Dua hari ini, Eunbi berada di rumah, tidak menemani Seokjin di rumah sakit. Terpaksa, meskipun sebenarnya ia tidak bisa meninggalkan Seokjin di sana tanpanya.Tetapi apa boleh buat, kelelahan yang tidak dirasanya, juga tekanan pikiran yang dialaminya semenjak Seokjin masuk ke rumah sakit, terus menjaga dan menemani Seokjin selama berbulan-bulan ini, ternyata sudah cukup mampu menumbangkan daya tahan tubuhnya.
Eunbi itu jarang sakit, dan kali ini ia harus mengalaminya.
Eunbi banyak beristirahat di rumah, di kamarnya, bergelung dengan selimut. Sungguh ia merasa butuh banyak beristirahat untuk memulihkan tubuhnya yang lelah itu.
***********
Seokjin kembali melakukan fisioterapinya, sudah belajar berjalan lebih dari tiga puluh menit. Dengan alat bantu berjalannya. Seperti sebuah kruk, hanya saja lebih besar dan ada roda-roda kecil pada kaki-kaki penyangganya.
Fisioterapisnya tampak telaten dan sabar membantunya.
Seokjin sebenarnya sudah merasa sangat lelah, bulir-bulir keringat sudah mengalir deras melalui pori-pori kulitnya. Bibirnya tampak kebiruan, wajahnya pucat, tanda ia sudah kelelahan.
Memang, setelah sebelumnya ia harus merasakan terapi menggunakan energi listrik melalui elektroda-elektroda yang diletakkan pada tubuhnya, untuk membantu melemaskan otot-ototnya yang tegang dan kaku, akibat tidak digerakkan dalam waktu yang lama, setelahnya ia harus belajar berjalan.
Semuanya melelahkan, Seokjin tidak memungkiri hal itu.
Tetapi, akhir-akhir ini, semangatnya begitu besar untuk sembuh, untuk pulih seperti sebelumnya.
Lagi-lagi membayangkan wajah Haru membuatnya ingin sekali untuk segera sembuh, bisa berjalan lagi, keluar dari rumah sakit dan menghabiskan banyak waktu untuk Haru.
Putra kecilnya yang menggemaskan itu, yang sekarang bahkan sudah bisa berjalan. Lebih cepat darinya sendiri.
Memang melelahkan, tetapi mengingat Haru, membuatnya pantang untuk menyerah dan mengeluh. Ia harus cepat sembuh untuk putranya.
Ia tidak memperdulikan tubuhnya yang sudah kelelahan, ia tetap bersemangat mengikuti proses fisioterapinya hari ini.
Menarik nafas dengan susah, ia bahkan tidak menyadari jika ia sudah terengah-engah semenjak tadi.
"Tuan Seokjin,, kau baik-baik saja? " Tanya seorang terapis yang memdampinginya selama ini. Menyadari wajah Seokjin yang pucat pasi dengan banyak keringat yang mengalir.
Seokjin tersenyum sekilas, berusaha mengatur nafasnya yang tersengal.
"A-aku baik-baik saja.." Ucapnya, dengan deru nafas yang tidak teratur.
"Perlukah kita beristirahat sebentar? Kau sudah melakukannya lebih dari tiga puluh menit.. " Tanya sang terapis lagi.
Seokjin mengganguk tanda mengiyakan, Salah satu tangannya ia gunakan untuk memegang dadanya yang tiba-tiba saja terasa nyeri. ia memang merasa sudah sangat lelah. Kepalanya yang semenjak tadi berdenyut, kini mulai terasa menyakitkan. Tubuhnya telah memberi sinyal seperti itu. Beberapa memar tampak terlihat muncul di permukaan kulit lengan dan kakinya.
Baru ia melepaskan tangannya pada pegangan tempatnya belajar berjalan sebelumnya, tubuhnya limbung, kedua kakinya kram dan terasa kebas untuk berjalan, terasa berat untuk melangkah.
Seokjin merasa bingung, ia bahkan seperti tidak mampu merasakan kedua kakinya lagi.
Lalu, waktu terasa begitu cepat, tubuhnya ambruk kebawah, karena kedua kakinya seperti tidak mampu menopang tubuh bagian atasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fly With The Wind 2 || KSJ (Seokjin Love Story)
FanficMemiliki keterbatasan fisik, dengan penyakit bawaan tidak menghalangi Seokjin untuk meraih mimpi-mimpinya, juga untuknya membangun rumah tangga bersama gadis pilihannya. Tidak selalu mudah karena dia yang sering merasa rendah diri dan malu dengan k...