- Aku, yang hanya bisa berdiri di kerapuhan hidup dengan harapan semuku. -
.
.
'Dia bukan anak saya! '
Hanya terdiri dari empat kata Tapi, ucapan itu mampu membuat Joohyun terus memikirkannya sampai sempat tidak bisa tidur semalaman.
Ucapan yang sangat berhasil meruntuhkan semangat Joohyun untuk terus-menerus menemui Junmyeon hanya demi menuruti keinginannya yang begitu menggebu. Ucapan yang sangat berhasil membuat Joohyun merasa sesak dalam detik itu juga. Ketika dirinya merasa bahwa janin yang kini dia kandung benar-benar tidak pantas bersemayam di rahimnya. Merasa bahwa Tuhan salah dalam menitipkan sebuah nyawa untuk tumbuh dan berkembang di dalam dirinya. Karena dengan menitipkan ke dalam rahimnya, janin tidak bersalah itu tidak bisa mendapatkan kasih sayang dari sang ayah sama sekali. Sedikitpun.
Joohyun merasa bersalah pada janin yang tengah dia kandung ini. Hanya karena Junmyeon membencinya, janin tidak bersalah ini mendapatkan imbas yang begitu parah. Dan lagi-lagi, batinnya meronta, hatinya menyesak, karena tidak bisa merasakan kebahagiaan yang dirasakan wanita hamil lainnya.
Joohyun iri sebetulnya. Tapi, apa dia pantas untuk merasa iri pada wanita lain kalau pada nyatanya dia sendiri memang tidak benar-benar memiliki seorang suami atau pria untuk bersandar dan bisa menggantungkan kehidupannya mengenai kehamilan ini?
Dia rasa, tidak.
Dia tidak pantas untuk merasa iri pada wanita lainnya. Karena Junmyeon, memang tidak akan pernah menganggapnya dan janin ini ada di dunia.
Joohyun terkekeh kecil. Kemudian, melihat ke arah jam dinding.
Pukul sembilan malam.
Waktu yang semakin larut, di tengah restauran yang semakin sepi pula. Joohyun, kembali memijat pelan bahu kirinya yang terasa pegal sembari mengambil tas di loker. Pekerjaannya baru saja selesai, dan Joohyun tidak ingin lagi menunda-nunda waktu pulang seperti sebelum-sebelumnya hanya untuk mendapatkan uang tambahan di akhir bulan nanti. Meskipun sebenarnya uang tambahan itu sangat membantu sebenarnya. Tapi dia masa bodoh sekarang. Karena secara jelas tubuhnya sudah meronta untuk segera diistirahatkan. Pusing yang sejak tadi dirasa pun semakin mengusik. Juga dengan mual yang suka muncul dan hilang secara tidak terduga. Joohyun benar-benar tidak tahan.
Tidak ada yang tau mengenai kehamilannya ini. Benar-benar.
Teman-teman kuliahnya, teman-teman kerjanya, bahkan kedua orang tuanya pun sama sekali tidak mengetahui kehamilannya. Joohyun menutup hal ini rapat-rapat dari mereka semua. Dia tidak siap, dan tentu saja dia merasa malu. Terlebih saat membayangkan bagaimana reaksi kedua orang tuanya kalau nanti mereka tau mengenai kehamilan Joohyun ini. Secara pasti, mereka akan sangat kecewa pada wanita itu. Dan Joohyun juga tentu merasa sangat bersalah pada mereka berdua. Melebihi apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Erlebnisse
FanfictionWARNING! 🔞 Cerita ini hanya fiksi dan mengandung beberapa adegan yang tidak pantas untuk ditiru. Bijaklah dalam membaca. --- Bae Joohyun, dan Kim Junmyeon, adalah dua manusia yang memiliki perbedaan jauh dari segala aspek kehidupan mereka. Bae Jo...