Hari ini hari Minggu, tapi Jaehyun menyuruh semua anggota klub radio berkumpul di sekolah dengan alasan ada hal penting yang ingin dibicarakan. Itu sebabnya ruang radio berisik sekali pagi ini.
"Eh gimana grandfinal kemarin?" Somi, perempuan berwajah blasteran yang baru datang bertanya kepada Haechan yang semula sedang memainkan rambut Yena dan dijadikan kumis sementara Chuu mendokumentasikan momen itu ditemani tawa Eunwoo dan Tzuyu.
"Menang, dia dapet piala sama daging satu kilo. Katanya malam ini anak futsal mau BBQ-an di rumah neneknya Jaemin." Jawab Chuu sebelum mengganti arah ponselnya ke arah Somi. "Somi say hi, please!"
"Hi!" Somi melambaikan tangan, Chuu kemudian memutar ponselnya ke arah pintu masuk bersamaan dengan kedatangan Jaehyun dengan seseorang.
"Guys, attention please." Jaehyun menepuk bahu Yeonjun berusaha akrab dan tersenyum lebar. Chuu spontan menurunkan ponselnya dengan wajah berubah tanpa senyum. "Kenalin. Ini Yeonjun, anggota baru klub kita."
Tidak ada reaksi.
"Ada yang mau nanya?" Ucap Jaehyun karena ruangan mendadak jadi sangat hening.
Untungnya satu perempuan angkat tangan meski ogah-ogahan.
"Oke, good job, silahkan Chuu."
"Klub kita kan udah cukup orang, kenapa masih diterima deh kak?" Celetuk Chuu sambil memainkan tangannya yang membuat Yeonjun mengulas senyum pahit. Dia memang belum meminta maaf sampai sekarang, dan Yeonjun pikir, jalannya buat memperbaiki pandangan Chuu terhadapnya benar-benar sulit.
Jaehyun menjentikan jari menarik atensi mereka. "Na-ah. Good question."
"Menjawab pertanyaan Chuu. Jadi begini ya Chuu-can-do-it, buat sekarang emang benar anggota kita udah cukup, tapi sebentar lagi kan gue sama Eunwoo bakal lepas alih jabatan dan fokus sama ujian kelulusan. Terus kalau udah kayak gitu selanjutnya apa yang terjadi sama klub? Klub radio pasti kekurangan anggota. Apalagi kita cuma punya dua anggota dari anak kelas 1—Haechan sama Somi. My bad, salah gue terlalu selektif."
Jaehyun berdeham, "Kalau gue sama Eunwoo udah nggak di klub radio. Haechan jadi cowok satu-satunya dan bisa dipastikan nggak bisa selalu ada karena dia punya dua klub yang aktif. Keberadaan Yeonjun di sini, di klub ini, udah jadi pilihan bagus untuk keberlangsungan klub radio. Makanya gue dengan senang hati menerima dia di klub ini."
"Emang kenapa sih kalo klub radio isinya kebanyakan cewek?" Sahut si cewek bule yang Yeonjun duga adalah Somi si anak kelas 1 tidak ramah.
Walau menurut analisa Yeonjun sejauh ini, tidak ada diantara cewek-cewek di klub ini yang langsung menerimanya dengan ramah. Mereka melemparinya dengan tatapan siap menerkam sejak tadi.
"Biasanya juga kita ngelakuin semuanya sendiri."
"Bener," sahut Tzuyu sebelum mengungkit kejadian beberapa waktu lalu. "Waktu gue nggak bisa siaran aja, Yena yang ngegantiin."
"Justru itu Somi dan Tzuyu! Justru itu poinnya!" Sahut Jaehyun gemas. "Kalo kita punya anggota baru, kalian nggak bakal terlalu repot karena Yeonjun udah berpengalaman juga jadi penyiar."
"Walau gue suka jadi cowok satu-satunya di antara empat nenek lampir dan satu bidadari ini, gue setuju sama Bang Jaehyun." Ujar Haechan sebelum gumpalan kertas itu menghujani dirinya tanpa henti seperti robot. "ARGH ampun!"
Yeonjun nggak bisa melepaskan pandangannya ketika Haechan kini bersembunyi dibalik bahu Yena minta perlindungan karena cuma perempuan itu yang nggak melemparinya sesuatu.
Mereka terlalu dekat.
"Intinya, welcome to the club, Yeonjun." Sambut Eunwoo bertepuk tangan sekali dengan senyuman lebar hingga matanya membentuk bulan sabit.
Walau jujur, sambutan itu sama sekali nggak bikin Yeonjun merasa tenang. Lelaki itu seperti menyesali keputusannya ketika Eunwoo berdiri dan berbisik kepadanya. "Cewek-cewek di klub ini cerewetnya bukan main. Lo harus pinter-pinter ngadepin mereka."
"Fighting!" Ujar Jaehyun yang tiba-tiba sudah di belakang Yeonjun memijat bahu lelaki itu. "Semoga lo bisa beradaptasi sama para hyena agresif ini." Lanjutnya sambil berjalan mundur bersama Eunwoo.
"Lo berdua mau kemana?!" Teriak Tzuyu galak. Jaehyun dan Eunwoo spontan langsung tatap sebelum menjawab. "Gue sama Eunwoo mau manggil tukang buat benerin pintu. Kalian mulai beres-beres aja dulu selama kita pergi."
"Kalau gitu gue mau ke klub futsal dulu ada rapat lain." Sahut Haechan yang detik selanjutnya sudah raib dari hadapan mereka.
Kaki Yeonjun melemas, padahal kelima perempuan itu tidak berbicara ataupun melakukan tindakan anarkis. Mereka hanya diam, tapi internal Yeonjun merasa terancam di dekat mereka.
"Siapa yang mau mulai duluan?" Tanya Yena seperti panggilan maut yang membuat Yeonjun bergidik ngeri.
"Mulai apa?" Tanya lelaki itu panik.
"Training lah. Kan biar gimana pun lo tetap anak baru." Jawab Tzuyu sambil membenarkan ikat rambutnya dan mengulas seringaian mengerikan.
Yeonjun sangat berharap ia masih hidup setelah hari ini karena dari arah lain, Chuu tiba-tiba sudah berlari sekuat tenaga membawa kemoceng sakti kearahnya.
"AMPUN!" Jerit Yeonjun dengan mata terpejam rapat.
Ia menunggu silinder itu memukul area badannya, tapi kemudian yang ia rasakan hanya tangan lembut yang membuka kepalan tangannya diiringi dengus tak percaya.
"Lo pikir gue mau ngapain?" Tanya Chuu memberikan kemoceng itu kepada Yeonjun yang baru membuka mata dengan jantung seakan baru saja dijatuhkan ke dasar bumi. "Kita beres-beres dulu. Karena lo tinggi, lo yang bersihin ramat-ramat di atas."
Yeonjun mengangkat kepala, ia menatap keempat perempuan itu dengan tenggorakan kering ketika melihat wajah tidak berdosa mereka diiringi siulan sumbang Somi.
Yeonjun sangat-sangat-sangat yakin kalau mereka sengaja mengerjainya.
Hari ini benar-benar tidak akan berjalan mudah.
![](https://img.wattpad.com/cover/314225782-288-k493229.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
how to (stop) falling love with you? | cyj x cyn ✅️
Fanfiction(Selesai) ______ 2022 by sweetjjie