Hai, selamat malam~
Baca dulu yuk, sebelum di take down
Jangan lupa vote dan komen nya, makin rame makin lama take down nya~Yuk cus baca di karyakarsa sekarang juga, klik link di bio ya~
Kalau belum paham caranya bisa baca langkah-langkah nya di Chapter FAQ Additional Chapter Karyakarsa
Note : jangan lupa follow akun trulyzen biar tahu update informasi
***
Happy reading guys, jangan lupa bahagia!
Celah di antara dua lembar kelambu menjadi jalan masuk bagi semburat cahaya matahari untuk menjangkau retina laki-laki bermarga Jung hingga tidurnya terganggu. Alis legam Jaehyun menukik tajam, sementara matanya masih berusaha menerima cahaya yang masuk. Jaehyun mengerjap beberapa kali mencoba menyadarkan diri, detik berikutnya ia bisa merasa pening di kepala. Efek alkohol semalam belum sepenuhnya hilang, aku butuh sup pereda mabuk secepatnya!
Netra legam itu melekat pada langit-langit kamar. Jaehyun menyadari jika ini bukanlah kamar miliknya, dilihat dari dekorasi ruangan dan ranjang merah—eh? Ranjang merah?
Lalu bayangan mengenai kejadian semalam terputar di kepalanya. Jaehyun tidak bisa mengingatnya dengan jelas, ia hanya mengingat potongan-potongan adegan saat dirinya mabuk di bar bersama dengan dua orang wanita yang baru saja ditemuinya, kemudian beranjak menuju lantai dansa dan menari di bawah gemerlap lampu. Adegan lain yang Jaehyun ingat adalah ketika tubuhnya melekat pada tubuh wanita itu, memegang pinggulnya sementara tangan wanita itu bersarang di leher Jaehyun dan adegan yang mengerikan muncul begitu saja.
Jaehyun menyentuh bibir merahnya yang bengkak, "yang benar saja kau, Jung!" Jaehyun mengerang frustrasi saat mengingat adegan panas antara dirinya dengan wanita itu berciuman di lantai dansa begitu intim.
"Akh." Jaehyun mengaduh kesakitan saat merasa kepalanya semakin pusing.
Adegan lain kembali terputar di kepala, ia mengikuti wanita itu berjalan menyusuri lorong gelap kemudian sampai di sebuah ruangan yang—damn! Sama dengan ruangan yang ia tempati sekarang.
Jaehyun kembali mengingat adegan lain yang terjadi setelah itu, ingin rasanya ia membenturkan kepala saat menyadari jika semalam ia tidur dengan seorang wanita yang baru saja di temuinya. "oh shit!"
Jaehyun mengambil celana miliknya yang tercecer di lantai kemudian mengenakannya, lanjut mengambil kemeja yang lusuh dan memakainya asal. Bahkan ia salah mengancingkannya. Bisa digambarkan bahwa keadaan Jaehyun pagi ini sangat berantakan, baju lusuh terkancing tak sempurna, rambut acak-acakan khas orang bangun tidur, mata memerah dan jangan lupakan bau alkohol menyeruak begitu tajam dari tubuhnya.
Jaehyun lari terbirit-birit meninggalkan ruangan itu, ia tidak menemui wanita yang tidur dengannya di mana pun. Saat ini yang ia pikirkan hanyalah Jeno, maka tanpa pulang terlebih dahulu Jaehyun memilih untuk langsung pergi ke rumah sakit.
Banyak pasang mata memperhatikan dirinya yang sangat kacau, ketika di dalam bus, ketika berlari di lorong rumah sakit bahkan sampai ia tiba di depan pintu ruang rawat Jeno. Namun siapa sangka, di depan pintu ia menjumpai sosok ayahnya yang sedang berdiri dengan emosi yang sangat membuncah.
"Ayah..."
Jaehyun memanggil ayahnya dengan suara parau, bukan sapaan balik yang Jaehyun dapatkan justru sebuah tamparan keras di pipi. Sakit. Panas. Begitu yang Jaehyun rasakan.
"Apakah pantas kau menyebut dirimu seorang ayah?" Bentak sang ayah.
Jaehyun berusaha mencerna ucapan ayahnya, ia belum bisa menangkap konteks pembicaraan ayahnya.
Laki-laki yang lebih tua mengendus-endus, "kau!" Laki-laki itu menjeda kalimatnya. "Bisa-bisanya kau mabuk-mabukan." Kemudian sorot mata sang ayah menangkap bekas lipstick di kemeja Jaehyun. "Bahkan kau bermain perempuan!"
Jaehyun hanya diam tanpa memberikan respon, ia tahu jika ayahnya sedang emosi maka membuka suara adalah ide yang sangat buruk.
Laki-laki yang lebih tua menunjuk ke dalam ruangan, "anakmu hampir meregang nyawa semalam bisa-bisanya kau mabuk-mabukan dan bermain perempuan! Dimana hati nuranimu, Jaehyun!"
