empat puluh tujuh

111 23 0
                                    

        "Kenapa sih muka lo nyebelin bangettttt? Padahal gue jarang ngajak lo hang out!"

         Yuqi berseru sebal kepada sepupunya itu. Ia kemudian mengomel, "Jarang-jarang suami gue ada di rumah jagain anak gue supaya gue bisa pergi kayak gini lohhhh!"

       "Emangnya muka gue kenapa sih? Kayaknya akhir-akhir ini orang tuh sentimen banget sama muka gue?"

        "Muka lo tuh cemberut mulu. Kadang lo juga sering ngelamun kayak banyak masalah."

       "Gue nggak punya masalah,"

        "Peres abis! Lo tuh kayak ibu-ibu yang baru aja menopause tahu nggak? Kelihatannya gloomy, galau, pundung, sedih."

          Masa sih gue mau menopause?

         Yena membasahi bibirnya yang mendadak kering. Ia pun mengusap lehernya yang berkeringat saat Yuqi menghela napas panjang.

         "Beneran nih nggak mau cerita sama gue?"

          "Tanda-tanda menopause tuh apa sih?"

          "Yena!"

           "Nggak jadi. Gue pulang aja, kayaknya gue sakit deh. Sorry ya ngerusak mood lo hari ini. Bye, Ugi!" Cerocos Yena yang sudah berlari pergi meninggalkan Yuqi yang mencak-mencak di tempatnya.

           Terhitung beberapa minggu sejak kejadian di malam tahun baru, Yena menghindari Yeonjun mati-matian. Ia bahkan sampai stres memikirkannya. Kadang, ia terbangun tengah malam dan tidak bisa tidur sampai pagi. Suasana hatinya pun sering berubah-ubah secara ekstrem.

       Kata-kata Yuqi barusan membuat Yena memikirkan alasan dibalik perubahannya akhir-akhir ini, termasuk siklus haidnya yang terlambat. Sepanjang perjalanan pulang menuju apartemennya di dalam taksi, Yena terus membaca semua informasi tentang menopause di ponselnya dengan cemas.

       Yena tidak terlalu memedulikan sekitar. Ia bahkan bisa berjalan menuju apartemennya dengan benar tanpa mengangkat kepala dari layar ponselnya.

      Satu-satunya yang tidak ia pikirkan adalah kehadiran lelaki yang mati-matian ia jauhi selama beberapa minggu terakhir dengan berbagai macam alasan. Yeonjun berdiri di depan pintu apartemannya, sudah menunggunya entah sejak kapan, dan Yena tahu ia tidak bisa menghindarinya lagi sekarang.

      "Sampai kapan lo mau menghindari gue?"

       "Emangnya itu masih penting? Bukannya lo berniat pergi setelah malam itu?"

       "Lo pikir gue bakal pergi gitu aja setelah kejadian itu?"

        "It's just sex. It's for nothing. Kita cuma sama-sama terbawa suasana, dan itu bukan salah lo sepenuhnya. Even tho it's my first time, lo nggak perlu merasa harus bertanggung jawab untuk itu,"

       "Are you kidding me?"

       Yena mundur selangkah ketika Yeonjun maju mendekatinya. Bukan karena ia merasa terintimidasi, melainkan karena ia mual dengan aroma lelaki itu.

      "Yeonjun, stop,"

      "If it's just sex and nothing like you said before, why have you been avoiding me for the last few weeks?"

     Yena menutup mulutnya dan mendorong bahu Yeonjun. Ia buru-buru menempelkan kartu akses apartemennya dan masuk mengincar kamar mandi sebelum memuntahkan isi perutnya yang bahkan belum terisi apapun selain air hari ini.

      Yeonjun dengan panik mengikuti di belakangnya, lalu dengan cekatan ia memijat tengkuk Yena sampai perempuan itu terduduk dan mengibaskan tangan mengusirnya. "Minggir! I'm sick of your smell!"

how to (stop) falling love with you? | cyj x cyn ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang