06🔹 Halu or Real?

24.9K 2.1K 7
                                    

Stay Enjoy
Happy Reading

________________________

Helaan napas berat, yang sudah keberapa kalinya memenuhi halte bus yang sudah sepi. Tubuh letih itu ia sandarkan di sandaran kursi panjang yang tersedia. Kepala Sesha terasa berat sekarang, membuat tangan kecilnya ia gunakan untuk memijitnya.

Jam besar dari sebuah gereja yang berada di seberang jalan berbunyi, yang terpanjang di atas sana dengan megahnya. Sesha memperhatikan pergerakan jarumnya yang sudah menunjukan pukul setengah delapan.

Sial!

Sesha terjebak di sana. Mungkin Sophia sekarang sedang bersantai di balik selimut bulunya, sambil ditemani secangkir susu cokelat hangat dengan uap mengepul. Ah, mengingat itu Sesha menjadi geram sendiri.

Sesha masih menggerutu, menatap ke atas langit tanpa bintang itu. Perlahan gemuruh dari sana saling bersahutan, disertai dengan kilat. Sesha masih diam di tempat, menanti saja rintik air yang mulai menetes satu persatu itu.

S

ebenarnya Sesha takut, hanya saja ia mencoba biasa saja. Gadis itu memang sedang mendapatkan berkat sial hari ini. Di mulai diperkerjakan bagai babu oleh Sky, hingga membuatnya pulang jam tujuh, melewati jam tugas teman-temannya yang sudah pulang sejak jam lima sore.

Sesha terdampar dengan dompet yang tertinggal di rumah. Harapan satu-satunya ia harapkan adalah Bian. Gadis itu sudah mengabari abangnya yang sedang berkerja di rumah sakit. Lelaki itu berkata jika ia baru saja mau pulang saat ia meneleponnya tadi. Dan sekarang lelaki itu pasti sedang menuju ke sini walaupun letak kantor dan rumah sakit itu berbeda arah.

Xander dan Vernon? Kedua kakaknya itu sedang perjalanan bisnis.

Sesha mematung dengan wajah pucat. Apa ia sedang berhalusinasi sekarang? Tunggu-tunggu.... Siapa kumpulan orang-orang dengan baju aneh, yang berjalan di bawah guyuran hujan, sambil mengangkat sebuah PETI?

Sesha langsung berdiri, menatap dengan bahu terangkat dan tubuh gemetaran. Bahkan lidahnya sudah kelu dengan napas terengah. Pakaian itu? Terasa tidak asing.

Sesha dalam diam terus memerhatikan gerak-gerik mereka yang melewatinya begitu saja, seakan mereka tidak melihat keberadaannya.

Sesha ingat. Gadis itu kini membengkap mulutnya. Menetralisir ketakutannya yang kian meningkat. Tidak, ia harus diam agar mereka tak mengganggunya.

Baju itu... Itu pakaian khas kerajaan mesir kuno. Sesha tau dari Kevin saat sedang mengimput info saat mereka liburan. Pantas saja sangat familiar.

Sekarang Sesha lemas, seakan tenaganya ditelan habis-habisan oleh semua ini.

Gadis itu dengan napas tak beraturan dan mulut yang terus ia bekap, menatap tanpa berpaling pada mereka yang perlahan menghilang dengan misterius, bagaikan tersapu oleh lahapan angin jalanan.

Namun seseorang perempuan yang berdiri paling belakang menoleh, menatap tepat di mata abu-abunya. Benar, Sesha tak salah lagi. Dari segi penampilan serta riasan.... Mereka adalah bangsa Mesir.

Sesha meremas roknya kuat, perempuan itu sendirian setelah yang lain menghilang. Mengapa ia melihat Sesha seperti itu. Bibir perempuan itu terangkat, sebuah senyum misterius terpatri di sana, sebelum tubuhnya perlahan transparan lalu hilang terbawa angin.

"Sesha"

Sebuah suara serta tepukan pada kepalanya, langsung membuat gadis itu terkejut akibat takut dan gelisah secara bersamaan.

Destiny Line [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang