36 🔹Like?

9K 959 5
                                    

Always Enjoy
Happy Reading
___________________________






"Aludra!"

Aludra yang sedang belajar menyulam segera mendongak. Bibirnya langsung melebar diikuti matanya yang menyipit. Gadis itu segera meletakan jarum di tangannya ke atas meja, kemudian berlari menerjang pemuda dengan seragam khas prajurit tersebut dengan pelukan erat darinya.


Ares, lelaki itu tak kalah membalas pelukan itu dengan erat. Tangannya mengelus surai indah itu dengan sayang.

"Aku merindukanmu", bisik Ares.

"Aku juga", balas Aludra dengan tampang bahagia.

Aludra sedikit mengurai pelukannya, mengangkat kepala menatap wajah Ares yang tingginya jauh dari atasnya.
Wajah lelaki itu lebih gelap dari sebelumnya. Kulitnya yang dulu putih sebelum menjadi prajurit kini sudah berubah cokelat gelap. Namun tak ayal, wajahnya bertambah manis dengan kulit barunya itu.



"Aku masih merindukanmu, bagaimana kamu bisa ada di sini?", ujar Ares sambil kembali memeluk Aludra.

"Ceritanya panjang, aku akan menceritakannya nanti", jawab Aludra.

"Ekhem!"


Keduanya melepas pelukan masing-masing, kemudian menatap ke arah deheman. Ada kesatria Advent dan pelayan Amber yang masih setia menunggu mereka dari tadi. Dan faktanya, mereka lupa akan kehadiran keduanya.


"Maaf mengacaukan momen kalian, saya rasa sudah cukup, bukankah Tuan Putri sedang fokus belajar?", ujar kesatria Advent dengan sopan.

"Tuan putri?", beo bingung Ares sambil menatap Aludra tak mengerti.


"Tuan Ares, Putri Aludra adalah calon Ratu kerajaan kita. Sebentar lagi Putri akan menikah dengan Pangeran Antares", ujar Amber menjelaskan.

Ares terdiam, matanya menatap kosong.
"Tuan Ares, kita harus segera kembali ke barisan", ujar kesatria Advent.

Setelah keduanya pergi tanpa Ares berbicara satupun, mereka meninggalkan Aludra yang kebingungan dengan sikap temannya barusan. Ini bukanlah Ares yang ia kenal.

"Aludra, sikap Tuan Ares barusan memang wajar untuk lelaki yang sedang patah hati", ujar Amber berjalan di sisi ruangan, menuangkan teh ke dalam cangkir emas.



Aludra kembali duduk pada tempatnya, menatap tak mengerti ke arah Amber yang berjalan padanya, meletakan cangkir tersebut ke sampingnya.

"Maksudmu?", tanya Aludra.


Amber tersenyum manis, gadis itu duduk di bawah kursi tempat Aludra duduk. Ia menopang dagu pada meja kecil di depan Aludra.

"Astaga, aku tidak tahu kamu bisa sepolos ini Aludra. Bahkan kamu tua satu bulan dariku, tapi aku sudah seperti ibu untukmu. Dengar, lelaki tadi menyukaimu Aludra, menyukai sebagia seorang pria pada perempuan, mata dan gerak-gerik tubuhnya tidak bisa Berbohong. Kesatria Advent mengganggu kalian tadi bukan karena ingin ikut campur, tapi dia hanya ingin melindungi kamu dan juga Tuan Ares. Dengarkan aku Aludra, seorang calon Ratu atau calon Firaun yang sudah terpilih, tidak diperbolehkan memiliki hubungan lain dengan orang manapun, karena ada hukum kerajaan yang menyangkut hal tersebut, begitupun juga setelah mereka sah menjadi pemimpin kerajaan", ujar panjang lebar Amber.




Destiny Line [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang