35

37 4 1
                                    

Sekolah sudah selesai dari 10 menit yang lalu tapi Rere dan Lidya belum bisa menemukan keberadaan Raka dkk. Entah kemana mereka semua. "Ini mereka kemana sih, pada ngilang gak ngasih tau" gerutu Lidya.

"Itu motornya masih pada jejeran" Rere menunjuk motor Raka dkk yang masih berada di parkiran sekolah.

"Kalian masih belum pulang?" Tanya Maura yang baru saja dari kamar mandi.

"Hmm" jawab Rere.

"Mereka dicariin gak tau kemana ngilangnya, kan gak seru" ucap Lidya.

"Mungkin lagi di BMT" jawab Maura.

"BMT?" Tanya Lidya dan Rere bersamaan. Maura pikir Lidya dan Rere sudah tahu karena mereka semakin dekat dengan Raka dkk.

"Kalian gak tau?" Rere dan Lidya menggeleng.

"BMT itu singkatan dari Basecamp Mbak Tina, kelas IPS 1 itu kalo pada nongkrong waktu jam sekolah mesti disana. Dan gak ada kelas lain yang ikut nongkrong disana seakan BMT itu cuman buat IPS 1 doang" jelas Maura. Rere dan Lidya hanya ber-ohria.

"Ayo kesana aja" ajak Maura.

"Ayo"

◇◇◇◇◇

"Mbak Tina bakwannya udah Mateng belom?" Teriak Alvaro yang masih setia menunggu bakwan buatan mbak Tina.

"Belom mas ini adonannya baru jadi tinggal goreng aja" jawab mbak Tina dengan logat jawanya.

"Oke, jangan lama-lama ya mbak"

"Siap mas tunggu aja"

Sembari menunggu bakwan buatan mbak Tina, mereka menyibukkan diri dengan kesibukan masing-masing dengan HP-nya. Ada yang bermain game, streaming YouTube, scroll Tiktok seperti Alvaro.

Ramai tapi mulut mereka diam, pastinya yang mengeluarkan suara hanya hp mereka.

"Ekhm" lama-lama Alvaro bosan jika seperti ini.

"Ngode paan lu" sewot Gilang.

"Pada diem-diem bae"

"Ya lo maunya gimana, mau adu bibir apa adu cocot?" Sahut Gilang.

"Enak aja gue masih normal, ya kali adu bibir sama lo" jawab Alvaro ngegas.

"Gue juga ogah kali ya" Gilang menatap malas Alvaro.

"Udahlah cocot kalian gak ada faedahnya, nih ya gue ada tebak-tebakan" celetuk Dafa. Mendengar itu, atensi semua orang beralih ke Dafa teman sekelasnya itu.

"Apa?" Tanya David yang penasaran.

"Ber, ber apa yang dua?" Ucap Dafa yang bersamaan dengan kedatangan Rere, Lidya, dan Maura. Tentunya mereka mendengar pertanyaan dari Dafa.

"Bego, itu bukan tebak-tebakan" celetuk Rere. Raka menyuruh Rere untuk duduk disampingnya, tanpa bantahan Rere menurut.

"Gimana sih lu dap katanya tebak-tebakan" Arfa menyalahkan Dafa padahal dia sendiri belum tahu jawabannya.

"Emang apaan jawabannya" Alvaro terlihat penasaran dengan jawabannya.

"Yang gak tau jawabannya lebih bego" sahut Rere membuat mereka semua menatap Rere jengah. 'Lebih baik diam, sekali ngomong langsung ngena' pikir mereka.

"Itu tuh lagu" celetuk Lidya yang sedang sibuk dengan HP-nya dan diangguki Rere dan Maura.

"Oh gue tau jawabannya" Raka tidak ingin dikatakan bego oleh pacarnya sendiri karena tidak bisa menjawab pertanyaan dari Dafa.

"Apa?" Dafa dan Rere barengan.

"Gini kan, berdua denganmuuu, pasti lebiiihh baiiikk" Raka langsung melantunkan lagu itu. Raka menatap Rere dengan lekat, Rere tersenyum dan mengangguk.

"Aku yakin ituuuu" sahut Dafa.

"Bila sendiriiii" Alvaro juga ikut-ikutan.

"Hati bagai langiiiiit, berselimuutt kaabuuuttt" jadinya mereka bernyanyi bersama.

"LAGI WOY LAGI" teriak Alvaro.

"BERDUA DENGANMUU" bukan bernyanyi biasa lagi tapi mereka menjadi bernyanyi sambil berteriak.

"PASTI LEBIH BAIIIKK, AKU YAKIINN ITUUU"

"BILAA SENDIRIII"

"HATI BAGAI LANGIIIIIT BERSELIMUUUTT KABUUUTT" mereka langsung diam setelah bernyanyi.

"Udah gitu doang? Gaseru" Lidya kecewa karena dia pikir dia akan mendengar lagu yang panjang.

"Nih nih gue ada" Arsen menyahuti.

"Apa kak?" Lidya antusias.

"Yang gak tau ini kebangetan"

"Kita bahagia saat apa gaaiiisss" lanjut Arsen.

"Saat bahaaagiakuuu duduk berdua denganmuu, hanyalah bersamamuuu" jawab David sembari menatap seseorang yang berada disana.

"Mungkin akuuu terlanjuuurr tak sanggup jauuhh dari" sahut mereka bersamaan.

"Dirimuuu"

"Kuingin engkau slalu" lagi dan lagi mereka tidak melanjutkan lagunya membuat para cewek disana yaitu Rere, Lidya dan Maura memutar bola matanya malas.

"Lanjut woy lanjut, random aja sebutin apa yang lagi viral" mereka semua mengangguki ucapan Alvaro

"Raka pulang yuk" ajak Rere.

"Ayo, bro gue balik duluan ya ntar malem kita kumpul lagi" pamit Raka dan diacungi jempol oleh teman-temannya.

Saat masih di perjalanan, Rere menyuruh Raka untuk berhenti di salah satu penjual yang ada di jalanan.

"Raka mampir yuk"

"Mau beli apa?"

"Itu" Rere menunjuk sebuah gerobak yang menjual martabak manis di pinggir jalan. Masih sore hari tapi sudah ada yang menjual martabak manis. Sungguh rajin wahai penjual martabak manis.

"Boleh"

"Bang, martabak manisnya satu" pesan Raka pada penjual.

"Mau rasa apa mas?" Tanya penjual ke Raka.

"Mau rasa apa sayang?" Kini beralih Raka yang bertanya ke Rere.

"Cokelat keju"

"Rasa cokelat keju bang"

"Siap mas"

Sembari menunggu Raka memainkan handphone-nya dan Rere sibuk melihat jalanan yang ramai orang berlalu lalang. Saat Rere sedang sibuk melihat orang-orang, matanya tertuju pada satu hal.

"Raka aku mau beli es krim dulu ya"

"Mau beli es krim?" Rere mengangguk. Melihat tempat es krimnya yang berada di seberang jalan membuat Raka melarang Rere untuk membelinya sendiri.

"Suka banget sama yang manis-manis" ucap Raka yang diangguki Rere.

"Apalagi cokelat" sahut Rere.

"Jangan kebanyakan makan manis"

"Kenapa emang?" Tanya Rere.

"Kamu udah manis ngapain makan manis ntar kalo aku diabetes gimana" goda Raka.

"Apaan nggak baper"

"Siapa yang baperin"

"Bodo, aku mau beli es krim"

"Mau rasa apa? Aku beliin kamu disini aja" Raka memasukkan ponselnya kedalam saku.

"Enggak usah, aku beli sendiri aja"

"Gausah, aku beliin aja, itu penjualnya ada di seberang jalan nanti kamu kalo nyebrang sendiri bahaya"

"Enggak Raka, yaampun"

"Udah nurut aja, mau rasa cokelat kan?" Rere menghela nafas kemudian mengangguk.

Mau sekuat apapun Rere memaksa tetap Rere akan selalu kalah dengan paksaan Raka. Walaupun dirinya keras kepala, Raka itu lebih keras kepala darinya.

I'M REINARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang