tiga puluh

105 24 0
                                    

    "Hari ini jadi kan? Jadi donggg, masa sih nggak jadi?"

    Lia menghampiri meja Yeji sambil mengencangkan kuncirannya bersama Chaeryeong sementara temannya itu tersenyum saja sampai matanya menyipit membentuk bulan sabit.

    Hari ini Lia dan Chaeryeong mau ditraktir Yeji sama Yeonjun sebagai bentuk pajak jadian katanya. Yeonjun juga nggak masalah meski dua hari berturut-turut ia menraktir anak radio dan anak tongkrongan. Pokoknya tuh nggak boleh ada yang nggak tahu kalo Yeonjun sama Yeji jadian, semuanya kudu-wajib-harus tahu, kata Yeonjun.

    Chaeryeong bertolak pinggang, dan mendecak, Yeji mengangkat alis menyadari ekspresi cemberut temannya itu. "Kenapa muka lo ngeselin banget?"

    "Soobin katanya ikut. Kalo gini ceritanya gue jadi nyamuk kalian berempat anjir,"

    "Makanya cari cowok anjir,"

    "Ya mana cowoknya?!"

    "Kabur duluan karena lo terlalu picky," Lia menyahut cepat sambil memutar kedua bola mata. Chaeryeong melototinya tak percaya.

     "Gue? Picky? Kalo gue picky lu berdua apaan, ha?!"

     "Lo dewanya picky," Yeji menjawab dengan dengus geli. Ia kemudian bangkit dari kursinya sambil membenarkan kemeja seragamnya yang kusut sebelum menodongkan telapak tangan kepada Lia.

     "Apaan?"

     "Liptint."

     "Ga modal banget, najis," Gerutu Lia yang walaupun bersungut-sungut tetap merogoh saku tasnya untuk mengambil benda tersebut. Pun selagi Lia mencari liptintnya, Chaeryeong sedang membenarkan letak poninya sambil bercermin dengan kalem sampai Yeji memanggilnya.

     "Kaca, Chaer,"

     "Ck. NIH AMBIL SEMUA AMBIL!"

     "Pegangin elahh, tangan gua kan cuma duaa!"

     "Ya kalo enam mah Brahmana,"

     Chaeryeong langsung membuang muka sambil bersiul ketika Yeji melemparinya tatapan membunuh. Lia yang mengamati hal itu jadi terkekeh.

    Ketiganya baru keluar dari kelas setelah Yeji merapikan riasan bibirnya untuk yang terakhir kali dan mereka berjalan ke lobi bersama.

    Skenarionya mereka akan pergi ke lobi untuk berkumpul dengan Yeonjun sebelum pergi bersama ke kafe lucu di dekat sekolah yang cukup dengan berjalan kaki.

    Tapi belum sampai ke area lobi, Lia dan Chaeryeong pamit ke toilet dulu tanpa aba-aba sudah meninggalkan Yeji sendirian. Mau tak mau, Yeji berjalan seorang diri menuju lobi sambil memperhatikan wajahnya di cermin pinjaman Chaeryeong.

    Yeji bukan tipikal cewek feminin sebenarnya, dari kecil dia terkenal tangguh sekaligus galak, auranya cenderung maskulin. Julukannya dulu adalah raja singa, jelas karena kehadirannya seringkali dianggap bos oleh teman-temannya yang lain. Namun, hal itu berubah ketika Yeji patah hati pertama kalinya.

     Patah hati pertama Yeji adalah ketika ia berpikir perasaannya berbalas saat realitanya ia jatuh cinta sendirian. Jeno adalah patah hati pertama Yeji. Rasanya menyedihkan ketika Yeji menyadari kalau pacar Jeno yang sekarang benar-benar berbanding terbalik dari dirinya. Itu berarti sejak awal Jeno memang tidak pernah menganggapnya lebih dari seorang teman.

    Yeji tidak pernah tahu bagaimana rasanya jatuh cinta, tapi sekarang ia menyadari satu hal, diperlakukan selayaknya seorang ratu oleh seorang laki-laki adalah hal yang menyenangkan.

    "Yeji!"

     Yeonjun berdiri di sana, bersender pada salah satu pilar dan langsung menegakan diri sambil melambaikan tangan riang ketika mata mereka bertemu.