Mendengar sang ayah membahas mengenai Jeno, tanpa banyak tanya Jaehyun langsung masuk ke dalam ruangan itu. Namun, baru saja ia memegang kenop pintu sang ayah menghalanginya. "Ayah, aku harus melihat keadaan Jeno."
"Jeno tak butuh seorang ayah sepertimu!"
Jaehyun masih berusaha membuka pintu, ia mengerahkan tenaganya dan mendorong pintu itu. Betapa terkejutnya Jaehyun ketika ia tidak mendapati Jeno di mana pun. Ruangan itu kosong. Ranjangnya sangat rapi seperti tidak ada yang menempati sebelumnya.
Jaehyun berbalik, "ayah, di mana anakku?"
Bukannya menjawab, tuan Jung justru berbalik kemudian pergi. Jaehyun mengejarnya dan menanyakan keberadaan Jeno. Adegan yang terjadi pada mereka berdua berhasil menarik atensi orang-orang disana, hal itu di karenakan tuan Jung merupakan salah satu orang terpandang dan disegani oleh banyak orang.
Jaehyun terus melontarkan pertanyaan yang sama pada ayahnya, sampai mereka tiba di lobby rumah sakit. Sebuah mobil telah menunggu di sana. Tuan Jung masuk ke mobil tersebut. Tuan Jung sempat membuka kaca mobil, ia menatap sosok Jaehyun yang menyedihkan selama beberapa detik sebelum membuka suara, "aku hanya memastikan cucu ku mendapatkan pengobatan yang terbaik, dan di sini bukan tempatnya."
Mobil hitam itu pergi meninggalkan Jaehyun di sana. Jaehyun merogoh saku untuk mengambil ponsel, ia mencoba menghubungi Jessica untuk mencari tahu keberadaan Jeno. Mau bagaimanapun, pasti ibunya mengetahui keberadaan Jeno.
Satu, dua, tiga kali Jaehyun menelepon dan semuanya dialihkan ke mail box. Jaehyun mengusak kepala frustrasi, "argghhh!"
Detik berikutnya Jaehyun sadar, ia teringat pada ucapan dokter Seo tempo hari jika ada baiknya Jeno di bawa ke rumah sakit yang lebih mumpuni dan mempunyai pusat penelitian khusus terkait dengan MS. Amerika, pasti ayah membawa Jeno ke sana.
Jaehyun langsung berlari ke depan rumah sakit dan mencari taksi, secepat mungkin ia harus sampai ke bandara untuk menyusul Jeno. Sepanjang perjalanan menuju bandara, Jaehyun merasa tak tenang. Ia takut jika maksud ayahnya membawa Jeno ke Amerika selain untuk pengobatan Jeno adalah untuk memisahkan Jeno dengan dirinya.
Ayahnya adalah laki-laki yang tegas dan bijak, tuan Jung tidak akan menyeret orang lain masuk dalam masalahnya. Seperti hal nya Jeno, tuan Jung tidak akan menyeret Jeno masuk ke dalam masalah antara dirinya dan Jaehyun. Sehingga perlakuan yang berbeda akan diberikan pada Jeno, tidak seperti saat tuan Jung memperlakukan Jaehyun. Apalagi Jeno satu-satunya cucu di keluarga Jung.
Jaehyun sempat mengecek jadwal penerbangan ke Amerika hari ini ketika berada di taksi, dan untuk penerbangan paling cepat adalah tiga puluh menit dari sekarang. Jaehyun meminta pada sopir untuk mempercepat mobilnya, beruntung jalan hari ini lancar dan Jaehyun sampai sepuluh menit setelahnya. Ada waktu dua puluh menit untuk pesawat take off. Jaehyun berlarian di bandara menuju ke bagian penerbangan internasional. Ia berhenti di papan informasi, ditampilkan seluruh penerbangan hari ini. Setelah memastikan letak gate, Jaehyun langsung pergi ke sana.
Sesampainya di depan gate, Jaehyun di hadang oleh petugas karena mencoba menerobos masuk tanpa tiket dan passport. Terjadi adu mulut di sana, Jaehyun mencoba menjelaskan situasinya yang terbilang darurat. Namun, aturan tetaplah sebuah aturan yang tak bisa dilanggar. Jaehyun tetap tidak bisa masuk ke dalam, bersamaan pula informasi yang terdengar di telinga jika pesawat yang terbang menuju Amerika baru saja lepas landas. Jaehyun lemas seketika, ia jatuh terduduk di lantai dengan perasaan hancur.
Jeno-nya pergi.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Dad, I'm Dying | JENO ✓
Fanfiction[ANGST] [SICK] [JENO] [JAEHYUN] Ini bukanlah sesuatu hal yang istimewa, ini hanyalah sebuah catatan seorang remaja bernama Jung Jeno yang di pilih oleh sebuah penyakit aneh. *** #1 sadending 06072022 #7 jeno 20092022 bahasa | semi baku Pict. Cr. Pin...