Seokjin tetap pergi ke kantor, tidak memperdulikan perkataan istrinya yang memintanya untuk tidak mengurusi masalah pekerjaan lebih dulu, ia tidak mungkin bisa tenang dan bersantai di rumah jika sebenarnya terjadi masalah pada perusahaan.
Ia berada di ruang kerjanya setelah dua bulan ini tidak ia tempati dengan banyak berkas yang harus dipelajari dan teliti satu persatu.
Seokjin mendengus berulang kali, berusaha fokus pada banyak arsip dan catatan yang diberikan kepadanya. Ia seolah tidak memperdulikan rasa sakit yang terasa. Sungguh, belum apa-apa tapi rasanya kepalanya sudah seperti akan pecah saja.
Emosinya belum sepenuhnya terkendali, ia berharap tidak akan meledak saat ini juga.
"Mengapa semua ini bisa terjadi lagi? " Tanyanya seorang diri, sedangkan sekretarisnya yang semenjak tadi berdiri tidak jauh darinya hanya memperhatikan.
"Banyak kejanggalan dan kebocoran di sana sini, anggaran dana produksi yang terpangkas,, dan dilakukan oleh orang yang sama? " Seokjin sekarang menoleh ke arah Pak Yang, sekertarisnya itu mengangguk patah-patah.
"Kami juga tidak tahu sebelumnya,, tapi melihat jumlah produk baru yang diluncurkan dengan anggaran yang sudah disediakan, itulah awalnya terjadi kejanggalan dan kami mulai curiga.. " Jelas sekretarisnya itu, membetulkan posisi kecamatanya.
"Dimana dia!? " Seru Seokjin, sarat sekali jika ia sangat kesal dan emosi. Ia tidak menyangka jika hal seperti ini akan terulang kembali.
Terlebih dengan orang yang sama, yang sudah ia berikan kepercayaan, Seokjin merasa dikhianati. Merasa dibodohi.
Dan ternyata dikhianati oleh orang dekat itu rasanya sangat tidak enak.
"Tuan Dohyun tidak berangkat ke kantor, sudah satu minggu ini.. " Kata Paman Yang.
"Apa!? " Kaget Seokjin, tidak habis pikir dengan salah satu bawahannya itu.
" Itu benar tuan.. " Paman Yang menimpali.
Seokjin tampak geram, ia mengatur nafasnya agar tidak terlampau emosi, melonggarkan dasinya, dan menyandarkan kepalanya pada kursi kerjanya. Penat sekali rasanya. Memejamkan kedua matanya sebentar, dahinya berkerut, entah karena ia yang sakit kepala atau sedang berpikir.
"Kalian sudah mencarinya ke rumahnya!? " Tanya Seokjin, membuka kembali kedua matanya. Sungguh, ini hari yang melelahkan baginya. Meskipun hari pertamanya bekerja setelah sekian lama.
"Beberapa kali kami menyuruh orang untuk kesana, tapi dia tidak pernah ada di rumah.. " Paman Yang entah mengapa tidak berani menatap Seokjin.
"Apa yang paman katakan!? "
"Menurut informasi yang kami dapatkan, tuan Dohyun terlibat perjudian, dan terlilit hutang karenanya, itu sebabnya dia sering tidak berada di rumah karena rumahnya kerap didatangi oleh penagih.. " Jelas Paman Yang.
Seokjin mendengarkan dan kekesalannya bertambah.
"Lalu, bagaimana dengan ibunya? Apakah Ibunya masih melakukan perawatan di rumah sakit? " Tanya Seokjin kemudian.
"Ibunya sudah meninggal 6 tahun yang lalu,, dia tidak mempunyai Ibu lagi.. " Kata Paman Yang, dan Seokjin tampak kaget.
"B-benarkah!? " Tanpa sadar Seokjin mengepalkan jari-jarinya.
Paman Yang mengangguk lamat-lamat.
"Dia menipuku! " Geram Seokjin, hingga paman Yang tidak berani menatap Seokjin yang sedang marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fly With The Wind 2 || KSJ (Seokjin Love Story)
FanfictionMemiliki keterbatasan fisik, dengan penyakit bawaan tidak menghalangi Seokjin untuk meraih mimpi-mimpinya, juga untuknya membangun rumah tangga bersama gadis pilihannya. Tidak selalu mudah karena dia yang sering merasa rendah diri dan malu dengan k...