46 🔹Before.....

9.5K 1K 15
                                    

Always Enjoy
Happy Reading
__________________________







Keheningan melanda jarak sepasang kekasih, yang hanya dibatasi oleh sebuah meja makan, yang di atasnya tersaji beberapa aneka menu, yang tentunya memiliki nilai jual yang fantastis.

"Makanlah", ujar suara berat milik Sky, saat objek di depannya tidak memiliki inisatif bergerak untuk mengisi perut kosong itu.

"Nggak usah sok baik lo, gue mau pulang. Masa bodo dengan gue yang dititipkan sama lo", ujar datar Sesha tanpa mau menatap mata tajam Sky, yang kini menggelap.

"Makan", ujar Sky dengan tegas.

"Gue bilang nggak ya nggak!", balas sengit Sesha tak mau diatur.

"Makan Lucyasesha, atau perlu saya suapi dengan mulut saya?", tanya Sky dengan lancar.

"Dihh, lo pikir ini novel romansa pake acara di suapin? Kuno banget", sinis Sesha.

Sky memejamkan mata menahan emosinya yang tiba-tiba ingin keluar.
"Kemarilah", ujarnya dengan lembut.

Sesha menatap tak suka pada lelaki itu.
"Ngapain?"

"Kemari", ujar Sky.

"Tidak"

"Jangan membantah", ujar Sky dengan begitu tenang.

"Lo siapa sampai gue harus nurut?", ujar Sesha.

Tapi setelah melihat wajah Sky yang sudah berubah seram, gadis itu jadi menyesal telah berkata demikian. Dengan agak ragu Sesha berdiri, berjalan mengelilingi meja lalu berhenti di samping lelaki itu.

"Apa?", tanya Sesha berusaha mempertahankan mimik biasa saja, seolah tak gentar dengan aura gelap di sekitarnya.

Detik itu juga tubuhnya langsung ditarik hingga terduduk di atas pangkuan Sky. Lelaki itu melilit kedua tangannya di pinggang ramping Sesha dengan erat.

"Lo?"

"Jangan pernah menganggap saya bukan siapa-siapa kamu", ujar rendah Sky tepat di belakang tengkuk Sesha, yang membuatnya kegelian saat kulitnya terasa digeliti oleh napas lelaki itu.

"Y-ga gue-"

"Aku, apa kamu sudah melupakan bagaimana cara berkata layaknya orang dekat?", potong Sky dengan nada lembutnya.

"Turunkan aku", ujar Sesha mau turun dari kedua paha Sky, namun lelaki itu tak memberinya celah sedikit pun.

Sky memeluk Sesha, menempelkan dagunya di bahu gadis itu sambil memejamkan mata.
"Biarkan seperti ini sebentar saja", ujar Sky.

Sesha diam, dirinya juga tidak tahu harus lepas dari keadaan sekarang ini.

"Dihari ulang tahunmu nanti, apa kamu menginginkan sesuatu sebagai hadiah?", ujar Sky.

Sesha sedikit bingung saat kini lelaki itu berbicara tentang hari kelahirannya.

"Kamu tahu?", tanya Sesha yang mulai lupa pada rasa bencinya pada lelaki itu.

Destiny Line [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang