Catatan Ketiga puluh

620 35 16
                                    

Sebelum baca yuk follow dulu akun trulyzen kalo udah pencet bintangnya terus spam komen yaa~

Siap? Tarik napas dulu dan happy reading!

▪︎▪︎◇▪︎

Warning! 17+

Di masa lalu, Jaehyun memang akrab dengan kehidupan malam. Tapi ketika mengenal Jisoo, ia meninggalkan semua gemerlap kehidupan malam, musik-musik berisik, minuman beralkohol dan tarian-tarian eksotis. Namun, tidak untuk malam ini. Jaehyun menatap sekilas potret Jisoo pada foto usang yang ia selipkan di dompet, kemudian melipatnya serasa mengalunkan kata maaf. Lalu, Jaehyun menyeret kakinya masuk ke dalam sebuah bar.

Pikiran Jaehyun terlalu kalut, masalah yang ia hadapi belakangan ini terlalu berat untuk ia tanggung seorang diri. Ia benar-benar kehabisan akal mencari cara untuk melampiaskan apa yang menjadi beban baginya, atau setidaknya untuk sekedar melepas penat. Satu-satunya hal yang ia pikirkan adalah dengan menenggak beberapa gelas alkohol sembari diiringi musik dan menyesap beberapa batang rokok.

Mungkin tak ada yang menyangka jika laki-laki dengan cacat pipi itu merupakan seorang ayah yang memiliki anak yang sudah menginjak usia remaja, dengan pakaian yang melekat di tubuhnya yang terkesan seperti laki-laki berusia dua puluhan.

Bahkan kehadiran Jaehyun yang tak seberapa itu berhasil menarik perhatian beberapa orang yang ada di sana, termasuk wanita-wanita berpakaian minim yang berusaha mendekati Jaehyun sembari menawarkan diri menemaninya minum sepanjang malam. Jaehyun tak menghiraukannya, ia tak memberikan respons apa pun. Tidak menyetujui ataupun menolaknya. Jadi, ketika dua wanita duduk di sampingnya Jaehyun membiarkan begitu saja.

Tenggorokan Jaehyun masih bisa menerima dengan baik cairan beralkohol yang sudah ia tinggalkan dalam waktu yang cukup lama, satu dua tiga gelas habis dalam sekejap. Jaehyun membiarkan wanita yang duduk di sebelah kirinya menuangkan minuman untuknya, bersama dengan wanita di sebelah kanan mencoba menggoda Jaehyun.

Jaehyun sampai lupa, kapan terakhir kali ada wanita yang mendekatinya sampai seintim ini sejak Jisoo tak ada. Mungkin ini kali pertama, karena Jaehyun tak pernah membiarkan wanita mana pun untuk mendekatinya. Karena tempat itu hanya untuk Jisoo.

Jaehyun meraih pemantik untuk menyalakan rokok, ia menyesapnya kemudian memijit kepala yang terasa pening. Keadaan Jeno tak kunjung membaik, tagihan rumah sakit semakin membengkak, sementara gaji yang ia dapatkan tak cukup untuk menutupinya meskipun ia sudah menjual mobil dan menghabiskan tabungannya.

Hubungan dengan ayahnya tak kunjung membaik, di mana baik Jaehyun maupun sang ayah sama-sama berwatak keras dan tak mau mengalah walaupun waktu sudah berlalu cukup lama dan ibunya sudah mengupayakan banyak cara untuk membuat keduanya berdamai, namun sampai detik ini es itu belum juga mencair.

Meskipun Jaehyun sudah berutang budi pada ayahnya karena menyelamatkan Jeno, namun luka yang Jaehyun bawa dari masa lalu belum sepenuhnya pulih dan tidak semudah itu untuk membuka pintu maaf untuk ayahnya.

Sesekali Jaehyun berharap, bahwa keajaiban itu ada dan Jeno bisa kembali pulih seperti sedia kala. Jaehyun merasa hukuman yang ia terima selama ini sudah cukup untuk membayar dosa-dosanya di masa lalu, bahwa melihat anak semata wayangnya menderita itu lebih menyakitkan dari apa pun.

"Arrghhh!" Jaehyun mendengus keras.

"Sesuatu yang buruk terjadi?" Suara wanita yang berada di sebelah kanan Jaehyun menginterupsi, wanita itu bersandar pundak Jaehyun sementara tangan kanan menggoyang-goyangkan gelas berisi whiskey. "Lupakan semua masalahmu, malam ini kita bersenang-senang."

Dad, I'm Dying | JENO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang