Catatan Keempat belas

666 57 11
                                    

Jeno pernah mendengar sebuah pepatah, "satu-satunya keterbatasan dalam hidup adalah perilaku yang buruk" dengan demikian tak ada alasan bagi Jeno untuk mengeluh selama ia tak berperilaku buruk. Bahwa apa yang sedang ia alami bukan sebuah hambatan baginya untuk melanjutkan hidup, selama beberapa saat ia memang tak bisa berjalan dan menggerakkan kedua kakinya bahkan kedua matanya tak berfungsi dengan baik namun bukan berati ia bisa mengeluh dan mengganggap bahwa dunianya telah berakhir. Badai pasti berlalu, namun yang namanya hidup tidaklah demikian. Hidup bukan tentang menunggu badai berlalu namun belajar menari di tengah hujan.

Jeno memang bukan orang yang bijak, Jeno bukan orang yang sempurna. Ada kalanya ia merasa lelah dan ingin istirahat, ada kalanya ia merasa sedih dan ingin menangis, ada kalanya ia merasa dunia tak adil memperlakukannya dan ingin menyalahkan segala sesuatu bahkan ada kalanya ia ingin bersembunyi dari dunia sehingga ia bisa beristirahat sejenak dari segala macam masalah dan beban yang menimpanya. Namun dimana Jeno bisa bersembunyi?

Daripada memikirkan cara untuk bersembunyi, lebih baik meneguhkan diri menguatkan pijakan kaki dan menyiapkan hati untuk belajar menerima segala sesuatunya dengan lapang dada. Ada kalanya Jeno ingin bertanya kepada Jaehyun, "ayah, mengapa penyakit ini memilihku." Namun sepenggal kalimat itu tak pernah mampu Jeno ucapkan. Meskipun Jaehyun tak pernah berbicara mengenai kesulitan yang dialaminya, namun Jeno tahu bahwa ayahnya melewati banyak masa sulit lebih dari yang Jeno bisa lihat bahwa ayahnya memiliki lebih banyak beban yang ditanggungnya. Menanyakan hal itu, mungkin akan menambah beban bagi Jaehyun. Maka, yang bisa Jeno lakukan sekarang adalah berlapang dada menerima ketetapan Tuhan kemudian berjuang demi kesembuhannya.

Lalu di suatu sore, Jaehyun pernah bercerita tentang Jisoo. Perihal perjuangan yang Jisoo hadapi untuk mendapatkan buah hati, untuk membuat Jeno ada di dunia ini. "Penderitaan ada bukan untuk di hindari, itu adalah salah satu cara untuk menggapai kemuliaan. Bunda mengorbankan hidupnya untuk bisa melahirkanmu. Dia bertaruh nyawa untuk membuatmu ada. Bunda tak pernah menyerah atasmu, saat para dokter menyarankan untuk pengangkatan rahim namun dia menolak, dia memilih mempertahankannya agar bisa mengandungmu."

Jeno menatap lekat kedua mata berair ayahnya. "Saat itu ayah sudah menyerah, ayah menerima keadaan bunda jika memang harus melakukan pengangkatan rahim dan tak bisa hamil setelahnya. Namun, namanya bunda jika sudah memiliki sebuah keinginan apapun akan dia lakukan. Bunda ingin menjadi istri yang sempurna untuk ayah, dengan melahirkan seorang anak, darah daging ayah."

"Lalu setelah bunda meyakinkan ayah, akhirnya ayah setuju. Lalu tiga bulan setelahnya, bunda dinyatakan hamil. Saat itu bunda terlihat sangat bahagia, bahkan dia langsung mengadakan kegiatan amal untuk anak-anak di panti asuhan sebagai bentuk berbagi berkah dan kebahagiaan."

"Kau tahu, beberapa kali ayah mendapati bunda sedang bersembunyi agar ayah tak melihatnya sedang kesakitan, bunda sampai berbuat seperti itu agar tak membuat ayah khawatir. Dia menanggungnya seorang diri, bahkan ayah tak bisa membayangkan seberapa sakitnya. Jadi, jika hari ini kau mendapatkan kesulitan lalu menyerah maka..."

Jaehyun tak bisa melanjutkan kalimatnya, saat itu untuk kesekian kali Jeno melihat ayahnya menangis karena bundanya.

Jaehyun memang tak pernah menjelaskan secara spesifik mengenai sakit yang Jeno derita, namun jika dirasakan lebih jauh dan melihat tanda-tanda yang di alami Jeno tentu saja sakit yang Jeno derita bukan sakit biasa. Apalagi tempo hari Jeno sempat melihat sebuah artikel yang di ponsel milik Jaehyun. Awalnya Jeno mengira jika artikel itu adalah bahan bacaan yang Jaehyun jadikan referensi untuk pekerjaannya namun semakin dalam Jeno baca kebanyakan gejala yang dijelaskan di dalam artikel tersebut dirasakan olehnya. Jadi, Jeno menyimpulkan bahwa ayahnya sedang mempelajari dan mencari informasi terkait pengobatan untuk sakit yang ia derita.

Dad, I'm Dying | JENO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang