dua belas

125 29 5
                                    

NOW
______

"Lo punya waktu 15 menit sebelum pergi dari sini." Yeonjun mengulang kata-kata yang ia dengar tadi pagi dan Yena spontan menyembunyikan kertas yang dipegangnya. Yeonjun mengerutkan alis. "Itu apaan?"

"Bukan apa-apa."

"Heh."

"Apaan hah-heh-hah-heh?" Sungut Yena yang kemudian membuka tasnya untuk memasukan kertas itu. Tapi tangan Yeonjun dengan segera merampasnya. Tabiat menyebalkan, Yena memukul kepala Yeonjun untuk itu.

Tapi meskipun mengerang kesakitan, Yeonjun tetap tidak melepaskan kertas di tangannya dan membaca dengan cepat.

"Lo mau liburan?"

Yena mendecak, "Sini balikin!"

"Ke Eropa? Dua minggu? Sama siapa?"

"Balikin nggak?!"

"Jawab dulu kenapa sih?" Sahut Yeonjun menahan kepala Yena dengan tangan yang lain. Meski begitu, kedua tangan Yena berusaha menggapai kepalanya untuk menjambak. Jadi Yeonjun memanjangkan lehernya agar tidak tergapai perempuan itu. "Lo mau pergi sama siapa?"

"NGGAK TAHU!" Semprot Yena dengan kesal. "Gue kena writter-block parah dan ketika gue sampai di kantor tadi gue tiba-tiba dapet kabar editor gue cuti karena suaminya minta dia fokus sama kandungannya! Mereka nyuruh gue liburan tapi gue nggak tahu mau liburan sama siapa!" Geramnya sebelum menjatuhkan wajah di atas meja.

Bahu Yena naik-turun dan napasnya terdengar berantakan. Yeonjun menoleh ke sekeliling untuk melemparkan tatapan permintaan maaf kepada para pelanggannya lalu meletakan kertas itu di meja.

"Abang lo emang kemana?"

"Ngapain dia cuti setengah bulan nemenin gue kalo punya keluarga yang harus dinafkahin?" Omel Yena yang kemudian mengangkat wajahnya sambil meremas rambutnya gusar bersamaan dengan Soobin yang mendekat membawakan sepiring tiramisu dan chocolate lava ke meja mereka. "Liburan aja sama Bang Yeonjun."

Yena mendecak, ia mencomot satu chocolate lava yang panas itu dan memasukannya ke dalam mulut sebelum berkomentar sengit. "Liburan sama orang galau? Sorry deh, mending gue pergi sendirian daripada makin tambah stres."

"Heh, maksud lo apaan?!" Protes Yeonjun tidak terima. Ia kemudian beralih menatap Soobin minta pembelaan. "Emang liburan sama gue bikin stres, Bin?"

Soobin mendekap nampan tersebut dan menyahut dengan tampang sok bijak. "Nggak bisa dipungkiri, alasan lo cukup masuk akal. Tapi liburan sendirian di negara orang tuh pressure-nya tinggi banget tahu, apalagi lo nggak jago-jago amat bahasa inggris."

Yena merutuk ketika Yeonjun terbahak puas. Ekspresi mereka berdua selalu berbanding terbalik dari ketika Soobin memulai kalimat sampai ketika mengakhirinya.

"Bang Yeonjun di sini juga cuma jaga kasir, peran pentingnya di sini semata-mata cuma karena dia pemilik Ce & Coffee aja. Kalau misalnya dia nggak ada selama satu bulan pun, Ce & Coffee nggak bakal langsung bangkrut karena ada gue di sini."

"Perasaan gua aja atau dari tadi lo emang sengaja nge-roasting gua?" Semprot Yeonjun yang dibalas senyum manis oleh Soobin. "Bener kan?"

"Nggak." Yeonjun menggeleng. "Gue nggak mau liburan berdua sama nenek lampir."

"Dari awal, gue juga nggak mau liburan sama lu!" Sahut Yena sama ngototnya. Keduanya kini cuma bersungut-sungut dan Soobin menyempatkan diri buat menyeletuk. "Kalo gitu gue aja yang nemenin lo, Kak. Boleh nggak?"

"NGGAK BOLEH!" Seru Yeonjun tanpa dipikir ulang. "Ngapain lo ikut-ikutan?!"

"Gue nggak masalah kalo ditemenin sama Soobin." Respon Yena berbanding terbalik. Yeonjun menggeram, ia mengambil tisu dan menahan jidat perempuan itu sebelum mengusap bibirnya yang belepotan cokelat. "Nggak bisa! Tugas dia banyak di sini!"

"Kenapa? Karyawan lo ada banyak, kalo Soobin ikut gue kayaknya nggak ngaruh amat-amat deh." Oceh Yena yang dibalas anggukan semangat Soobin. "Iya, asal lo kasih izin, gue bisa pergi. Siapa tahu gue dapet jodoh pulang dari Erop—"

"Nggak!"

"Kenapa?!"

Yena menyentak kepalanya dengan kesal. Ia menatap Yeonjun tak percaya sementara Soobin menahan seringaiannya dibalik nampan ketika Yeonjun kembali buka suara dengan julid. "Karena kalo lo sama Soobin dilepas berdua di Eropa, kalian berdua mustahil bisa balik lagi!"

"Kok gitu?!"

"Bahasa Inggrisnya dia lebih jelek dari lu!" Semprot Yeonjun penuh nafsu. Yena melotot dan melemparkan tatapan horor kepada Soobin yang membuat lelaki itu menendang kursi Yeonjun kesal. "Seenggaknya gue adalah lelaki sejati yang mentalnya sekuat baja!"

"Lu pikir gue nggak?!"

"Nggak. Lu terlalu bocil-bocil-bocil-bocil!" Sahut Soobin yang langsung berbalik pergi meninggalkan meja mereka sambil bersungut-sungut.

Yena menginjak kaki Yeonjun karena itu dan membuat lelaki itu mengerang.

"Apa?!"

"Balasan karena lo udah bikin Soobin sama gue malu di Ce & Coffee hari ini." Balas Yena dongkol. Perempuan itu kemudian menandaskan cepat kue-kuenya dan bersiap pergi dengan mulut yang penuh cokelat kalau Yeonjun tidak sigap menahan lengannya. "Mulut lo masih belepotan cokelat! Duduk dulu, telen dulu!"

Yeonjun mendesah pelan, ia kembali mengambil tisu dan Yena tampak trauma sehingga ia menarik kepalanya menjauh dari Yeonjun.

"Hwe bwisa swendiri!"

Yeonjun mengabaikan kata-kata Yena. Karena detik selanjutnya, ia sudah berdiri di sebelah perempuan itu untuk meraih lehernya dan menahannya supaya diam. Tentu saja, hal itu tidak berlangsung lancar namun sangat sengit. Yena selalu memberontak dan menghindari tangan Yeonjun, tapi karena Yeonjun lebih kuat ia tetap dapat menyeka noda cokelat di wajah perempuan itu. Hanya saja, gerakannya kali ini jauh terasa lebih lembut dan berperasaan sehingga lambat-laun, aksi Yena pun melunak.

"Lo beneran nggak mau liburan sama gue?" Tanya Yeonjun sambil menahan dagu Yena untuk memastikan apakah masih ada noda cokelat di sekitar bibir perempuan itu sebelum menggunakan ibu jarinya mengusap sudut bibir Yena menyeka noda cokelat di sana. Pikiran Yeonjun nyaris melayang andai Yena tidak menarik tangannya menyadarkan dan bertanya bingung. "Maksudnya lo mau nemenin gue?"

"Nggak."

"Ya udah."

"Maksud gue adalah kalo lo nggak mau gue temenin, gimana bisa gue nemenin lo?" Tukas Yeonjun dengan cepat sebelum lelaki itu menjauhkan diri dan berdeham. "Nevermind."

Yeonjun mengumpulkan sampah tisu yang berada di meja seolah ia tidak mengatakan apapun kepada Yena sementara perempuan itu menatapnya dengan tatapan yang tidak dapat diartikan.

"Yeonjun."

"Gue bilang nggak usah dipikirin."

"Ayo ikut gue liburan ke Eropa, dua minggu aja." Ajak Yena tidak bercanda. Ia menunggu balasan, namun Yeonjun cuma bergeming di hadapannya, jadi sebelum ia merasa semakin malu, Yena segera bangkit dari duduknya dan menyahut. "Nggak jad—"

"Ayo. Kita mau mulai darimana?" Potong Yeonjun menahan lengan Yena cekatan dengan perasaan asing yang ia tahan sebelum kembali mengganggu dalam dadanya.

Ya. Selalu seperti itu.

Bahkan setelah bertahun-tahun berlalu, Yeonjun tidak pernah membiarkan perasaan itu muncul terlalu lama.

Karena sampai kapanpun ia tidak bisa menguraikannya. Tidak akan pernah bisa.

how to (stop) falling love with you? | cyj x cyn ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang