Prolog

3.5K 231 9
                                    

2036

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2036

Jaehyun sedang membaca sebuah catatan yang sudah usang termakan usia, kertas nya sudah tak berwarna putih lagi seperti saat catatan tersebut di buat.

Sinar temaram dari sorot lampu gantung yang berada tepat diatasnya menjadi satu-satu nya sumber cahaya ruangan ini. Berteman secangkir kopi dengan kepulan asap diatasnya, ia seperti di bawa masuk ke dalam catatan tersebut.

Ternyata sudah lima belas tahun berlalu. Jaehyun berbicara pada dirinya sendiri. Laki-laki yang sudah tidak muda lagi ini kemudian membenarkan letak kacamata yang sedikit melorot. Rambut memulai memutih, kerutan-kerutan timbul di sekitar wajah sebagai bukti usianya yang tak lagi muda.

Mata nya benar-benar terpaku menelisik setiap kata yang ditulis dengan tinta biru, bahkan jemari nya masih terjebak di halaman yang sama sejak setengah jam lalu.

Ayah... Sebenarnya apa tujuan aku hidup?

Sebenarnya aku sendiri tidak mengerti apa tujuan hidup ini. Jaehyun berbicara dalam benak. Ia sudah memikirkan pertanyaan itu sejak tadi, ia benar-benar membaca nya berulang-kali. Milyaran neuron saling berkoordinasi, bekerjasama mencari perbendaharaan informasi di otaknya untuk sekedar menjawab pertanyaan tersebut.

Bahkan sampai panas kopi mulai berpindah ke luar cangkir— membuat nya dingin, tetap saja ia tak menemukan jawaban nya.

Jaehyun benar-benar kehabisan akal. Mungkin aku butuh udara segar agar otak ku bisa bekerja lebih baik lagi. Ia berlalu dari catatan tersebut lalu beranjak menuju jendela. Dibukanya tirai cokelat yang menutupi jendela, setelahnya tangan nya terulur meraih slot pengunci sehingga jendela terbuka membuat udara bisa masuk dengan bebas. Ia memejamkan mata, merasakan sensasi dingin malam yang mulai menggelitik tubuh nya. Aliran udara masuk menelusuri sistem pernafasan, membuat dada nya terasa segar.

Jaehyun menyesap kopi yang sudah mulai dingin, rasa pahit dari kopi menguar di lidah bercampur dengan saliva kemudian turun melalui kerongkongan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaehyun menyesap kopi yang sudah mulai dingin, rasa pahit dari kopi menguar di lidah bercampur dengan saliva kemudian turun melalui kerongkongan. Sudah lama sejak terakhir kali Jaehyun bisa menikmati sensasi pahit dari minuman pekat yang ia sukai, kesehatan nya lah yang membuat dirinya tak bisa lagi sesering dulu merasakan nikmat tersebut.

Rupanya salju mulai turun. Ingatan nya kembali melayang pada pertemuan nya dengan malaikat kecil nya tiga puluh lima tahun lalu. Salju pertama turun sebagai penanda bahwa kehidupan baru telah hadir di tengah-tengah nya. Ingatan tersebut mampu membuat sudut bibirnya terangkat, menampilkan cekungan di pipi nya. Perasaan bahagia yang lama tak lagi ia rasakan kembali muncul ke permukaan. Rasanya baru kemarin hal tersebut terjadi, masih segar dalam pikiran nya. Jaehyun masih mengingat nya, bagaimana suara tangisan dari seorang bayi yang mampu membuat nya menitikkan air mata.

Kehadiran mu membuat ku merasakan bagaimana indah nya di panggil dengan sebutan 'ayah'.

Bahkan hanya memikirkan nya saja mampu membuat hatinya kembali menghangat.

Setelah pikiran nya kembali pulih ia berjalan mendekati meja ukir cokelat berusia puluhan tahun, meraih catatan yang beberapa saat lalu dia abaikan. Jaehyun berbalik, menyandarkan tubuhnya pada pinggiran meja. Ia melipat kakinya menyilang saat tangan nya membuka halaman selanjutnya.

Berpikir masa depan rasanya sangat sesak.

Jaehyun tidak pernah tahu, bahwa membaca ulang setiap kata yang tertulis dalam catatan tersebut mampu membawa nya kembali pada masa lalu. Setiap kata nya seakan menghadirkan kembali potongan-potongan ingatan yang sudah lama terkubur. Ia seperti ditarik kembali ke masa lalu, melihat serpihan kenangan yang telah melekat menjadi bagian dalam dirinya.

Jaehyun menitikkan air mata saat kepala nya memutar kembali wajah dari seseorang yang sangat dia rindukan. Netra hitam yang dulu selalu menatap teduh dirinya, senyum yang selalu menyapa setiap kali ia membuka mata. Bahkan seluruh fitur wajah nya mampu membuat ia jatuh cinta.

Benar, Jaehyun jatuh cinta dengan malaikat kecil nya sendiri.

Dia adalah Jeno,

Orang kedua yang berhasil membuatnya jatuh cinta, setelah istrinya.

Ia melepas kacamata, menghapus jejak-jejak air mata yang baru saja menetes. Tangan nya tergerak untuk membaca halaman selanjutnya.

Ayah... Apakah aku bisa menikah?

Hati nya bak di hujam ribuan belati. Tiba-tiba ia merasa seperti ada benda asing menyerang tubuh nya, menghantam keras dirinya. Membuat tubuh nya meremang, tulang-tulang nya terasa ngilu dan perlahan remuk. Air mata kembali berdesakkan di pelupuk mata meminta untuk di tumpah kan.

Kilas balik kejadian di masa lalu terputar begitu saja di kepala Jaehyun, seperti film dokumenter hitam putih terputar di layar tancap. Suara seorang remaja lintas dimensi menembus keheningan di ruangan bernuansa pastel.

'Ayah, kalau kau tanya siapa cinta pertama ku, jawaban nya adalah ayah'

Maka setelah nya mata Jeno tenggelam seiring dengan tawa nya yang membuncah menyisakan garis lengkung bak bulan sabit.

Jeno memang begitu adanya, setiap kali dia tersenyum ataupun tertawa matanya akan menghilang begitu saja, namun hal tersebut justru membuat wajah nya semakin terlihat manis. Wajah yang terlihat seperti bayi meskipun badan nya tegap, kekar.

'Ayah, kau tahu... Hari ini Nara mengajak ku pergi, hanya berdua'

Antusiasme Jeno meledak saat mulutnya mulai menceritakan perihal seseorang yang berhasil membuat tidur nya tak nyenyak, membuatnya tersenyum sepanjang hari seperti orang gila. Bahkan jika Jaehyun tak meledek nya mungkin Jeno tak akan berhenti tersenyum sampai gigi mengering.

'Ayah.. Jika nanti aku menikah, apakah aku bisa menjadi suami sekaligus ayah yang hebat seperti ayah?'

Jaehyun menahan air mata nya agar tak jatuh lagi untuk kesekian kali. Aku rasa akan banjir air mata jika aku meneruskan membaca semua ini.

Setelah nya Jaehyun memutuskan untuk menyelesaikan aktivitas membacanya, dia kembali memasukkan catatan tersebut ke dalam kotak using berwarna biru yang bertuliskan 'Angel' di atas nya. Kemudian Jaehyun meninggalkan ruangan tersebut dengan perasaan yang campur aduk.

▪︎▪︎◇▪︎▪︎

[soo]

Serius nanya, kalau misal Dad, I'm Dying naik cetak adakah yg minat? Aku bakal terbitin kalau misal banyak yg mau peluk Jeno versi cetak. Tolong bantu jawab ya~

Dad, I'm Dying | JENO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang