🎶🎶
"Cukup lupakan segala hal tentangnya. Maka hidupmu akan tenang. " - Unknwn
•
Note = chapternya panjang. Jadi jgn sampe bosen dan ngantuk ya temen temen ;)
•
•
•Nyaris tiga minggu berlalu.
Dan dalam kurun waktu itu, tidak sekalipun Junmyeon datang berkunjung ke Daegu. Bahkan setelah percakapan via telepon mereka dimana Joohyun meminta untuk berpisah yang berakhir dengan kemarahan Junmyeon dan pemutusan telepon sepihak oleh wanita itu, tidak pernah sedikitpun Junmyeon menghubunginya lagi.
Junmyeon seakan menghilang, tanpa mau memberinya kabar sedikitpun.
Tidak ada yang berubah sedikitpun dari kehidupan Joohyun. Semua masih sama. Dengan kehampaan hati yang terus menemani. Dengan kepupusan harapan yang terus menghantam kenyataan. Dengan sesak yang semakin mendominasi begitu menyadari bahwa pertunangan itu berhasil terlaksana dua hari lalu. Lancar, dan tanpa hambatan apapun. Beberapa platform media yang memberitakan pertunangan tersebut dan kebahagiaan yang terpancar dari wajah Junmyeon, terasa sangat mengusik Joohyun. Sangat mengganggu hatinya yang tidak bisa menenang sampai saat ini.
Dia kalah. Benar-benar kalah. Bahkan sebelum perang benar-benar dimulai. Bahkan sebelum dia lebih mencoba untuk mendapatkan hati Junmyeon dan merebut seluruh perhatian pria itu dari Daehyun.
Tujuan yang jahat sebenarnya.
Tapi sekarang, Joohyun seakan disadarkan bahwa Junmyeon memang bukan untuknya. Junmyeon memang bukan takdirnya. Karena sebagaimanapun dia berusaha untuk mendapatkan segala hal dari pria itu, rasanya sia-sia saja. Junmyeon hanya akan terfokus pada Daehyun dan memilih untuk kembali mengabaikannya secara pasti. Tanpa dianggap dan dilihat sedikitpun.
Lagi-lagi jari-jemarinya saling bertaut. Memberikan satu senyum tipis pada seseorang di sampingnya ini. Di kursi taman halaman belakang rumahnya. Seseorang yang sejak datang tadi selalu saja bertanya tentang kegiatan sehari-harinya selama di Daegu.
Joohyun mengangguk kecil, sembari kembali meyakinkan hati untuk segala hal yang akan dia ucapkan nanti.
"Joohyun, mengenai pertunangan itu..., "
Jeda sejenak di sana.
Youngra, ibu Junmyeon kembali menghela nafas panjang. Memegang tangan Joohyun perlahan, mengusapnya lembut dengan rasa bersalah dan iba yang terus menggerogoti hatinya. "Maafkan aku ya sayang. Aku benar-benar tidak bisa mencegah hal itu terjadi. Junmyeon tetap ingin melaksanakan pertunangan mereka meski sudah aku tolak berkali-kali. Anak itu benar-benar keras kepala. Bahkan dia tidak memperdulikan kemarahanku sampai sekarang. Mungkin juga tidak akan perduli mau aku diami sampai kapanpun seperti ini. "
Joohyun hanya diam. Terus terdiam bersama kepasrahan hati yang sudah lelah.
Dia mengangguk kecil. Lalu kembali menatap lurus pada ilalang-ilalang yang memenuhi perkebunan tidak jauh dari tempat mereka duduk sekarang.
"Aniya. Tidak perlu meminta maaf, ini bukan salahmu, eommonim. " Joohyun membuka suara. Beralih menatap Youngra dengan senyum kecilnya.
"Bertunangan dengan Daehyun adalah keinginan terbesarnya sejak lama. Tapi harus terhalang karena kehamilanku dan pernikahan rahasia kami. Ini bukan salah kalian. Aku lah yang secara tiba-tiba datang dengan kabar tidak baik dan menghancurkan segala harapan Junmyeon saat itu, eommonim. Aku yang lebih bersalah dalam hal ini dan aku menyadarinya. Hadir di tengah-tengah sebuah hubungan yang bahkan sudah akan ke jenjang yang lebih serius. Aku menyesal untuk hal ini. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Erlebnisse
FanficWARNING! 🔞 Cerita ini hanya fiksi dan mengandung beberapa adegan yang tidak pantas untuk ditiru. Bijaklah dalam membaca. --- Bae Joohyun, dan Kim Junmyeon, adalah dua manusia yang memiliki perbedaan jauh dari segala aspek kehidupan mereka. Bae Jo...