    Yeji pikir, kalau imbalan menjadi feminin adalah diperlakukan seistimewa ini, ia akan melakukannya dengan sepenuh hati.

    Yeonjun berjalan mendekat ke arahnya, tangannya terulur untuk merapikan helai rambut Yeji yang bergerak menutupi wajahnya karena tertiup angin sambil menyengir. "Kok cuma sendirian? Temen-temennya mana?"

     "Kabur ke toilet, sebentar lagi palingan nyusul," Yeji menjawab sebelum ponselnya bergetar tanda sebuah pesan masuk. Kedua alisnya terangkat melihat pesan yang tertera di layar ponselnya bingung.

     "Kenapa?"

     "Mereka bilang kita berangkat duluan aja, katanya nanti ketemuan di kafe, mereka juga request meja di lantai dua,"

     "Oh..."

     "Gapapa?"

     "Ya nggak pa-pa, emangnya kenapa?" Yeonjun terkekeh geli. Manis sekali.

      "Kesannya kayak kita dibabuin sama mereka."

      "Sisi lainnya kita jadi punya waktu berdua kan?"

      Gila nih cowok.

      Yeji menggigit bagian dalam pipinya menahan senyum sebelum mengalihkan pandangan ke sembarang arah untuk menyembunyikan gestur salah tingkahnya.

     "Yaudah, jalan sekarang aja nggak sih?"

     "Mm-hm,"

     Yeji bergeming ketika jemari besar itu mengisi ruang di ruas jemarinya, menggenggamnya dengan hangat, dan membawanya pergi dari area lobi meninggalkan beberapa pasang mata yang menatap iri. Bukan lagi tatapan mengasihani yang membuatnya jengah setengah mati.

     Rasanya menyenangkan.

    "Kak Yeonjun,"

    "Ya?"

    "Makasih udah datang di dalam hidup aku,"

    Sore itu, Yeji tidak menyadari kalau ia mungkin baru saja mengulangi kesalahan yang sama tanpa disengaja. Sebab sejatinya menaruh harap pada manusia adalah pertaruhan yang paling sia-sia.

*****

     Yena baru saja selesai mandi dan hendak mengeringkan rambutnya ketika pintu kamarnya terbuka. Sungmin melongokan kepala dengan mata yang jelalatan mencari sesuatu.

    "Nyari apaan?!"

    "Yeonjun mana?"

     "Mana gue tahu, emangnya gue umpetin?" Gerutu Yena sebal. Sungmin mendecak pelan.

     "Kali aja lo tahu. Dia belom balik soalnya, mamanya nyariin. Gue lihat sih tadi ada tamu yang dateng, kayaknya nyariin dia,"

      Sebelah alis Yena terangkat, "Siapa?"

     "Nggak tahu. Tapi kayaknya temennya Yeonjun yang di Amrik, namanya bule banget, Joanne."

    "Cewek?"

     "Lah, napa jadi nanya-nanyain temennya anjir. Balik ke topik, lu tahu nggak Yeonjun di mana? Hapenya nggak bisa dihubungin,"

    "Nggak tahu. Tapi kayaknya dia masih ada di sekitar sekolah, gue tadi ngeliat dia sama Yeji di kafe deket sekolah bareng temen-temennya Yeji juga."

   "Lo punya nomernya Yeji kan? Coba tanyain, mereka masih bareng atau nggak,"

   "Dih?"

   "Kalo nggak mau, bagi nomer Yeji sini—"

   "MAU LU ITU MAH."

    Sungmin mengedikan bahu santai sebelum menegakan tubuh dan menutup kembali pintu kamar Yena.

    Yena menghela napas ketika menatap layar ponselnya sekarang.

     yena
     yeji, masih sama yeonjun?

     Yena mengerang kesal membaca pesannya sendiri yang entah mengapa membuatnya berpikir alangkah baiknya kalo ia mengirimkan nomer Yeji saja kepada Sungmin dan membiarkan kakaknya yang berbicara.

     Sayangnya ia terlambat, Yeji lebih dulu membaca pesannya sebelum Yena mengurungkan pesan tersebut.

    "Nggak dibalas,"

     Perasaan Yena benar-benar nggak enak habis ini.

how to (stop) falling love with you? | cyj x cyn ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang