dua puluh

102 27 1
                                    

happy 1k readers ! ^_^

____

Jaehyun datang bersama Eunwoo pagi-pagi buta dan sudah dengan seragam lengkap. Kedua lelaki itu memastikan semuanya baik-baik saja dan meminta maaf karena datang sudah terlalu terlambat yang hanya dibalas erangan lega. Setidaknya mereka bersyukur bisa segera pergi dari ruangan tersebut.

Mereka masih memiliki waktu satu jam untuk kembali ke rumah dan bersiap-siap untuk kembali ke sekolah sementara Jaehyun dan Eunwoo menawarkan diri untuk membereskan ruang radio yang berantakan karena rasa bersalah mereka berdua.

Selain itu, Yeonjun pikir ia akan pulang bertiga dengan Haechan dan Yena. Tapi Haechan bilang, ia masih memiliki seragam di loker dan memilih untuk melanjutkan tidur di UKS.

Jadi sekarang, mereka duduk berdua di halte sambil menunggu bus tanpa bicara.

Kalau Yeonjun ditanya bagaimana rasanya... Rasanya aneh. Keheningan yang sama sekali nggak membuat Yeonjun terbiasa, jadi ketika ia menoleh menatap perempuan itu yang sudah menutup mulutnya dengan kedua tangan sambil menguap, senyum di bibirnya tersungging begitu saja, Yeonjun menemukan hal yang bagus untuk memulai pertengkaran.

"Apa lo senyam-senyum?" Semprot Yena galak.

"Muka lo bengkak banget."

"MATA LO TUH HILANG!" Sahut Yena yang spontan menutup kedua pipinya dengan telapak tangan syok. Yeonjun berbalik untuk mengaca di papan tranparan di belakangnya lalu mendecak. "Gue tetap ganteng walau mata gue hilang."

"Idih. Pede gila." Respon Yena bergidik mual. Lalu tak lama bus yang mereka tunggu datang.

Yeonjun menyamankan duduknya lalu mengerutkan alis dan menaikan salah satu bagian bahu Yena yang mengekspos tali bra perempuan itu tanpa pikir panjang.

"Lo ngapain?!" Desis Yena terkejut. Yeonjun mengerjap dan menarik tangannya. "Sesuatu yang harusnya nggak kelihatan tadi kelihatan jadi gue menutupnya lagi supaya nggak kel—ohok-ohok!"

Wajah Yena memerah, entah karena malu atau karena marah, tapi Yeonjun benar-benar berpikir ia tidak dapat bernapas lagi kalau cekikan perempuan itu tidak kunjung mengendur.

"Kak! Kak! Inget Tuhan, Kak!" Seru seseorang yang langsung menarik tangan Yena dari leher Yeonjun. Yeonjun masih terbatuk-batuk, kini ia menyenderkan kepala di jendela bus untuk menarik napas dalam-dalam sementara Yena ditahan oleh lelaki super jangkung itu.

"Soobin, lo nggak usah ikut-ikutan ya!"

"Aduh. Kalo gini caranya lo bakal bunuh orang!!"

______

"Lo masih marah?" Yeonjun mempercepat langkah kakinya mengikuti Yena menuju lift karena perempuan itu melewatinya. Padahal Yeonjun sudah menunggu di depan pintu dari tadi.

"Hei, sekalipun lo marah, gue nggak bakal nyesel benerin baju lo."

"BISA NGGAK LU DIEM?!" Teriak Yena kelewat malu. Untung hanya ada mereka berdua di dalam lift, jadi orang-orang tidak tahu apa yang sedang mereka bahas sekarang.

Yeonjun mendecak. "Terus gue harus gimana? Apa aja yang gue lakuin lo pasti kesel kan?"

"Iya. Jadi mending lo diem." Sahut perempuan itu sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada.

"Tapi kalo gue diem aja tadi, bukannya lo lebih malu karena banyak yang liat?"

"Gue bilang diemmmmmm!" Erang Yena yang sudah mendekat ke arah Yeonjun untuk membekap mulut lelaki itu. Tapi Yeonjun lebih sigap dari tadi pagi dan langsung menahan kedua tangannya. "Bisa nggak sih nggak abusif?!"

Yena belum menjawab ketika pintu lift tiba-tiba terbuka. Perempuan itu menyentak tangan Yeonjun ketika Yeji melihat mereka dengan bingung.

"Pagi, Yeji."

"Pagi, Kak."

"Kesiangan juga?" Celetuk Yeonjun berusaha santai. Walau gerak tubuhnya masih terlihat kikuk.

Yena mengangkat alis mengamati Yeonjun sementara Yeji mengangguk kalem. Perempuan itu menyelipkan rambutnya ke belakang telinga sebelum membalas.

"Iya. Tadi sebenernya udah sampai halte, tapi balik lagi karena ada yang ketinggalan."

Yeonjun mengangguk-angguk saja sambil memutar otak, tapi ternyata Yeji lebih dulu melempar pertanyaan.

"Kak Yeonjun sama Kak Yena kesiangan karena apa?"

"Gue..." Yeonjun ragu memberi jawaban, jadi ia melirik Yena berharap perempuan itu membantunya, namun Yena sudah menyumpal telinganya dengan airpods seolah tidak ingin menguping. "Gue sama anak radio kejebak di ruang radio kemarin, baru pulang tadi pagi waktu Bang Jaehyun sama Bang Eunwoo buka kuncinya."

"Kok bisa?" Sepasang mata Yeji membesar. Yeonjun menemukan fakta kalau ekspresi wajah terkejut Yeji sangat menggemaskan. "Ceritanya... panjang."

"Kak Chuu berarti ada di sana juga semalam?"

"Hng... iya."

"Ya ampun, pantes aja mamanya sampai ngehubungin gue, nanya dia beneran nginep atau nggak."

"Serius? Terus lo jawab apa?"

"Iya, serius. Gue jawab aja iya, soalnya Kak Chuu jarang bohong pake nama gue kalau nggak terdesak." Yeji menghela napas. Ia kemudian menoleh ke arah Yeonjun dengan ekspresi khawatir. "Tapi Kak Chuu baik-baik aja kan?"

Yeonjun langsung mengangguk dan melapor. "Dia baik-baik aja kok. Untungnya sebelum terkunci, semua makanan udah ada di dalam. Jadi kita nggak kelaparan sepanjang malam. Chuu juga makan es krim mint choco." Oceh Yeonjun yang kemudian ia rutuki sendiri dalam hati.

Buat apa juga Yeji tahu Chuu makan es krim apa kemarin?

Yeonjun mendesah pelan ketika dari sudut matanya, ia melihat Yena mati-matian menahan tawa.

Sialan.

Perempuan itu pasti dengar!

how to (stop) falling love with you? | cyj x cyn ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang