05🔹ASISTEN

24.9K 2.5K 33
                                    

Stay Enjoy
Happy Reading
_______________________

Tok tok tok

Pintu besar itu langsung terbuka begitu saja setelah ketukan berakhir, dari karyawan yang mengantarkan siswa PKL hingga sampai di depan ruangan yang sudah terbuka lebar, memperlihatkan seorang lelaki yang masih muda, sedang duduk sambil memeriksa berkas penting.

"Kalian masuklah", ujar pria itu dengan ramah, setelah itu berlalu begitu saja setelah tugasnya selesai.

"Permisi Pak", ujar Esterlla yang lagi-lagi menggeser tubuh Sesha, memisahkan mereka berdua, yang menghalangi jalannya. Untung saja Devan salah satu temanya yang berdiri di belakang Sesha menahan bobot tubuh gadis itu, sebelum tersungkur ke belakang.

Esterlla berdiri paling depan di antara teman-temannya. Menatap ke arah tangan kanan sekaligus kepercayaan sang bos besar pemilik Alcand Company dengan tatapan berani.

Gadis dengan otak cantik itu tidak merasakan bersalah sedikitpun. Seakan tindakannya barusan memang hal yang tak berguna, menganggap itu adalah hal wajar yang tidak perlu diperpanjang. Sophia? Gadis itu sudah menggigit bibir melampiaskan kekesalannya. Jika saja ia tidak mengingat ucapan Sesha tadi, ia pasti sudah melakukan penganiayaan pada Esterlla.

"Makasih", ujar Sesha sambil memperbaiki penampilannya.

"Lain kali hati-hati", ujar Devan dengan senyum manisnya.

Advent sang tangan kanan beranjak dari tempat duduknya.
"Silahkan masuk", ujar Edvent mengarahkan mereka agar masuk ke dalam ruangan, yang dibuat khusus untuknya.

Selagi semua anak magang atau PKL itu memasuki ruangan miliknya, lelaki itu melangkah membuka lemari di sudur ruangan, mengeluarkan beberapa seragam beserta kartu pengenal.

"Saya tidak perlu menjelaskan lagi bukan? Saya rasa pak Agas sudah memberitahukannya pada kalian semua", ujar Advent.

"Iya pak", jawab serentak mereka.

"Bagus. Sebelum itu kalian harus memilih ketua untuk mengkoordinir kalian semua. Seorang ketua yang menjadi penanggung jawab kalian, dan tentunya setiap hari melapor pada tuan Antares, dan bisa juga dengan melalui saya saja", ujar Advent yang langsung membagi seragam berjumlah tiga pasang untuk setiap siswa, yang digunakan sesuai hari.

"Jadi siapa yang bersedia?", ujar Advent.

Esterlla maju satu langkah, mengangkat tangan dengan cepat.
"Saya pak, saya siap menjadi ketuanya", ujar Esterlla dengan mantap tanpa ragu di setiap ucapannya. Sophia meliriknya sinis.

"Ya sudah, kalian tunggu sebentar", ujar Advent sambil mengambil ponsel di atas meja kerjanya, menekan digit angka setelah itu terjadilah komunikasi dengan seseorang di seberang sana.

Tak lama setelah panggilan itu berakhir, seorang wanita dengan pakaian formal dengan lekuk tubuh idaman itu masuk, sambil menenteng beberapa berkas.

"Tuan Antares menitipkan ini untuk kau selesaikan dan segera kirim ke perusahaan Elyktro Company. Mulai saat ini perusahaan Alcand akan berkerja sama dengan Elyktro. Segera bereskan kontrak itu Advent", ujar wanita tersebut dengan santai.

Wajah Sophia melongo, mulutnya bahkan menganga lebar. Bukankah ini berita suka cita bagi perusahaan dan keluarganya. Bahkan Sesha sekarang menepuk bahunya sumriah, tentu saja setelah ini akan mendapatkan traktiran sepuasnya dari temannya itu.

"Yayaya. Antarkan mereka ke ruangan tempat mereka bekerja", ujar Advent yang langsung meraih berkas di tangan Sarah.

Sarah mengangguk, lalu menatap siswa PKL tersebut, yang masih diam dan menyimak.

Destiny Line [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang