Assalamualaikum
Hai geng
Udah lama bgt aku ga up dan baru bisa up sekarang.
Maaf banget ygy
Langsung aja kalian baca jangan lupa vote dan komennya.Happy reading
_________________________________
Koma
_________________________________Dalam ruangan yang serba putih, berbau obat-obatan yang menyengat, berbaring diatas brangkar yang tak nyaman, kepala berbalut perban, dan dalam keadaan tidak sadarkan diri. Itulah yang bisa didefinisikan dari kondisi Rere saat ini.
Kepalanya berdenyut sakit membuatnya merintih kesakitan saat dia mulai membuka matanya. Orang yang selalu ada disamping Rere untuk menemaninya sampai sadarkan diri. Siapa lagi jika bukan Raka orangnya.
"Awwsss" rintih Rere sembari memegangi kepalanya. Raka yang berada disampingnya langsung mendekat dan membantu Rere yang hendak bangun dari posisi berbaringnya.
"Istirahat dulu, kamu belum pulih" Rere menggeleng keras.
"Ayah" satu kata yang terucap dari mulut Rere yang membuatnya semakin ingin bangun dan menemuinya. Pikirannya berkelana kemana-mana memikirkan keadaan ayahnya.
"Ayah, ayah dimana?" Lirih Rere kepada Raka. Rere menatap Raka dengan tatapan yang sulit diartikan, matanya memanas ketika Raka tak urung menjawab pertanyaannya.
"Raka... ayah dimana?" Tanya Rere dengan suara bergetar, sembari menggoyangkan tubuh Raka.
"Ayah kamu baik-baik aja sayang" jawab Raka setenang mungkin agar bisa membuat Rere tenang juga.
"Nggak, aku nggak akan percaya sebelum aku melihat ayah secara langsung" Rere memaksakan dirinya untuk bangun dan pergi dari ruangan yang ditempatinya itu. Tapi Raka masih menahannya dan menyuruhnya untuk istirahat terlebih dahulu sampai keadaannya pulih.
"Istirahat dulu Rere, nanti kalo kamu udah pulih kita temuin ayah kamu" Raka menarik tangan Rere agar menurut padanya tapi langsung disentak oleh Rere.
"Nggak, aku maunya sekarang" paksa Rere.
"Nurut bisa nggak" kini terdengar suara Raka naik satu oktaf.
"Aku mau ketemu ayah Raka..." Pinta Rere dengan suara paraunya.
"Istirahat dulu, baru temuin ayah, keadaan kamu aja masih lemes gini"
"Aku gak bisa istirahat dengan tenang sebelum aku ketemu sama ayah, Raka..." Air mata Rere tidak ada hentinya bercucuran. Baru kali ini Raka melihat air mata Rere jatuh dihadapannya.
"Raka..." Panggil Rere dengan suara lirihnya. Sebenarnya ada rasa takut dalam diri Rere saat ini, melihat Raka yang menahan marahnya. Raka memandang Rere, ada sedikit rasa tak tega dalam hatinya.
"Huffttt yaudah ayo, tapi pelan-pelan jalannya jangan cepet-cepet" peringat Raka dan diangguki Rere.
♧♧♧♧♧
Damar, ayah Rere kini terbaring diatas brangkar ruang ICU rumah sakit. Keadaannya jauh dari kata baik, benturan di kepalanya terlalu keras membuat Damar tak sadarkan diri hingga sekarang.
Kecalakaan yang terjadi kepada mereka berdua seharusnya hanya terjadi kepada Rere. Tapi entah karena insting seorang ayah ataupun Damar yang cekatan menyelamatkan Rere dan membiarkan dirinya celaka dan harus seperti sekarang.
"Apa disini ada keluarga pasien?" Tanya seorang dokter yang baru saja keluar dari ruang ICU.
Di luar ruang ICU ada Maura tentunya, David dan Alvaro. Setelah Maura mendapat kabar Rere kecelakaan tadi, dia langsung memberitahukan Lidya agar Lidya bisa memberitahu yang lainnya. Tapi Lidya tidak bisa langsung datang karena dia sedang pergi ke kota lain bersama kakaknya.
"Saya anaknya dok" Rere yang baru saja sampai di depan ruang ICU langsung menghampiri dokter yang menangani Damar.
"Ayah baik-baik saja kan dok? Ayah gak kenapa-kenapa kan?" Tanya Rere tidak sabaran.
"Kamu yang tenang dulu ya nak, keadaan ayah kamu sekarang cukup parah, bahkan jauh dari kata baik-baik saja. Karena benturan yang mengenai kepala beliau membuatnya terluka sampai bagian dalam. Bersyukurlah ayah kamu sudah melewati masa kritisnya dan sekarang kondisi ayah kamu tidak sadarkan diri, sampai kapanpun saya belum bisa menjelaskannya" jelas Dokter Hans.
"M-maksud dokter, ayah saya k-koma?" Rere masih tidak bisa mempercayai ucapan dokter Hans. Tapi jawaban dokter Hans, dokter yang menangani Damar adalah jawaban yang tidak diinginkan Rere.
Dokter Hans mengangguk pertanyaan Rere. Melihat jawaban yang tidak Rere inginkan, rasanya hancur sudah dunianya. Rere terkulai lemas, rasanya dia tidak kuat sekarang. Beruntung Raka langsung menahannya agar tidak terjatuh.
"Jangan nangis, ayah kamu gak suka lihat kamu nangis kayak gini, selalu berdoa semoga ayah kamu diberi kesembuhan" Raka mengusap kepala Rere dengan lembut. Rere menangis dalam dekapan Raka. Jujur rasanya sangat sakit mendengar kondisi ayahnya saat ini.
Rere memejamkan matanya kemudian mengambil nafas dan membuangnya. Dengan sekuat tenaga dia merenggangkan pelukan Raka.
"Dok, saya bisa masuk kan?"
"Silahkan tapi satu persatu, kalau begitu saya permisi dulu" pamit dokter Hans. Tak lupa Rere mengucapkan terimakasih pada dokter Hans.
"Kalian pulang aja biar gue yang jaga ayah, makasih udah bantuin" ucap Rere kepada Raka, David, dan Alvaro.
"Aku disini aja ya" Raka tidak mungkin meninggalkan Rere menjaga ayahnya sendirian disini. Keadaan Rere masih belum stabil membuat Raka khawatir padanya.
"Enggak, kamu harus pulang" tolak Rere.
"Aku gak biarin kamu disini sendirian"
"Raka..." Mendengar namanya dipanggil dengan suara lirihnya membuat Raka menghela nafas.
"Oke aku pulang, besok pagi aku kesini" Rere mengangguk lemah.
"Kita pulang dulu ya" pamit mereka ke Rere.
"Hati-hati"
"Oh iya re, tadi Maura nitipin ini ada baju sama makanan buat Lo. Tadi dia ditelfon nyokapnya disuruh pulang" David menyerahkan paperbag yang dititipkan Maura pada David.
"Hmm makasih"
Huffttt
Rere tidak siap melihat kondisi ayahnya saat ini, tapi dia sangat ingin bertemu ayahnya. Semua terjadi karenanya, itu yang ada di benak Rere saat ini. Dengan berat hati Rere memasuki ruang ICU untuk melihat kondisi ayahnya.
Untuk pertama kalinya dia melihat ayahnya terbaring selemah ini. Biasanya dia yang lemah tapi sekarang semuanya terbalik. Rere tidak tega melihat ayahnya kesakitan seperti ini.
"Ayah..." Lirih Rere. Mengelus lembut Surai Damar yang matanya masih terpejam entah sampai kapan. Tapi Rere berdoa semoga tidak lama.
"Ayah tidurnya jangan lama-lama ya... Rere sendirian disini"
Dirasa dirinya sudah mulai tenang dia pergi ke kamar mandi dan mengganti bajunya.
_________________________________
See u next up
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M REINARA
Подростковая литература[HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA!! REINARA DESTIA. Cewek cantik dan pintar dengan sifatnya yang baik, ramah, rendah hati, mudah sayang terhadap orang lain, tapi semua sifatnya itu tertutup dengan sifat cueknya yang melebihi kulkas 7 pintu. Tak lepas d...