NOW
_______
Yena menoleh ketika dia menyadari Yeonjun berhenti di belakangnya. Senyum di wajahnya datang terlambat ketika Yeonjun sudah lebih dulu memotretnya tanpa aba-aba dan perempuan itu menggeram kesal.
"Kenapa nggak bilang-bilang dulu sih kalo mau foto?" Protes Yena yang berlari mendekat ke arah lelaki itu namun Yeonjun lebih dulu mengangkat tinggi kameranya sebelum dirampas oleh Yena. "Namanya juga candid." Sahut Yeonjun santai.
Ia melihat hasil jepretannya, potret Yena berlatar Rijksmuseum yang berdiri sejak tahun 1800-an. Ia tidak berkomentar apapun mengenai foto tersebut, namun ia tidak ingin Yena menghilangkan hasil karyanya.
"Gue mau lihat!"
"Lihatnya nanti aja,"
"Awas ya lo kalo nyimpen foto jelek gue!" Ancam Yena membiarkan Yeonjun menyeringai mengejeknya. "Emang ada yang nggak jelek?"
Yena menggeram. Ia bersiap melanjutkan perdebatan mereka andai seorang bule tidak mendekat dan menarik atensi keduanya.
"Sorry dat ik stoor, maar mag ik even?"
"Sorry, but we don't understand. Can you speak English?" Sahut Yeonjun yang membuat lelaki kaukasian itu mengerjap dan menggeleng. "Oh helaas niet," Katanya sebelum mengeluarkan ponselnya.
Lelaki kaukasian itu kemudian membuka aplikasi penerjemah dan Yeonjun tidak dapat menahan alisnya untuk tidak tertukik.
"Je vriend is zo mooi, mag ik een foto met haar maken?"
Yeonjun menjawabnya dengan bahasa Inggris namun aplikasi itu menyuarakan maksudnya dengan baik.
Bedankt voor het compliment, maar nee. Ze is niet mijn vriendin, ze is mijn vrouw.
Lelaki asing itu terlihat tidak percaya, dan Yeonjun segera melingkarkan lengannya di bahu Yena sambil menaikan satu alis sebagai isyarat agar orang itu mengerti.
"Not my friend but my wife?" Celetuk Yena yang langsung menjauhkan diri dari Yeonjun ketika lelaki asing itu telah pergi.
Kedua alisnya terangkat dan Yeonjun segera menjelaskan.
"Itu cuma alasan aja."
"Iya, gue ngerti. Tapi ngapain juga lo bohong sampai segitunya kalo dia cuma mau minta foto sama gue?"
Yeonjun menatap Yena tidak habis pikir, dan lelaki itu membalas sengit. "He's a stranger! Gimana kalau foto lo dipake untuk tindakan asusila? Apanya yang lo maksud 'cuma' di sini? Minta foto doang sama stranger tuh bukan hal yang bisa lo anggap cuma. Lo bukan artis! Ngapain dia minta foto sama lo? Apa niatnya?"
"Yeonjun, listen. He's just a strangers karena lo nggak memberikan dia dan gue kesempatan buat berteman. Lo tiba-tiba memotong 'jalur'nya dengan ngaku-ngaku jadi suami gue dan itu bohong!"
"Damn. Lo mau ngumpulin temen sampai ke ujung dunia mana sih, Na? Lo pikir semua orang bisa diajak berteman?" Tanya Yeonjun dengan sarkastik. Lelaki itu mati-matian menahan dirinya sambil mengepalkan tangan ketika ia melanjutkan. "Kita ada di negara orang, kita nggak paham bahasa mereka, kita harus waspada kalau nggak mau celaka. Lo bukan anak kecil lagi, masa kayak gitu aja nggak ngerti?"
"Just stop lying."
"I'm just protecting you!"
"You don't need to." Balas Yena yang sudah berbalik pergi dan melangkah meninggalkan Yeonjun sendirian.
Lelaki itu menusuk bagian dalam pipinya dengan lidah sambil bertolak pinggang sebelum berakhir mengejar langkah Yena dengan sangat cepat. Ia menyentak tangan perempuan itu agar mereka bertatapan untuk mengonfrontasi.
"Lo marah karena apa sih sebenernya? Karena kata-kata gue? It means nothing. As you said before, we're just friend. Gue minta maaf kalau cara gue salah, gue memang bohong tapi niat gue cuma mau melindungi lo."
It means nothing.
"Gue bukan anak kecil."
"Fine. My bad. Gue nggak akan bohong lagi. Gue nggak bakal menghalangi lo nyari temen sebanyak mungkin selama satu bulan ke depan. Gue nggak bakal ikut campur lagi." Yeonjun memilih mengalah dan menurunkan egonya sebelum ia berakhir membuat perang dingin di antara mereka pecah.
Yena menghela napas, dan menatap arah perginya bule tersebut dengan sayu. "Padahal dia tipe gue banget, ganteng."
Yeonjun memilih meraup muka perempuan itu dengan telapak tangannya yang besar sebelum memiting lehernya.
"Jadi lo marah karena itu? Karena gue ngusir cowok ganteng yang tipe lo banget itu?!"
Yena mengerang sambil menepuk-nepuk lengan Yeonjun yang seakan mencekiknya.
"Apa sih?!"
"Lo bahkan baru ketemu dia tadi!"
"Dia bilang gue cantik!"
"Harusnya lo creepy sama orang asing yang memuji lo tiba-tiba apalagi minta foto sama lo."
"Eh, denger ya. Kita nggak tahu gimana cara kita ketemu sama jodoh kita, gimana kalo dia beneran jodoh gue tapi karena lo bohongin dia, jodoh gue yang tadinya deket jadi jauh lag—sdoapahkpajkk!!!"
"Nggak. Gue yakin 100% dia bukan jodoh lo tapi cuma orang creepy mesum yang suka ngoleksi foto cewek buat menuhin fetishnya."
"LO BUKAN TUHAN!"
"Tapi firasat gue bilang begitu!" Sahut Yeonjun melepaskan bekapannya dan membiarkan Yena mendongak menatapnya dengan kesal. "Who are you? Shaman?"
"Ck. I just know it." Balas Yeonjun sambil mengacak puncak kepala perempuan itu tiba-tiba. "Lo nggak bakal mengerti."
Yena memutar kedua bola matanya dengan jengah sebelum mendorong Yeonjun agar mereka tidak terlalu dekat. Ia kemudian merapikan rambutnya yang berantakan sebelum melangkah maju lebih dulu memasuki musuem sementara Yeonjun mengikutinya tanpa berniat menyamakan langkah mereka sambil menggerutu.
"Ganteng darimananya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
how to (stop) falling love with you? | cyj x cyn ✅️
Fiksi Penggemar(Selesai) ______ 2022 by sweetjjie