sedikit melega. Junmyeon tidak di-diagnosis memiliki penyakit berat semacam gegar otak atau kanker atau pun tumor, dan lain sebagiannya. Joohyun menghembuskan napas pelan. Meskipun jujur masih ada rasa was-was juga di hatinya akan penjelasan lebih lanjut dari dokter mengenai kondisi Junmyeon.

Lagi-lagi Joohyun melirik suaminya, terduduk di pinggir ranjang setelah melihat dokter tadi berbincang dengan ayahnya di ujung kamar. Menempelkan punggung tangannya pada dahi Junmyeon, hembusan napas pelan kembali terdengar.

Panas. Junmyeon masih demam meskipun tidak sepanas saat di gudang tadi.

Joohyun menggenggam tangan Junmyeon. Penuh hati-hati, menunduk dan terdiam dengan ibu jari mengusap punggung tangan suaminya. Rindu. Jujur. Satu bulan lebih membentengi diri, bersikap dingin, cuek dan menjauh dari pria yang masih memejam ini membuat Joohyun dilingkupi kerinduan yang menumpuk dalam hatinya. Dia sadar, dirinya masih seratus persen memuja dan mencintai Junmyeon dalam diam.

ErlebnisseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang