Catatan Kedua puluh delapan

464 46 9
                                    

Follow dulu trulyzen pencet bintang nya, terus spam komen, gratis kok~
Tarik napas and Happy Reading~

▪︎▪︎◇▪︎▪

Waktu pertama Jaemin bertemu dengan Jeno dulu, ia melihatnya sebagai seorang yang periang. Meskipun tak banyak bicara, Jeno selalu mempunyai cara untuk membuat orang-orang yang ada di sekitarnya bisa merasakan energi positif darinya. Jaemin yakin jika sebenarnya Jeno itu bisa mempunyai banyak teman, namun laki-laki bermarga Jung itu lebih memilih untuk menyendiri ketimbang bergaul dengan anak-anak lain seusianya. Maka, Jaemin mendatangi Jeno terlebih dulu.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Jaemin melempar tanya saat mendapati Jeno sedang berdiri di depan gerbang sekolah, saat itu mereka masih duduk di bangku sekolah dasar. "Apakah kau tidak dijemput?"

Jeno menggeleng, "aku tidak tahu." Jeno menekuk bibirnya ke bawah. "Mungkin ayah lupa."

"Kalau begitu kau ikut saja denganku, nanti biar mamaku menelepon papamu."

"Tapi kata ayah aku tidak boleh ikut dengan sembarang orang."

"Tapi kan aku bukan sembarang orang, aku kan teman kamu."

Jeno sempat berpikir sesaat, kalau ia tidak ikut dengan Jaemin maka apa yang harus di lakukan sementara anak-anak lain sudah pulang ke rumah masing-masing dan dia akan sendirian di sini. Maka akhirnya Jeno memutuskan untuk ikut pulang bersama dengan Jaemin.

Sepanjang jalan, Jeno masih saja diam dan hanya menjawab pertanyaan Jaemin ala kadarnya seperti iya, tidak, menggeleng atau hanya tersenyum.

Jaemin berteriak lantang sesampainya di rumah bermaksud mengabarkan kedatangannya, "Mama! Nana pulang!" Jaemin langsung melepas sepatu, meletakan tas di kursi, melepas seragamnya dan melempar sembarangan.

Kemudian seorang wanita muncul, "Na, kan mama sudah bilang jangan meletakkan tas sembarangan dan itu---aduh, seragam kotor nya ditaruh di tempat cucian kotor---eh? Kau pulang bersama teman mu, Na?"

Jaemin memamerkan gigi-giginya, "ma, itu Jeno teman Nana di sekolah." Jaemin memperkenalkan Jaemin pada mama nya, "Jeno ikut soalnya tidak ada yang menjemput, jadi nanti mama telepon papa nya Jeno ya!"

Wanita itu menyapa Jeno sedang ramah, "hai, Jeno. Jeno rumahnya di mana?"

Jeno yang masih asing dengan wanita di hadapannya itu sedikit merasa takut, "rumahnya di-emm, dekat itu-di sana." Jeno menunjuk asal.

Wanita itu tersenyum, "Jeno tahu nomor telepon mama tidak? Biar nanti bibi telepon mama, jadinya mama bisa menjemput Jeno di sini."

Jeno menggeleng, "Jeno tidak punya mama."

Wanita itu sedikit terkejut kemudian kembali menanyai Jeno, "kalau nomor telepon papa Jeno tahu tidak?"

Jeno kembali menggeleng. Karena Jeno sama sekali tidak tahu di mana rumahnya dan tidak mengetahui nomor telepon Jaehyun akhirnya mama Jaemin menghubungi pihak sekolah dan meminta kontak dari wali Jeno.

Wanita itu menyuruh kedua anak itu untuk makan siang, kemudian mereka bermain bersama sampai ketiduran. Lalu sore hari Jaehyun datang menjemput. Kejadian seperti ini terus berlanjut, karena sudah terbiasa akhirnya Jaehyun menyuruh Jeno untuk pulang ke rumah Jaemin jika Jaehyun belum bisa menjemput dan akan di jemput dari rumah Jaemin sepulang kerja.

Hari berganti hari, semakin mengenal Jeno, Jaemin semakin tahu jika sebenarnya Jeno adalah anak yang ceria, periang hanya saja Jeno tidak menunjukkan hal itu pada semua orang. Jeno lebih sering diam dan memasang wajah datar, namun ketika bersama dengan orang-orang terdekat maka Jeno akan berubah menjadi Jeno yang periang, banyak bicara dan banyak tingkah.

Dad, I'm Dying | JENO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang