delapan

104 26 3
                                    

Yena mengerutkan alis ketika Yeonjun menyodorkan sekaleng minuman isotonik yang baru dibuka kepadanya sebelum lelaki itu duduk di sebelahnya sambil mendekap skateboardnya dengan ekspresi murung.

"Lo kenapa lagi?" Tanya Yena sambil menyesap minumnya sementara Yeonjun mengedikan dagu hanya ke arah satu orang. "Kenapa setiap ngeliat dia badan gue langsung kaku kayak patung ya?"

"Lebay."

"Serius!" Semprot Yeonjun yang membuat Yena memutar kedua bola mata. Kini lelaki itu menarik napas dan bertanya, "Cowok yang mirip sama dia tuh siapanya sih? Kembarannya? Pacarnya?"

"Yang gondrong itu?"

"Iya, tapi bukan si Beomgyu."

"Siapa Beomgyu?"

Yeonjun menoleh dan bertanya, "Gue bilang gitu?"

Yena mengangguk tapi Yeonjun tidak menjelaskan apapun. Jadi karena lelaki itu berakhir diam, ia membuka suaranya.

"Itu kembarannya Yeji." Jawab Yena santai. "Namanya Hwang Hyunjin, tapi karena orang tua mereka tinggal terpisah dan Hyunjin ikut papanya, dia jarang kelihatan kalau pagi di sini."

Yeonjun membulatkan mulut dan mengangguk-angguk. Kini ia menatap ke arah Yena yang rambutnya sudah sangat berantakan dibalik topi baseballnya, jemarinya mengambil topi tersebut dengan cekatan. Yena tentu saja menggeram protes ke arahnya, namun Yeonjun mengedikan dagu. "Beresin dulu noh rambut lu!"

"Ribet!" Sungut Yena yang kemudian meletakan kaleng tersebut dan melepas cepolannya. Yeonjun membuang muka ke arah lain ketika Yena mengangkat tangannya untuk mengumpulkan rambutnya menjadi satu.

Lelaki itu berdeham sejenak karena kerongkongannya mendadak terasa kering. Tapi tidak lama kemudian, Yena sudah menyambar kembali topinya dan memakainya langsung.

Perempuan itu kemudian berdiri di atas skateboardnya sebelum meluncur. Dari bawah sana, dia berteriak. "Udah gelap, balik nggak?"

Yeonjun langsung merosot saja tanpa aba-aba dan bangkit berdiri sebelum mengikuti Yena yang langsung pamit kepada teman-temannya yang kemudian meminta untuk mengajak Yeonjun juga lain kali. Yena hanya menyenggol Yeonjun saja sementara lelaki itu mengacungkan kedua jempol.

Keduanya melangkah menuju gedung apartemen tanpa mengatakan apa-apa dan karena mereka sama-sama tidak terbiasa dengan keheningan. Pasti ada salah satu yang memulai pertengkaran.

Yena menginjak kaki Yeonjun sengaja dan membiarkan lelaki itu mengerang sebelum berakhir mengejarnya sekuat tenaga sehingga perjalanan menuju apartemen menjadi jauh lebih singkat.

Keduanya sampai di lobby dan lanjut berdebat. "Mata dibalas mata! Darah dibalas darah! Sini lu!" Seru Yeonjun tidak terima.

Yena cuma menjulurkan lidahnya sambil terus berjalan mundur. Yeonjun melotot, ketika perempuan itu nyaris menabrak seseorang. Oh tidak, Yena sekarang sudah menabraknya malah.

Yeonjun hendak maju membela Yena andai orang itu akan memarahi temannya karena jalan dengan tidak hati-hati, namun orang itu justru tertawa sambil menepuk puncak kepala Yena.

"Habis dari mana sampai badannya keringetan gini, Cil?"

Yena menoleh dan tersentak. Ia kemudian menyengir dan membungkuk spontan. "Maaf, Kak Jaebi. Nggak lihat."

"Gimana mau lihat kalau jalannya mundur kayak undur-undur?" Kata lelaki itu dengan santai yang dibalas ringisan Yena. "Iya iya maaf."

Ia terkekeh kini menatap ke arah Yeonjun dan mengangkat alis sebelum melihat kembali ke arah Yena yang langsung menjelaskan. "Ini Yeonjun, tetangga aku."

"Oh, kapan datang? Dengar-dengar sebelumnya tinggal di San Jose, California?" Lelaki itu kemudian mengulurkan tangan. "Jaebi, apartemen nomor 1301. Dulu, saya seniornya Yena di sekolah, sekarang udah lulus."

"Yeonjun." Sahut Yeonjun yang kemudian membalas jabatan tangannya. "Baru beberapa hari ini. Sekarang saya satu sekolah sama Yena."

"Kalian seumuran?"

"Sadly, yes." Sahut Yeonjun yang bikin Yena memutar kedua bola mata dengan jengah. Kemudian dia memberitahu Yeonjun, "Kak Jaebi ini kakak sepupunya Yeji."

"Yeji?" Yeonjun membuka mulutnya sedikit dan Jaebi melirik Yena dengan sebuah isyarat yang hanya dimengerti oleh keduanya ditambah lagi dengan sikap Yeonjun yang terlihat lebih ramah dibanding sebelumnya.

Jaebi menahan senyumnya dan Yena mengedikan bahu santai.

"Kebetulan ada pesta kecil-kecilan dua hari lagi di apartemen saya. Kalian berdua kalau mau mampir, naik aja ya," Jaebi kemudian menambahkan. "Yeji juga bakal ada di sana."

"Pesta buat apa?" Tanya Yena yang membuat lelaki itu menatapnya dengan hangat. "Hmmm? It's 2nd Anniversary with Seulgi."

Yena membulatkan mulut dan menyelamatinya langsung. "Wow! Congratulations, Kak Jaebi!"

"Terima kasih, Cil." Sahut Jaebi yang kemudian menepuk puncak kepala Yena lagi yang membuat Yeonjun entah mengapa merasa terganggu.

Kenapa semua orang yang ada di dekat perempuan itu pasti melakukan kontak fisik sih? Malah kebanyakan dari mereka adalah laki-laki yang sebenarnya udah punya pacar lagi.

Yeonjun memilih berhenti memikirkannya karena semakin lama ia memikirkan hal itu, ia jadi semakin kesal.

how to (stop) falling love with you? | cyj x cyn ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang