28 🔹Puzzle

9.7K 1K 8
                                    

Always Enjoy
Happy Reading
___________________________



Brak

Sesha memutar bola mata malas, lalu kembali sibuk mengupas buah mangga hasil colangannya seperti biasa. Gadis itu sedang duduk bersila di bawah lantai, dengan punggung yang bsrsandar pada ranjang.

Yang tadi mendobrak pintu adalah Vernon, abang ketiganya yang juga sama-sama gabut dengannya. Seperti biasa, lelaki itu akan melakukan segala cara untuk memancing dosa Sesha, untuk menuntaskan segala kegabutannya.

Vernon hari ini diam di rumah dikarenakan kakinya sudah digips. Iya di gips.


Kejadiannya dua hari yang lalu, saat lelaki itu berkunjung ke proyek yang sedang di bangun bersama rekan kerja yang lain. Sebuah balok kayu dari atas sana menimpa tepat di kaki kirinya, membuat lelaki itu harus melakukan pemulihan mandiri di rumah.

Dan Sesha ditempatkan untuk menjadi pesuruh Vernon atas perintah sang bunda. Aquilla yang lulusan bisnis waktu itu ikut turut lapangan mengontrol perusahaan besar mereka, membantu Xander sang anak sulungnya.

Vernon berdecak saat niatnya untuk mengacaukan hari adiknya tersebut gagal tak berefek apapun. Dengan langkah tertatih sambil memakai tongkat, ia berjalan masuk.

Lelaki itu duduk di atas ranjang tepat di sebelah Sesha yang sedang bersandar hikmat. Gadis itu cukup kebal dengan sifat gabut Vernon. Buktinya ia memakan buah mangga hasil kriminalnya dengan tenang.

"Sama abang mana?", ujar Vernon membuka mulut. Lelaki itu menelan ludah saat mulut Sesha mengunyah mangga segar tersebut. Kan ia jadi pengen juga.

"Tuhh pohonnya, ambil sendiri", ujar santai Sesha sambil menunjuk ke arah balkom dimana beberapa buah mangga ikut menyangkut di sana menggunakan dagunya.

"Dahlah", ujar ketus Vernon. Lelaki itu memilih menidurkan tubuhnya di kasur sang adik dengan posisi telentang sambil menatap langit-langit kamar berdesain putih polos.

"Dek?", panggil Vernon.

"Apaan", jawab singkat Sesha.

"Lo ngerasa ada yang janggal nggak akhir-akhir ini?", ujar Vernon.

Sesha mengerutkan keningnya. Gadis itu berbalik dan memilih duduk di atas kursi belajarnya.

"Apanya yang janggal bang?", tanya Sesha. Gadis itu mengelap jarinya dengan tisu basah yang ada di atas meja, sambil menunggu jawaban dari sang abang.

"Lo nggak ngerasa ada yang aneh? Di rumah ini?", ujar Vernon. Lelaki itu duduk, menyandarkan punggungnya di kepala ranjang.

"Maksudnya?", ujar bingung Sesha. Mata keduanya bertatapan lurus sambil menggali informasi lewat sana.

"Jujur aja abang kurang yakin tapi abang udah nggak tahan kalo nggak bisa cerita. Dan abang mau jujur sama kamu aja. Gimana ya ngomongnya? Tapi yang penting akhir-akhir ini abang merasa ada sesuatu yang aneh. Sumpah dek, abang nggak lagi bercanda", ujar Vernon.

"Ya apa bang yang anehnya?", tanya Sesha.

Vernon berdehem. Mulutnya berusaha memilih kata yang pas karena keraguan masih melanda dirinya.

"Anehnya itu kek gini dek. Abang seperti ngerasa jika ada yang merhatiin kita di rumah ini. Sumpah, abang nggak boong", ujar Vernon membasahi bibirnya.

"Merhatiin gimana sih?", tanya heran Sesha.

"Abang ngerasa kalo ada sosok misterius di rumah ini dek. Beberapa kali abang melihat sosok mengerikan", ujar Vernon.

Destiny Line [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang