Chapter 44.

205 30 3
                                    

Sudah hampir tiga bulan, Seokjin tertidur, tidur panjang, lama sekali.

Tetapi Eunbi tak mengenal lelah apalagi mengeluh untuk menjaganya.
Lelah wajar, manusiawi. Ia harus meluangkan waktunya untuk menjaga Seokjin, juga untuk Haru. Tapi sekali lagi, Eunbi terlihat tegar dan tidak mengeluh.

Eunbi seperti menjadi asisten perawat untuk ikut membantu, apa saja. Termasuk ketika membersihkan tubuh Seokjin.

Ia mungkin bisa melakukannya sendiri, ia sudah terbiasa mengurusi segala macam kebutuhan Seokjin. Hanya saja karena kali ini Seokjin yang tidak sadarkan diri, dan tubuhnya dipenuhi dengan peralatan medis, alat-alat kedokteran yang canggih, membuat Eunbi takut jika harus melakukannya sendiri.

Tetapi, Eunbi mengerti, jika Seokjin dalam keadaan sadar, pasti dia tidak mau dibersihkan oleh orang lain, dia pasti akan meminta Eunbi saja yang melakukannya.

Tubuh Seokjin sudah dibersihkan, sudah wangi, hanya saja ia masih saja terdiam, terpejam.

Setelah kepergian dua orang perawat, yang mengurus Seokjin hari ini, Eunbi berinisiatif untuk membersihkan kuku Seokjin. Kukunya sudah panjang.

Eunbi memotongnya satu persatu dengan telaten dan sangat hati-hati.

Tidak saat Seokjin dalam keadaan sehat, maupun saat seperti sekarang yang masih sakit. Eunbi memang biasanya yang akan memotong kuku-kuku Seokjin itu.

"Kalau kau masih lelah,, tak mengapa jika kau masih ingin tidur.. " Eunbi berbicara di sela-sela kegiatannya.

"Aku tidak pernah keberatan untuk menunggumu bangun.. "

"Hanya saja,, aku selalu merindukanmu.. "

"Bukankah kau suka mengobrol denganku? Mengobrol hal-hal yang tidak jelas.. "

"Kita sudah lama tidak melakukannya.. " Eunbi tersenyum sekilas, membayangkan kegiatan mereka sebelum pergi tidur, adalah mengobrol. Mengobrol apa saja.

"Kau bilang kau suka mengobrol denganku,, jadi segeralah bangun,, aku akan banyak mengobrol denganmu,, aku tidak akan bosan.. "

Eunbi selesai membersihkan kuku-kuku Seokjin. Kemudian memperhatikan Seokjin. Wajah Seokjin terlihat begitu damai, dia layaknya tertidur biasa. Suara pernafasannya normal yang terdengar dari mesin pernafasan yang terus berjalan.

Eunbi terdiam beberapa saat, entah sampai kapan ini semua akan berakhir. Sungguh, ia merindukan Seokjin, merindukan Haru. Ia ingin berkumpul bersama seperti dulu. Bersama suami dan anaknya. Dua manusia yang selalu menjadi favoritnya.

Ia ingin bersama Haru, mendengarkan Seokjin yang sedang bermain piano. Eunbi selalu menjadi penggemarnya nomor satu.

Duduk di ayunan bersama, bercanda, dengan Haru yang berada di tengah-tengah mereka.

Sore hari di taman samping rumah, ketika Seokjin sedang sibuk membaca buku tebalnya, dan Eunbi berada di sebelahnya sembari merajut. Sesederhana itu, tapi ia sangat merindukan hal tersebut.

Mengawasi dan mengajari Haru banyak hal.

Memetik sayur dan buah yang berada di kebun, bersama, dengan perasaan damai dan suka cita dan penuh syukur tentunya.

Pergi ke taman bermain dengan Haru yang selalu tertawa-tawa setiap papanya mengajaknya menaiki mobil-mobilan.

Pergi berpiknik ke taman kota, menggelar tikar, membawa bekal dengan mereka yang sekarang sudah kerepotan karena Haru sering merecoki wadah-wadah bekal.

Fly With The Wind 2 || KSJ (Seokjin Love Story) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang