Catatan Kesembilan belas

515 51 4
                                    

Yuk vote komen nya dibanyakin biar aku semangat update
Kalo rame kan fast update

▪︎▪︎◇▪︎▪︎

Jaehyun nyaris tak bisa berkata-kata saat melihat Jeno yang sedang ditangani oleh dokter dari balik kaca, anaknya itu merintih, menangis menahan segala rasa sakit disekujur tubuh. Tangan dan kakinya masih belum bisa di gerakan, mati rasa. Begitu juga dengan penglihatannya yang mengabur, Jeno merintih kesakitan saat mencoba untuk menggerakkan bola matanya. Beberapa obat telah di suntikan ke dalam tubuh Jeno, sebagai upaya untuk mengurangi rasa sakit. Namun hasilnya belum terlalu signifikan membuat dokter Seo terpaksa menyuntikkan obat tidur agar Jeno bisa tenang dan kembali beristirahat.

Jaehyun menyentuh kaca pembatas antara dirinya dengan Jeno, sembari terus merapakalkan doa-doa. Tuhan, jika memang harapan itu aja tolong berikanlah pada Jeno. Jika aku bisa menebus segala pesakitan Jeno, maka akan aku lakukan.

Mata Jaehyun berkaca-kaca, padahal beberapa hari yang lalu keadaan Jeno sudah membaik. Kedua kakinya sudah bisa digerakkan bahkan ia bisa berjalan. Begitu juga dengan penglihatannya yang sudah jelas.

Pagi itu adalah hari sabtu, Jeno mengalami kemajuan yang sangat pesat. Bahkan ia menunjukan kepada Jaehyun, bahwa ia sudah bisa berjalan sedikit demi sedikit tanpa menggunakan bantuan tongkat.

"Ayah... Lihatlah, aku bisa berjalan lagi." Jeno memperlihatkan kepada Jaehyun, satu dua tiga langkah ia berhasil. Kemudian Jeno meletakan tongkat bantu. "Bahkan aku bisa berjalan tanpa bantuan tongkat."

Jaehyun tersenyum melihat Jeno yang begitu bersemangat. Beberapa perban memang masih menempel di dagu dan dahi Jeno, namun perlahan lukanya mulai mengering.

"Berhati-hatilah, jangan sampai jatuh." Kata Jaehyun. "Kau tidak ingin wajah tampan mu itu terluka lagi bukan?"

Jeno tertawa, "iya, ayah." Jeno kembali berjalan-jalan di dalam ruang perawatannya. Beberapa langkah sampai ia memutuskan untuk berhenti karena lelah. "Nanti kalau Jeno sudah dibolehkan bersepeda lagi, ayah harus ikut bersepeda. Kita balapan."

"Tentu saja ayah yang menang."

Jeno duduk dihadapan Jaehyun, "coba kita lihat nanti." Kata Jeno. "Ayah sudah tua pasti tidak secepat Jeno."

Jaehyun mengusak rambut Jeno kemudian memberikan beberapa potong apel untuk Jeno makan.

"Kalau begitu ayo sekarang kita bersepeda, kita lihat siapa yang menang." Jaehyun menatap pilu Jeno yang masih berbaring dengan beberapa alat yang melekat di tubuhnya. "Cepat sembuh, jagoan ayah."

Jaehyun baru saja ingin pergi dari sana ketika mendapati Nara sedang berdiri tak jauh darinya. Gadis itu berdiri menatap ke arah yang sama dengan Jaehyun, dengan pandangan pilu tak kalah darinya. "Nona Seo." Jaehyun memanggilnya, membuat lamunan Nara buyar. Nara membungkukkan badan memberikan hormat kepada Jaehyun, "selamat sore paman Jung."

"Apa yang kau lakukan disini?" Selidik Jaehyun. "Kau ingin menjenguk Jeno?"

Nara melempar senyum tipis, "kebetulan saya sedang ada urusan di rumah sakit ini, kemudian saya melihat Jeno dipindahkan sehingga saya mengejarnya sampai disini paman."

Jaehyun mengangguk, "apakah ada kerabat yang sedang dirawat disini juga?"

"Tidak, paman Jung. Saya hanya mengantarkan beberapa barang milik paman saya, kebetulan paman saya dokter di rumah sakit ini."

"Oh benarkah?" Tanya Jaehyun. Detik berikutnya Jaehyun menyadari sesuatu, jika memang dugaan nya benar mungkinkah ini juga sebuah kebetulan? "Sebentar, kau bilang namamu Seo Nara. Apakah paman mu adalah dokter Seo? Dokter Seo dari bangsal bedah saraf?" Jaehyun mengerutkan dahi.

Dad, I'm Dying | JENO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang