Bel istirahat sudah berbunyi 5 menit yang lalu. Maura dan Lidya sudah tidak ada di tempat. Mereka pasti sudah pergi ke kantin. Mereka sudah tidak tahan lagi karena cacing-cacing di dalam perutnya sudah tidak bisa diam.
Berbeda dengan Rere, kini Rere pergi ke perpustakaan. Kali ini dia tidak akan ke kantin. Alasannya Rere ingin belajar dengan tenang dan tidak di ganggu karena waktu istirahat cukup lama untuk belajar. Itung-itung mengirit uang juga.
Rere sudah diberitahukan jika lomba akan dilaksanakan Minggu depan jadi Rere harus sudah menyiapkan segalanya dengan baik. Mungkin untuk seminggu ini Rere harus lebih memfokuskan belajar dahulu.
Dan untuk ayahnya, kini keadaannya belum juga ada perubahan. Setiap malam Rere berdoa kepada Allah agar ayahnya diberi kesembuhan dan kesehatan lagi.
"Sayang" panggil seseorang kepada Rere yang tak lain adalah Raka.
"Hmm" Rere tidak menoleh, pandangannya masih ke buku yang dibacanya.
"Kenapa nggak ikut Lidya sama Maura?"
"Gak pengen" jawab Rere seadanya.
"Ketus banget jawabnya"
"Ngapain kesini sih, udah sana makan aja sama yang lain, aku mau belajar" kini pandangan Rere beralih menatap Raka. Rere paling tidak suka ketika dia belajar ada orang yang mengganggunya termasuk orang terdekatnya.
"Kan mau ngajakin kamu"
"Lagi gak pengen makan Raka...."
"Yaudah aku juga gak pengen makan" Rere memijat pangkal hidungnya.
"Astaga Raka... Jangan kayak anak kecil kenapa sih, sekarang kamu ke kantin makan sama yang lain aku perlu sendiri buat belajar"
"Belajar bisa nanti"
"Enggak, aku gak sempat belajar nanti rak" Raka diam tak membalas ucapan Rere. Rere dibuat geram oleh Raka.
"Raka sayang.... Kamu ke kantin sekarang ya.... Makan, moodku hari ini jelek banget jadi tolong kerja samanya ya sayang...." Rere menghaluskan cara bicaranya dengan menahan amarahnya. Raka di buat terkejut mendengar panggilan 'sayang' dari Rere.
"Apa tadi kamu manggil aku apa?" Tanya Raka memastikan.
"Gaada, udah cepetan sana kamu pergi"
"Coba panggil kayak tadi sekali lagi"
"Gamau"
"Yaudah aku juga gamau"
"Ck, Raka sayang makan ya..." Rere berdecak kemudian menuruti permintaan Raka. Raka tersenyum menang karena senang Rere menurutinya sekaligus baper.
"Oke sayang"
Cup
Rere melotot seketika karena Raka mencium pipinya tanpa izin sebelum Raka meninggalkan Rere sendirian lagi.
Rere memegang pipinya yang memanas dan mungkin saja sekarang sudah merah seperti tomat. Rasanya Rere ingin marah tapi tidak bisa. Marah karena Raka menciumnya sembarangan tapi tidak bisa karena Rere sudah terlanjur baper.
Tak ingin berlarut dalam kebaperan terlalu lama, Rere melanjutkan lagi aktivitas belajarnya.
🌠🌠🌠
"Re" panggil Maura saat mereka berjalan bersama di koridor. Mereka sekarang akan pulang kerumah masing-masing.
"Hmm"
"Deeptalk an yuk" ajak Maura.
"Kenapa?" Tanya Rere heran dengan Maura yang mengajaknya untuk deeptalk.
"Gapapa pengen aja, gue rasa lo butuh temen cerita"
"Sok tau lo"
"Emang gue tau, ntar gue dateng ke rumah sakit sebelum lo dateng"
"Oke terserah lo"
🍁🍁🍁
Malamnya setelah Rere bekerja, Rere ke rumah sakit tempat ayahnya dirawat. Dan benar saja Maura sudah menunggunya di bangku yang sudah disediakan di depan ruangan.
"Jam segini Lo baru pulang re?" Tanya Maura saat melihat Rere baru pulang kerja.
Yang ada di pikiran Maura apa Rere istirahat dengan cukup. Setiap pagi dia pasti membawa satu kotak yang berisi donat untuk di jual di sekolah. Dan tak mungkin jika Rere membuatnya setelah shubuh karena membuat donat itu membutuhkan waktu yang lama. Di sekolah dia harus belajar sampai sore. Setelah itu dia harus bekerja sampai jam sepuluh. Belum juga waktu untuk belajar tambahan dan juga Raka.
"Iya" Rere ikut duduk disamping Maura.
"Gak capek?"
"Gak, asal ikhlas aja"
"Dan lo ikhlas?"
"Tentu gue ikhlas, gue lakuin semua ini untuk ayah" jawab Rere dengan tatapan mengarah ke depan.
"Kapan lo belajar buat lomba re?"
"Kok lo tau kalo gue ikut lomba"
"Iyalah Bu Ani itu Tante gue"
"Kok gue baru tau"
"Lo gak pernah nanya si"
"Iya juga, gue belajarnya si kalo ada waktu luang entah itu disekolah atau dirumah"
"Kalo pulang sekolah lo istirahat nggak?"
"Lo tau sendiri kadang Raka ngajak gue jalan atau nggak nemenin dia ekstra" ucap Rere.
"Lo seneng gak?" Rere diam tak menjawab pertanyaan Maura.
Sebenarnya diapun tidak mengerti apa yang dirasakannya entah senang atau tidak. Rere senang dan tidak nyaman secara bersamaan ketika bersama Raka. Jika ditanya apakah Rere mencintai Raka jawabannya 'ya dia mencintainya'. Tapi dengan pernyataan itu tidak mengubah dirinya yang harus fokus pada laki-laki selain ayahnya. Dia masih bisa membatasi dan tidak terfokus pada hal percintaan saja.
"Gue tau re lo masih belum bisa ngerti perasaan lo sendiri. Gue bisa lihat tiap lo jalan sama kak Raka lo kelihatan nggak nyaman. Bukan karena kak Raka tapi pikiran lo tertuju dengan apa yang harusnya lo lakukan pada saat bersamaan. Karena lo udah punya jadwal harian yang rutin. Misal pulang sekolah lo jalan sama kak Raka tapi harusnya lo itu belajar bukannya malah jalan" jelas Maura.
"Gue gak bisa bilang kak Raka bawa pengaruh buruk atau baik. Gue tau Raka itu orang yang kurang pengertian terhadap orang lain. Seharusnya dengan status dia sebagai pacar lo dia bisa bantu lo. Kalaupun tidak dalam bentuk uang, dia bisa bantu buat usaha, atau paling sederhana itu dia dukung lo, menghargai lo, ngertiin lo, kalau waktu lo itu bukan cuman buat dia. Gitu kan..." Lanjut Maura.
Sebenarnya Maura tidak tega Rere melakukan semuanya sendirian. Rasanya Maura ingin membantu membayar pengobatan ayahnya tapi Rere menolaknya dengan alasan jika dia masih mampu membayar maka dia tidak akan menerima bantuan dari temannya. Yang terpenting bagi Rere adalah dukungan dari temannya.
"Gue juga pernah berpikir seperti lo Ra" ucap Rere dengan pandangan kosong kedepan.
"Tapi gue berusaha buat ngertiin" lanjut Rere membuat Maura menyerngit.
"Harusnya bukan lo yang ngertiin re, tapi kak Raka"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M REINARA
Teen Fiction[HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA!! REINARA DESTIA. Cewek cantik dan pintar dengan sifatnya yang baik, ramah, rendah hati, mudah sayang terhadap orang lain, tapi semua sifatnya itu tertutup dengan sifat cueknya yang melebihi kulkas 7 pintu. Tak lepas d...