dua puluh lima

121 23 3
                                    

THEN

________

Yeonjun terbangun dengan napas memburu dan ia bersyukur dering alarm membangunkannya dari mimpi buruk itu. Lelaki itu menendang selimut di atas tubuhnya dan mengusap wajah gusar.

Ia berjalan gontai menuju kamar mandi dan melihat pantulan wajahnya sendiri di cermin seraya menggosok gigi.

Yeonjun mengingat-ingat apa rencananya hari ini sambil berkumur-kumur dan ketika ia berhasil mengingatnya, bibirnya membentuk sebuah senyum.

Oh, ini hari Minggu.

Hari ini, ia memiliki janji dengan Yeji dan berniat menonton film yang baru rilis beberapa hari lalu. All thanks to Chuu yang sangat berperan penting atas kedekatan pesat antara dirinya dengan temannya itu. Yeonjun dan Yeji memang menjadi dekat setelah tragedi terkuncinya anak klub radio akibat kemunculan hantu perawan.

Oh, karena hantu itu juga, Yeonjun menjadi pusat perhatian di sekolah secara mendadak mulai dari minggu kemarin dan sepertinya akan terus berlanjut sampai hari kelulusannya.

Bagaimana dia tahu? Mudah saja. Itu terlihat dari respon anak-anak sekolah yang awalnya penasaran mengenai hantu perawan dan kemudian berakhir mengagumi wajah dan proporsi tubuhnya yang sempurna.

Tidak sulit bagi lelaki tampan menjadi populer, kata Woojin ketika ia menyadari betapa populernya Yeonjun dalam sekejap karena beberapa perempuan jadi sering menyapa mereka ketika berjalan di koridor.

Speaking of Woojin, Yeonjun sama sekali tidak memberitahu temannya itu mengenai kedekatannya dengan Yena. Ia tidak bermaksud menyembunyikan, ia hanya tidak ingin menambah kegegeran dengan mengatakan kalau dirinya dan Yena adalah tetangga sekaligus teman masa kecil. Toh, di sekolah juga mereka itu tidak terlalu dekat dan punya teman masing-masing.

Jadi hanya ada segelintir orang yang tahu, dan Yeonjun tidak merasa ada yang salah dengan hal itu.

Ia mencuci muka dan mengecek ponselnya. Ini masih terlalu pagi namun ponselnya sudah bergetar terus-menerus ketika ia menyambungkan jaringan internet.

"Yeonjun?"

Suara lembut itu memanggil namanya dan tidak butuh waktu lama bagi Yeonjun untuk langsung mengenali siapa pemilik suara itu. Itu adalah ibunya.

"Pagi, Ma," Yeonjun meletakan ponselnya di atas nakas, ia kemudian berjalan menghampiri ibunya yang berdiri di ambang pintu kamar sambil tersenyum hangat.

"Pagi," Ibunya balas menyapa, jemarinya terangkat untuk merapikan rambut Yeonjun yang berantakan karena baru bangun tidur dan ia mengusap peluh di dahi anaknya dengan telapak tangan sebelum bertanya. "Semalam kamu tidur nyenyak?"

Yeonjun mengamati wajah ibunya yang terlihat baik-baik saja. Namun ketika menelisik ke dalam sepasang matanya, ada banyak sekali kekhawatiran di sana. Yeonjun menduga sumber kekhawatiran itu adalah dirinya.

Tentu saja dirinya.

"Nyenyak dong, makanya aku bangun-bangun happy banget," Yeonjun menyengir kecil. Ia merentangkan kedua tangan untuk memeluk ibunya erat dan mengusap punggungnya gemas, "Mama pagi ini ada acara apa? Kok udah rapi banget?"

"Mama? Mau jenguk Kakek Jo di rumah sakit sama Mamanya Yena, "

"Kakek Jo?"

"Kakek yang biasa duduk di lobby sama cucunya itu," Ibunya menjelaskan tepat sasaran sehingga Yeonjun segera tersadar. "Ooh, emangnya sakit apa?"

"Komplikasi." Mama Yeonjun kemudian menarik dirinya dan mengusap lengan anaknya sayang. "Kamu katanya hari ini mau keluar juga, kok belum siap-siap?"

"Iya, agak siangan,"

how to (stop) falling love with you? | cyj x cyn ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang