tiga puluh enam

145 23 5
                                    

⚠️

_____

     "Lo ngapain ke sini lagi? Balik sana ke kamar lo sendiri!" Usir Yena ketika Yeonjun kembali ke kamarnya sambil membawa sekantung besar berisi kaleng-kaleng bir. Yeonjun sempat pergi tadi setelah mengeluarkan semua keluh kesahnya, dan ternyata ia pergi untuk membeli berjubel-jubel kaleng berisi alkohol.

     Yena mendecak kepadanya, ia langsung mengutarakan tanpa berpikir, "Gue nggak mau teler malem ini."

     "Yaudah lo ngeliatin gue aja." Yeonjun melewati Yena yang wajahnya sudah tertekuk dengan santai.

      "Lo kenapa lagi sih?" Yena memegang tengkuknya sambil menatap frustasi kearah Yeonjun yang saat ini sudah duduk bersila sambil menggeledah kaleng birnya.

     "Yeji?"

      Yeonjun melirik Yena sejenak. Ia membuka kalengnya dan meneguknya perlahan sebelum memulai pembicaraan. "Lo inget nggak dulu gue nembak Yeji gimana?"

      "Pake surat cinta kan? Lo bacain di radio sampe seisi sekolah denger," Yena menjawab seingatnya.

     Pada akhirnya ia mendudukan diri di sebelah Yeonjun dan mengambil sekaleng bir itu untuk diminum sendiri. "Bener."

     Yena diam saja. Ia melirik Yeonjun yang sudah menyenderkan punggungnya pada tembok dan menatap langit-langit ruangan.

     "Gue masih ingat lagi, gimana rasanya waktu Yeji bela-belain lari ke ruang radio buat jawab perasaan gue. Lega banget, anjir, soalnya gua langsung diterima," Yeonjun tertawa renyah seolah hal itu sudah tidak lagi membuatnya sedih.

      Ia menoel kaki Yena dengan jempol kakinya dan meledek. "Nggak kebayang dah malunya kalo sampe ditolak, soalnya gue bukan Haechan,"

    "Hm."

    "Lo masih kontakan sama dia?"

    "Ngapain gue kontakan sama suami orang?" Yena menghela napas. Yeonjun mengangguk-angguk saja. Ia pernah melihat undangan pernikahan Haechan di kamar Yena beberapa bulan yang lalu sehingga ia tidak terlalu terkejut sekarang.

    "Kalian putus karena apa sih emang?"

     "Karena nggak cocok aja."

     "Ambigu." Ejek Yeonjun sambil menyesap birnya.

     "Siapa yang mutusin?"

     "Dia."

     "Dia? Dia mutusin lo dengan alasan udah nggak cocok aja?" Semprot Yeonjun terkejut. Matanya membelalak sempurna. "Gue pikir lo yang mutusin anjir! Kok bisa dia yang mutusin? Bukannya dia sayang banget sama lu?"

    "Iya, banyak hal yang terjadi." Yena membalas sekenanya. Ia kini sudah melipat lututnya dan memeluknya sambil menggoyang-goyangkan kaleng bir tersebut.

      "Sebelum putus tuh, gue sama dia emang sering ribut karena hal sepele. Waktu dia mutusin gue, gue nggak nyangka kita bakal putus hari itu. Dia ngajakin gue dinner di tempat yang bagus, gue kira gue mau dilamar,"

    "Anjing, Haechan,"

    Yena tergelak, "Sekalipun beneran dilamar kayaknya gue nggak bakal terima,"

     "Anjing lu."

     "Lo tuh pernah nggak sih ngerasa 'Oh, gue mau ngabisin waktu sama orang ini seumur hidup gue' atau 'Gue sayang banget sama dia sampai dititik di mana lo nggak bisa mendefinisikan perasaan lo itu'?" Tanya Yena tanpa menanggapi umpatan Yeonjun barusan.

     "Bahkan setelah bertahun-tahun gue sama dia pacaran dengan mulus, gue nggak ngerasain itu sama Haechan—I tried hard but it doesn't work— dan gue pikir... pada akhirnya dia juga sadar kalau hubungan ini nggak berhasil."

how to (stop) falling love with you? | cyj x cyn ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang