31 🔹Satire

9.2K 925 5
                                    

Always Enjoy
Happy Reading
__________________________




"Kenapa kamu cepat pergi? Tidak bisakah kamu tinggal lebih lama lagi Ares?"

Lelaki yang sedang mengemasi barang-barangnya ke dalam sebuah ransel besar menoleh ke samping. Ares membawa gadis manis itu ke dalam pelukannya, dengan tangan yang aktif mengelus surai hitam milik gadis itu.

"Maafkan aku Aludra, tapi inilah kehidupan kami sebagai prajurit. Kami hidup untuk kerajaan karena kami sudah mengambil sumpah setia semati. Tenang saja, seperti biasa aku akan kembali enam bulan kemudian", ujar Ares dengan senyum manisnya.

"Itu akan sangat lama", bisik Aludra namun masih bisa didengar oleh Ares.

"Itu tidak akan lama saat kamu melewatinya Aludra. Ayo, apa kamu tidak ingin mengantar pahlawanmu ini menuju perbatasan?", tanya Ares meraih tasnya, lalu merangkul Aludra dengan santai.

"Baiklah ayo aku antar", ujar lesu Aludra.

Setelah berpamitan dengan orang tua angkatnya, kini Ares yang ditemani oleh Aludra yang berjalan di sisinya mulai melangkah menuju perbatasan desa.

"Berjanjilah padaku nanti, kamu akan menjaga diri baik-baik. Kamu mengerti Aludra?", pesan Ares.

"Iya, kamu tenang saja", ujar gadis itu sambil menghela napas.

Setelah berjalan ditemani dengan dialog kedua teman itu, akhirnya mereka sampai di perbatasan desa. Di sana terlihat ramai dengan orang-orang desa yang juga turut mengantarkan keluarganya yang sudah menjadi prajurit kerajaan.

Di sana ada beberapa kereta kuda besar yang sudah sedia menampung para prajurit yang akan segera berangkat ke istana, setelah mereka dipulangkan dan diliburkan selama dua minggu lamanya. Para prajurit satu persatu mulai naik ke atas sana dengan tertib.

"Aku berangkat Aludra, ingat pesanku tadi", ujar Ares sambil mengelus puncak kepala Aludra dengan senyum lebarnya.

Aludra mengangguk, lalu mengambil sesuatu yang sedari tadi ia sembunyikan di balik genggaman tangannya. Gadis itu mengikat sebuah pernak-pernik sederhana yang tadi malam ia buat ke ransel Ares.

"Maaf aku hanya bisa memberi ini. Jaga diri baik-baik juga Ares, aku selalu menunggumu pulang", ujar malu Aludra sambil mengaruk pipinya.

Ares tertegun lalu memegang pemberian Aludra. Tak bisa ia elakan lagi senyum bahagia dari bibir tebalnya.

"Aku menyukainya, terima kasih", tutur Ares.

"Yasudah sana, teman-temanmu sudah naik", ujar Aludra.

"Baiklah, aku pergi. Sampai jumpa lagi Aludra"

Setelah mengatakan itu, Ares buru-buru berlari karena ia sudah terlambat naik. Lelaki itu duduk bergabung dengan yang lain, di atas kereta kuda tanpa atap itu. Matanya menatap tanpa berkedip pada Aludra yang sangat cantik dengan gaun putoh polos sederhana. Tangannya terangkat untuk melambaikan tangan.

Aludra ikut melambaikan tangan sambil tersenyum mengatarkan kereta kuda yang mulai berjalan. Hingga setelah kereta kuda sudah tidak terlihat dan semua orang mulai bubar, Aludra juga berbalik badan untuk pulang.


Destiny Line [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang