Seminggu sudah berlalu sejak Jeno memulai proses pengobatan. Keadaan Jeno semakin hari semakin baik, intensitas untuk terkena serangan juga sedikit berkurang. Obat-obatan yang di masukkan ke dalam tubuh Jeno nampaknya bekerja secara optimal dan tidak ada penolakan dari tubuh Jeno. Jaehyun patut bersyukur atas kabar membahagiakan tersebut.
Belakangan ini, Jeno lebih sering sendiri di rumah sakit mengingat Jaehyun harus kembali bekerja. Lagipula jika Jaehyun tidak bekerja maka siapa yang akan membayar biaya rumah sakit Jeno, tentu saja tidak ada. Jeno pun bisa memahami keadaan ayahnya, sebisa mungkin ia harus mulai membiasakan diri melakukan apapun tanpa ayahnya ya walaupun terkadang ia harus meminta bantuan perawat namun sejauh ini Jeno sudah mengalami kemajuan pesat. Kedua kakinya sudah bisa di gerakkan tentu saja ia juga sudah bisa berjalan meskipun instensitasnya belum seperti orang normal lainnya. Namun Jeno tetap bersyukur! Ditambah lagi penglihatannya sudah jauh lebih baik disbanding saat terakhir kali ia mendapatkan serangan.
Mengenai Nara, gadis itu, Jeno sudah menghubunginya dan menjelaskan apa yang sebenernya terjadi mengapa ia sama sekali tidak menghubungi Nara dan tidak muncul di sekolah. Jeno sempat khawatir jika Nara akan menjauhinya setelah mengetahui keadaan Jeno yang sebenarnya, namun dugaan itu tak pernah terjadi. jJustru Nara memaksakan diri untuk berkunjung ke rumah sakit katanya ingin menjenguk keadaan Jeno lagipula kan mereka berteman, sebagai teman yang baik kan harus datang menjenguk. Ah, teman ya.
Semakin hari mereka berdua semakin dekat, hampir setiap hari keduanya bertukar sapa melalui pesan singkat. Tak jarang Jaehyun dibuat bingung setiap kali ia datang ke rumah sakit dan mendapati Jeno sedang asik dengan ponselnya—tersenyum sendiri, Jaehyun mengira ada sesuatu yang terjadi pada anaknya, namun setelah Jeno menceritakan apa yang terjadi akhirnya Jaehyun paham.
"Jadi, gadis mana yang bisa berhasil anak ayah tertawa sepanjang hari seperti orang gila?"
Jeno nyaris melemparkan ponselnya saat mendengar suara Jaehyun, "ayah, kenapa datang tanpa suara? Jeno kaget."
Jaehyun tergelak. "Ayah sudah memanggil namamu beberapa kali dan menanyakan apa yang ingin kau makan, tapi kau tidak merespon karena terlalu asyik dengan ponselmu."
Jeno meletakkan ponselnya diranjang kemudian menatap Jaehyun, menyengir. "Peace of cake!" Kedua mata Jeno tenggelam bersisa garis bak sabit melengkung cantik, "ayah kalau ada teman Jeno mau datang berkunjung boleh?"
"Kalau mau berkunjung ya tinggal kesini aja, lagipula bukannya biasanya Jaemin memang sering kesini ya?" Jaehyun memindahkan beberapa makanan yang ia beli saat pulang kerja tadi dari kantong plastic ke meja.
"Bukan Jaemin, ayah."
Jaehyun menghentikan aktifitasnya kemudian menoleh ke Jeno, "oh ada lagi teman kau selain Jaemin, siapa?"
"Ada, yah. Teman. Lagipula teman ku bukan cuma Jaemin, ayah." Jeno menatap ayahnya malas.
Jaehyun tertawa kecil, kemudian melanjutkan memindahkan beberapa makanan ke meja. "Soalnya kau kelihatan tidak punya teman selain Jaemin, makanya ayah kaget." Kata Jaehyun. "Kau mau makan makanan yang ayah bawa atau makanan dari rumah sakit?"
"Jeno punya teman ya! Ayah jangan menyepelekan, Jeno bisa bergaul dengan orang lain bukan cuma dengan bongshik atau buku catatan Jeno!" Sunggut Jeno.
Jaehyun tertawa, "ini kau mau makan yang mana, biar ayah siapkan."
Jaehyun sih senang-senang saja kalau misal Jeno akhirnya bisa membuka diri untuk orang lain. Sebenarnya Jaehyun juga bosan daridulu teman Jeno hanya Jaemin dan tak ada yang lain. Jaehyun sempat curiga kalau anaknya tak bisa bersosialisasi dengan manusia. /tidak. Kebanyakan bermain dengan kucing dan sibuk menulis, soalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dad, I'm Dying | JENO ✓
Hayran Kurgu[ANGST] [SICK] [JENO] [JAEHYUN] Ini bukanlah sesuatu hal yang istimewa, ini hanyalah sebuah catatan seorang remaja bernama Jung Jeno yang di pilih oleh sebuah penyakit aneh. *** #1 sadending 06072022 #7 jeno 20092022 bahasa | semi baku Pict. Cr. Pin...