39

22 5 1
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Haiii
I'm back brooo
Sorry, udah lama banget enggak update.
Aku bener" males, gada ide, gada kuota juga hehe.
Maaf banget yaaa

____________________________________

Keesokan paginya Rere pikir Raka yang datang di pagi buta seperti ini tapi ternyata bukan Raka tapi Lidya. Damar belum di pindahkan dari ruang ICU rencananya hari ini akan di pindahkan ke ruang rawat. Mungkin Rere hari ini tidak akan berangkat sekolah.

Lidya memang sengaja datang pagi buta sebelum berangkat sekolah. Awalnya dia semalam mengajak kakaknya untuk menemui Rere setelah sampai tapi kakaknya tidak mau. Dan pagi tadi Lidya terus merengek kepada kakaknya agar diizinkan ke rumah sakit untuk menjenguk Rere naik mobil. Tak lupa dia juga membawa baju ganti dan makanan untuk Rere.

"Semalem tidur dimana?" Tanya Lidya.

"Disini" Rere menunjuk lantai di bawah brangkar ayahnya.

"Gak pake alas tikar atau apa?"

"Sajadah" Lidya tau jika Rere saat ini rapuh, dia tidak bisa melakukan apa-apa selain hanya pasrah dan berdoa. Dia menatap kosong arah ayahnya seolah menyiratkan kekhawatiran, kebingungan, keputusasaannya.

"Re" panggil Lidya.

"Hmm" Rere menoleh kesamping tepatnya pada Lidya. Terlihat matanya yang membengkak pasti semalam Rere menangis.

"Mau peluk?" Lidya merentangkan tangannya agar Rere dengan mudah memeluknya. Rere diam menatap Lidya tak menjawab tawarannya beberapa saat. Tapi sedetik kemudian Rere langsung menerjang tubuh Lidya dan memeluknya dengan erat.

Hiks

Lidya mengusap punggung Rere yang bergetar. "Kenapa harus ayah Lidya... Hiks Kenapa gak aku aja, aku gak bisa lihat ayah kayak gini hiks"

"Kita berdoa aja ya semoga om Damar cepet siuman dan cepet sembuh" Rere tak menanggapi ucapan Lidya, dia masih menangis dalam dekapannya.

"Lo juga jangan nangis terus... Om Damar gak suka lihat Lo nangis kayak gini" Lidya melepas dekapannya dan menghapus bekas air mata Rere.

"Lo harus kuat, anggep aja sekarang gantian kalo om Damar ngerawat Lo dari kecil Sampek gede dan sekarang dibalik Lo ngerawat om Damar Sampek sembuh. Jadi Lo harus kuat dan sabar. Oke?" Rere mengangguki ucapan Lidya.

"Kok lo mendadak jadi dewasa gini si" ujar Rere.

"Ngeselin ya lo, tadi aja nangis-nangis sekarang ngeselin lagi"

"Hahaha"

"Nah gitu dong ketawa, udahlah gue mau berangkat sekolah dulu. Itu jangan lupa sarapannya dimakan, jangan lupa mandi juga, jangan nangis terus"

"Iya-iya gue semalem juga mandi kali"

"Udahlah gue berangkat ya"

"Sama siapa?"

"Naik mobil"

"Bisa emang?"

"Ngeraguin Lo?"

"Enggak, tapi takut aja Lo nabrak tiang listrik"

"Anjir"

"Oh iya tolong bikinin surat ijin gue ya, kayaknya gue gak sekolah dulu"

"Oke, tapi sampek kapan?"

"Gak tau, lusa gue usahain berangkat. Lusa gue juga ada jadwal bimbingan"

"Bimbingan? Lo jadi perwakilan lomba?"

I'M REINARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang