Catatan Kedua puluh lima

438 52 12
                                    

Yuk vote dulu sebelum baca, setelah itu spam komen
jadinya aku semangat buat fast update

▪︎▪︎◇▪︎▪︎

Sesuatu menggugah kesadaran Jeno, matanya terbuka dan mendapati Jaehyun baru saja membuka tirai membuat sinar matahari bisa masuk dengan bebas ke dalam ruangan.

Jeno melihat jam dinding menunjuk angka tujuh, "ayah langsung berangkat ke kantor atau pulang ke rumah dulu?" Jeno melempar pertanyaan kepada Jaehyun.

Sembari mempersiapkan air di dalam wadah untuk digunakan Jeno membasuh wajah Jaehyun menyahut, "ayah pulang ke rumah, ada beberapa berkas yang tertinggal." Jaehyun membantu Jeno duduk kemudian menyiapkan meja untuk Jeno dan meletakkan wadah yang berisi air di hadapan Jeno. "Sekarang bersihkan mukamu lebih dulu, setelah itu ayah siapkan sarapanmu."

Jeno menghembuskan napas, "padahal Jeno bisa pergi ke kamar mandi yah." Kata Jeno namun tetap membasuh muka seperti yang Jaehyun perintahkan.

"Ke kamar mandi terus jatuh lagi seperti kemarin?"

Benar. Kemarin ketika Jaehyun belum sampai di rumah sakit, Jeno memaksakan diri untuk pergi ke kamar mandi, ia merasa risih dengan tubuhnya karena udara yang terasa cukup panas. Bermaksud tak ingin merepotkan orang lain, Jeno memilih untuk pergi sendiri tanpa bantuan perawat. Alhasil ia jatuh kemudian terpleset, karena memang suara benturan yang cukup keras membuatnya bisa terdengar sampai ke luar kemudian Jeno di tolong oleh perawat.

Maka Jeno harus terima di marahi oleh Jaehyun semalaman karena mendapatkan luka baru di pelipis dan lengan nya. Meskipun sebenarnya Jaehyun tidak benar-benar marah, Jeno tahu bahwa omelan Jaehyun adalah salah satu bentuk perhatian, kekhawatiran orang tua terhadap anaknya.

Jeno tertawa kecil, "akhir pekan ini jadi bersepeda dengan Jaemin kan yah?" Tanya Jeno. "Aku sudah mengirim pesan padanya tentang tempat dan waktunya."

Jaehyun mengangguk mengiyakan. Laki-laki itu memberikan handuk pada Jeno kemudian membereskan wadah yang berisi air kemudian menggantinya dengan makanan untuk Jeno. "Sekarang makan sarapan mu, nanti kalau terapis nya sudah kemari kau bisa langsung fisioterapi." Jeno mengangguk mengiyakan.

Setelah memastikan Jeno menghabiskan sarapan dan meminum obat, Jaehyun berpamitan untuk pergi bekerja. Ia menyempatkan untuk mampir ke rumah mengambil beberapa berkas dan meletakkan baju kotor di rumah. Di sepnjang perjalanan menuju kantor Jaehyun harus berdesak-desakan dengan para penumpang lain di dalam bus. Tidak bisa di pungkiri, pagi-pagi seperti ini pasti bus akan di padati penumpang. Jaehyun tidak sempat sarapan, selain karena ia takut terlambat datang ke kantor ternyata di rumah nya tidak ada makanan yang bisa ia makan. Nanti bisa sekalian makan siang di kantor, Jung.

Hari ini Jaehyun pulang cepat dari biasanya, ia memutuskan untuk pergi ke supermarket dan membeli beberapa stok makanan untuk beberapa hari ke depan. Ia ingat jika beberapa hari lalu Jeno menginginkan makanan buatannya makanya hari ini selagi ada waktu luang Jaehyun akan menyempatkan diri memasak untuk Jeno. Tidak bisa di pungkiri, berada di rumah sakit selama tiga bulan lebih membuat Jeno bosan dengan makanan rumah sakit yang katanya tidak ada rasanya.

Jaehyun memilih beberapa sayuran segar dari rak, ia mengambil wortel, brokoli, dan jamur kemudian ia berpindah ke bagian frozen food untuk mengambil sosis. Tak sengaja tangan Jaehyun bersentuhan dengan seseorang yang hendak mengambil sosis yang sama dengan Jaehyun.

"Maaf, anda bisa mengambilnya saya akan—"

"Jaehyun?"

Tubuh Jaehyun membeku, mendapati sosok wanita paruh baya di hadapan matanya sedang menatapnya sama kaget.

Dad, I'm Dying | JENO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang