empat belas

104 26 0
                                    

Yeonjun benar-benar mengincar ruang karaoke Yena dan meski langkah kakinya limbung ataupun nyaris menabrak tembok, lelaki itu berhasil menemukan ruangannya.

Yena menebak lelaki itu bakal meraung seperti orang gila habis ini, jadi ia memilih untuk mengabari Soobin yang tadi memintanya buat mengecek keadaan Yeonjun di Fabulo Club kalau lelaki itu sudah aman di apartemennya. Soobin tidak mengatakan apapun selain oke yang singkat dan kekehan mencurigakan yang membuat Yena merutukinya begitu saja.

"Yena! Yena!" Suara Yeonjun terdengar, dan Yena langsung meletakan ponsel di meja dapur sebelum menghampirinya cepat. "Ada apa?"

"Kenapa nggak ada suaranya?" Rengek Yeonjun yang membuat Yena memutar kedua bola mata jengah. Perempuan itu mengambil remot dan memperbesar volumenya sementara Yeonjun kembali mengeluh. "Gue nggak mau lagu ini!"

"Lo mau lagu apaan?" Tanya Yena yang kini mendudukan diri di lengan kursi sambil menatap Yeonjun dengan kedua alis terangkat. "Gue... gue mau lagu dangdut kek lagu thaipop kek lagu vpop kek terserah, gue nggak mau lagu yang sedih pokoknya kagaaaak mau!"

"Tiba-tiba?" Yena menyunggingkan senyum dengan geli sementara Yeonjun mengusap gusar wajahnya selagi perempuan itu menyetel sebuah lagu vietnam yang sedang terkenal akhir-akhir ini. "Gue harus nyanyi yang happy-happy biar nggak sedih gajetot kayak gini. BRENGSEKKKKKKKKK!"

Yena berpindah posisi lebih dekat dengan lelaki itu sambil menepuk bahu Yeonjun menyabarkan, "Nggak pa-pa. Lo punya alasan yang jelas kalau mau sedih. Nggak semua orang kuat denger kabar mantannya udah tunangan dan mau nikah sama orang lain bentar lag-"

"SHUUUSHHH DIEM!!" Teriak Yeonjun sambil membekap mulut Yena dari belakang sangat dongkol dan dengan nada melantur ia melanjutkan. "Gue nggak butuh nasihat lo ya nenek lampir. Gue nggak butuuuuuuh! Gue cuma mau nyanyi!"

Yena menepuk-nepuk tangan Yeonjun yang membuatnya sulit bernapas, untungnya lelaki itu melonggarkan bekapannya dari mulut Yena, namun tangannya kini melingkari bahu perempuan itu diikuti kepalanya yang bersender di pelipis Yena.

"Lo tahu fakta apa yang paling nyebelin dari kabar yang gue terima hari ini?" Gumam Yeonjun tanpa melepaskan Yena dan Yena menoleh menjawabnya. "Jagain jodoh orang?"

"Itu juga fakta nyebelin. Tapi ada yang lebih nyebelin lagi." Yena mengerjap. "Apa?"

"Dia bener-bener nggak ngejelasin alasannya mutusin gue dan tiba-tiba ngebuka lembaran baru gitu aja." Jawab Yeonjun merana. "Terus gimana caranya gue bisa move on kalo gue masih bertanya-tanya alasannya mutusin gue selain alasan sebangsat gue nggak pernah berubah dan juga tembok keyakinan kita yang berbeda?"

Yeonjun menangis lagi ketika jemari Yena dengan sigap menyeka air matanya. Perempuan itu bersiap mengambil kotak tisu di atas meja namun Yeonjun menahannya dan kini sudah menangis keras dibahunya seolah ia siap menghabiskan jatah airmatanya selama sebulan ke depan dalam sehari.

Yena mengusap punggung Yeonjun menenangkan, pada akhirnya ia menghabiskan waktu semalaman tangisan Yeonjun diiringi instrumen musik penyanyi vietnam.

Pantas saja Soobin menertawainya.

____

Yeonjun tidak terlalu ingat apa yang terjadi semalam, namun begitu terbangun kepalanya pening dan salah satu tangannya terasa kesemutan. Ketika ia membuka mata, ia melihat layar televisi yang masih menyala dan suara instrumen yang memenuhi ruangan.

Di mana?

Yeonjun tidak tahu jawabannya sampai pergerakan yang menekan dadanya membuat ia menunduk dan menyadari keberadaan perempuan itu di dalam dekapannya.

Yena masih terlelap dengan setelan kemeja satin berwarna salem dan celana bahan panjangnya yang berwarna hitam. Rambut perempuan itu tidak lagi berwarna ungu dengan sentuhan pink, melainkan hitam seutuhnya-persis ketika mereka masih muda dulu.

Yeonjun, tangan kiri lo benar-benar bakal hilang sebentar lagi.

Pikiran Yeonjun bersuara, lelaki itu kemudian membenarkan posisinya hati-hati agar tidak membangunkan Yena. Jarak mereka menjadi sangat dekat ketika Yeonjun merasakan deru napas teratur Yena di wajahnya.

"It hurts more than I thought."

Yeonjun menoleh, menatap perempuan itu yang ternyata masih tertidur dengan pulas dan baru saja mengigau. Yeonjun berdeham sambil menarik dirinya tanpa membiarkan pikiran-pikiran yang muncul secara acak itu menguasai kepalanya lebih lama.

Why? Why it hurts more than you thought?

Yeonjun berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci muka, ia menatap dirinya sendiri di cermin, lalu sekelibat bayangan itu muncul.

Mulai dari kedatangannya di Fabulo Club, Yena yang mengobrol dengan Woojin sebelum membawanya pulang entah bagaimana caranya, sampai ia kembali menangis di ruang karaoke.

"Kayaknya gue ngelupain sesuatu yang penting." Semprot Yeonjun sambil meremas rambutnya syok. Ia mencengkeram pinggiran wastafel dan menatap air yang terus mengalir sebelum menelan ludah tertahan.

"Lo kenapa?"

"What we did something last night?" Tanya Yeonjun yang menatap bayangan Yena dari cermin dengan horor. "Like kissing or making ou-"

Yeonjun mengerang ketika Yena mencopot salah satu slipernya dan menimpuknya ke arah punggung Yeonjun dengan keras.

"Dude, you need to wake up."

"SIAPA JUGA YANG MIMPI?!" Sungut Yeonjun sambil mengusap punggungnya yang sakit lalu ia berbalik menghadap Yena. "Tapi kita beneran nggak ngapa-ngapain kan semalem?"

"Lo pikir gue bakal ngebiarin lo ngapa-ngapain gue?!"

"Kita bahkan tidur sambil peluk-"

"Itu karena gue ketiduran!"

"Tangan gue sampai sakit, jelas gue bukan pihak yang diuntungkan!" Sahut Yeonjun dengan cepat sambil menunjuk tangannya. Yena menggeram dan mencopot slippernya yang satu lagi. Perempuan itu bersiap melemparnya ke arah Yeonjun, namun Yeonjun lebih dulu berkelit. "Terus lo pikir mau gue gitu tidur dipeluk sama lo?!"

Yeonjun buru-buru keluar dari toilet menghindari Yena yang bersiap membunuhnya, dan pagi itu berakhir dengan Yeonjun yang terpeleset dan terantuk sudut meja.

"ARGHHHHH SAKIT!!"

how to (stop) falling love with you? | cyj x cyn ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang