Catatan Ketiga puluh empat

781 37 3
                                    

Hai, sebelum baca pastikan pencet dulu bintangnya kemudian spam komentar ya~
Jangan lupa follow akun trulyzen biar nggak ketinggalan informasi terbaru
Happy reading and hope you enjoy it

▪︎▪︎◇▪︎▪

Nara membuka lembaran buku tebal seputar kedokteran milik paman Seo, setelah sebelumnya ia mengatakan jika ia sudah memutuskan akan mengambil jurusan kedokteran saat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Paman Seo sangat senang mendengar penuturan Nara, dengan segera paman Seo mengambil beberapa buku tentang dasar-dasar ilmu kedokteran dan catatan lama miliknya yang bisa Nara gunakan untuk belajar.

Satu jam sudah berlalu sejak Nara mulai mempelajari materi di buku, ia meregangkan otot-ototnya dan saat ia sedang meregangkan otot tangan matanya menangkap sosok laki-laki duduk di kursi roda sementara laki-laki lainnya mendorong kursi roda dari belakang. Nara berdiri mendekat ke jendela, secara jelas ia bisa melihat jika laki-laki yang duduk di kursi roda adalah Jeno dan yang mendorong kursi roda adalah Jaemin.

Nara meraih sweater yang tergantung di pojok ruangan, lalu berkaca untuk merapikan rambut dan melihat pantulan dirinya di cermin. Setelah memastikan jika penampilan cukup rapi dan pantas untuk di bawa keluar rumah lantas gadis itu langsung berlari meninggalkan kamar. Ia menuruni tangga dan acuh saat bibi Seo mengatakan agar ia berhati-hati saat menuruni tangga.

"Bibi aku keluar sebentar!" Nara berteriak sembari berlari meninggalkan rumah.

Saat sampai di tempat ia melihat Jeno dan Jaemin sebelumnya, Nara kebingungan karena tidak menemukan siapa-siapa di sana. Ia menoleh ke sana-kemari mencari keberadaan dua laki-laki itu. Nara melihat ke seluruh persimpangan, namun Jeno dan Jaemin tak ada dimana-mana.

"Nara."

Nara memutar tubuhnya serratus delapan puluh derajat dan mendapati Jeno Jaemin ada di belakangnya. Nara menurunkan pandangan untuk menatap Jeno. "Kau sudah kembali, Jen."

Nara bisa melihat dengan jelas jika laki-laki yang kini di hadapannya terlihat sangat menyedihkan. Wajahnya terlampau pucat, tulang pipi dan rahangnya sangat kentara, pipi yang sebelumnya terlihat berisi kini terlihat sangat tirus. Bibir yang dulu terlihat merah muda segar kini terlihat pucat pecah-pecah. Bahkan Nara melihat bekas luka yang cukup dalam di pelipis, sebelah mata dan dagu.

Jeno menyunggingkan senyum sebagai balasan atas sapaan yang Nara lontarkan sebelumnya.

Iya, aku Kembali Ra.

Nara melirik Jaemin yang berdiri di belakang kursi roda, "hai, Na." Jaemin menjawab sapaan Nara dengan sebuah senyuman.

Nara berjongkok di hadapan Jeno, "apa kabar Jen?" Jeno mengedipkan mata kemudian mengangguk memberikan jawaban, mengatakan jika kabarnya baik. 

Kabarku baik, bagaimana denganmu Ra?

"Maafkan aku, atas kesalahan yang aku perbuat padamu. Tidak seharusnya aku melakukan hal itu padamu, Jen. Maafkan aku."

Jeno hanya menggeleng pelan kemudian kembali menyunggingkan senyum.

Kau tidak perlu meminta maaf, karena kau tidak salah. 

Ra, bagaimana mungkin menyukai seseorang adalah sebuah kesalahan?

"Kau mau memaafkanku?" Nara melempar pertanyaan kemudian di balas dengan anggukan oleh Jeno.

Tidak ada yang perlu meminta maaf dan di maafkan disini, Ra.

Jeno mengulurkan tangan untuk menyentuh pipi Nara, detik berikutnya Jeno merasakan basah lalu ia sadar jika Nara meneteskan air mata. Jeno sedikit menaikkan jemari untuk mengusap air mata Nara, lalu ia menggeleng sebagai sinyal agar Nara tidak menangis.

Dad, I'm Dying | JENO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang