Catatan Kedua puluh dua

420 54 12
                                    

Yuk vote dan komennya dibanyakin
biar aku semangat fast update

▪︎▪︎◇▪︎▪︎

Waktu ujian tiba.

Setelah berdiskusi dengan pihak sekolah, akhirnya pihak sekolah menyetujui bahwa Jeno bisa melakukan ujian di rumah sakit di bawah pengawasan langsung kepala sekolah. Selama ujian berlangsung, seorang guru di kirim ke rumah sakit untuk mengawasi berjalannya ujian tentu saja dokter Seo juga ikut memantau keadaan Jeno selama ujian berlangsung.

Jaehyun merasa lega ketika soal ujian dalam bentuk pilihan ganda, sehingga Jeno tak harus banyak menulis yang mana hal ini sangat membantu mengingat belakangan ini Jeno sering merasa nyeri pada pergelangan tangan sampai lengan yang membuatnya kesulitan untuk menulis.

Jaehyun juga bersyukur selama seminggu terakhir Jaemin dan Nara selalu datang ke rumah sakit untuk belajar bersama dengan Jeno. Mereka berdua secara bergantian menjelaskan materi-materi ketertinggalan Jeno. Tak jarang pula keduanya bergantian menemani Jeno berjalan-jalan di sekitar taman setelah selesai belajar. Seperti halnya dua hari lalu, Nara menemani Jeno berjalan-jalan karena Jaemin harus pulang lebih dulu.

"Apa yang akan kau lakukan setelah lulus nanti?" Jeno melempar sebuah pertanyaan pada Nara ketika mereka sedang berkeliling di taman, keduanya sedang menatap sebuah air mancur di tengah-tengah taman.

"Aku belum tahu." Kata Nara. "Aku belum memikirkannya."

"Kau tidak serius, kan?" Kata Jeno. "Bukankah seharusnya kau sudah mengikuti bimbingan konseling di sekolah."

"Ya." Nara menganggukkan kepala. "Namun aku rasa itu hanya sekedar formalitas belaka, selebihnya aku belum tahu apa yang harus aku lakukan setelah ini. Kalaupun harus mengambil kuliah. Aku belum tahu harus mengambil jurusan apa."

Jeno tertawa mendengar ucapan Nara.

"Apa yang kau tertawakan?" Tanya Nara. "Apakah ada yang lucu?"

"Kau. Kau lucu Nara." Kata Jeno masih tertawa. "Aku tidak menyangka orang sepertimu bisa mengatakan hal selucu ini, bagaimana mungkin kau belum memikirkan mengenai studi lanjut."

Nara mengulum bibir, "aku menghadapi saat-saat krisis dalam hidupku, kalau kau tahu Jeno Jung." Kata Nara. "Aku tak tahu apa yang sebenarnya aku inginkan, aku tak tahu apa yang menjadi tujuanku setelah ini dan aku tak tahu jurusan apa yang harus aku ambil jika aku memutuskan untuk studi lanjut."

Nara melanjutkan ucapannya, "ada saat dimana kita tak tahu apa yang harus kita lakukan selanjutnya, sebelumnya kita memang sudah merencakan banyak hal. Aku ingin menjadi ini aku ingin menjadi itu, aku ingin melakukan ini ingin melakukan itu. Namun lambat laun apa yang kita rencakan bisa berubah karena keadaan."

"Apa kau punya cita-cita?"

"Punya. Dulu. Sekarang, aku juga tak tahu."

"Kenapa kau tidak coba mewujudkan apa yang kau cita-citakan sebelumnya?"

"Aku tak mempunyai alasan kuat yang bisa mendorong ku untuk mewujudkannya, bagaimana jika seandainya aku melakukannya namun di tengah jalan aku tersesat dan tidak bisa melanjutkannya? Misalnya bosan, tidak sanggup atau hal lainnya yang mungkin akan menjadi batu sandungan."

"Kita tak pernah tahu, Ra. Kalau kita belum mencoba."

"Lalu, bagaimana dengan dirimu sendiri, Jen?"

Jeno terdiam beberapa saat, ia menerawang jauh menemukan sebuah jawaban untuk pertanyaan tersebut. Jika itu sebuah impian, maka impian Jeno adalah "aku ingin membuat semua orang yang ada di sekitarku tersenyum."

Dad, I'm Dying | JENO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang