sepuluh

109 27 1
                                    

"Lo nguping kan?"

Yena menodong Yeonjun sepulang mereka dari tempat Jaebi dan lelaki jangkung itu terus saja mengelak. "Kaga. Gue baru dateng waktu nginjek balon, gue aja baru ngeliat lu sama Hyunjin di balkon!" Dustanya sambil menggaruk kuping.

"Bohong!"

"Tahu darimana gue bohong?!" Sergah Yeonjun tidak terima dan kupingnya jadi memerah ketika Yena mencontohkan apa yang dia lakukan tadi dengan wajah menyebalkannya, perempuan itu sedang menggaruk daun telinganya sekarang.

"Lo ngelakuin ini." Katanya dan Yeonjun masih mengeyel. "Dih, apa hubungannya sama garuk kuping?"

"Waktu kecil lo pernah minjem sendal gue terus nginjak tai kucing tapi nggak ngaku! Lo ngeles sambil garuk-garuk kayak gini!" Geram Yena yang dibalas Yeonjun sambil memutar kedua bola matanya. Lelaki itu berbalik dan berjalan lebih dulu. "Intinya gue nggak nguping."

"Yeonjun!"

Oh, Yeonjun bahkan sudah menutup kupingnya dengan kekanakan sekarang. Yena melengos sebal, ia membiarkan saja lelaki itu masuk ke lift dan mereka berhadapan sekarang.

"Ayo cepetan! Mau masuk apa nggak?"

Yena melangkah malas mengikuti lelaki itu. Pada akhirnya, ia bersender pada sudut kiri lift sementara Yeonjun di sudut lainnya.

"Lo pernah dilabrak nggak sama cewek orang?" Celetuk Yeonjun tiba-tiba. Yena mendengus, "Males ngobrol sama tukang bohong."

Tangan Yeonjun terulur menarik pipi gembul perempuan itu dan ia mengejek. "Lebay!"

Yena menabok tangan lelaki itu protes bersamaan dengan pintu lift yang terbuka. Keduanya berjalan keluar dengan kedua tangan yang kini berada di dalam kantung hoodie bersamaan.

"Untungnya nggak pernah." Jawab Yena seadanya. "Padahal lo sedekat itu sama cowok mereka?"

"Orang luar yang suka nyinyir biasanya memang suka mikir kayak gitu." Sahut Yena sinis. Yeonjun merapatkan bibir dengan kedua alis tertukik tersinggung. "Mereka sering ngelakuin kontak fisik sama lo. Aneh banget kalo pacarnya nggak cemburu."

"Gue bukan cewek centil yang suka godain cowok orang."

"Gue nggak ngomongin elu. Gue ngomongin cowok-cowok itu."

"But you make it sound like we're flirting with each other." Sahut Yena sambil menendang kaki Yeonjun dari samping cukup keras. "I think there is a difference between a friend who is just a friend or someone who is flirty with someone who already has a girlfriend. Tapi sayangnya lo nggak bisa bedain itu ya?"

"Gue cuma membagikan sudut pandang gue sebagai lelaki normal yang ngerasa risih lihat cowok yang udah punya pacar tapi masih deket-deket sama cewek lain." Ucap Yeonjun membela diri. Yena cuma menggerutu sambil merogoh saku celananya mencari ponselnya yang sedang bergetar sementara Yeonjun mengangkat alis ketika kata pertama yang keluar dari mulut Yena langsung menarik perhatiannya.

"Kenapa, Chan?"

Haechan? Batin Yeonjun yang langsung menajamkan telinga, namun suara Yena semakin menjauh dan ketika lelaki itu menoleh, Yena sudah berlari kecil menuju lift tanpa mengatakan apa-apa kepadanya.

Yeonjun menatap punggung perempuan itu diiringi perasaan asing yang mengganggunya dan semakin lama dipikirkan, hal itu benar-benar sangat mengganggunya.

Terus kalo saling suka kenapa denial? Kalo dia nembak lo lagi, terima aja.

Kalo putus gimana?

"Kak Yeonjun!"

Yeonjun mengerjap, ia menyadarkan diri dari lamunannya ketika seseorang muncul dari tempat Yena menghilang seperti sebuah halusinasi. "Yeji?"

"Hai." Yeji menyapa sambil menunjukan dua paperbag di tangannya sambil berjalan mendekat. "Ini bingkisannya ketinggalan,"

"Oh?" Yeonjun maju mengambil alih paperbag yang disodorkan tersebut lalu bertanya. "Kok dua?"

"Yang satu lagi buat Kak Yena. Tadi gue ketemu di lift, dan katanya minta titipin ke Kak Yeonjun aja sekalian karena ada urusan sama Haechan." Ujar Yeji yang Yeonjun sadari merupakan kalimat terpanjang yang pernah ia dengar dari perempuan itu.

Bukan masalah. Yeonjun sangat menyukai suaranya.

"Lo kenal sama Haechan?"

"Eh?" Yeji mengerjap karena ia melupakan fakta lelaki itu baru pindah ke tempat ini kurang dari dua minggu yang lalu. "Iya, kenal. Dia temen sekelas gue di sekolah, dan tinggal di gedung seberang juga."

"Dia sama Yena deket?" Tanya Yeonjun berusaha memutar otak mencari topik pembicaraan dan sepertinya hal itu cukup berhasil. Yeji menjawab pertanyaannya dan tidak langsung pergi. "Anu, udah jadi rahasia umum kalo Haechan suka banget sama Kak Yena. Mereka memang deket dari dulu dan sebenarnya jauh lebih deket sebelum Haechan nembak Kak Yena."

Kalo putus gimana?

Yeonjun berdeham dan mengusir pikiran itu ketika Yeji mengangkat kedua alisnya sebelum memberanikan diri bertanya. "Maaf, Kak, kalau lancang. Tapi lo suka sama Kak Yena ya?"

"Hah?"

"Eh, aduh, nggak usah dijawab juga nggak pa-pa kok, Kak. Gue cuma ngewakilin anak-anak yang kemarin penasaran sama hubungan kalian. Gue pergi dulu ya, sekali lagi maaf, Kak." Cerocos Yeji yang langsung berbalik badan dan bersiap kabur namun Yeonjun mencekal tangannya lebih cepat daripada yang diniatkan. "Eh?"

Yeonjun melotot, ia lalu melepas tangannya dan berteriak. "EH MAAF." serunya yang langsung mengambil langkah mundur dengan panik.

"Maaf! Maaf! Gue sama Yena cuma temenan! Demi Tuhan!"

Yeji terdiam sementara Yeonjun sudah kabur sambil berteriak. "Tolong sampein juga terima kasih gue sama Kak Jaebi dan Kak Seulgi! Makasih Yeji! Duluan, Yeji!"

Perempuan itu mengerjap bingung, lalu detik selanjutnya ia sudah tertawa geli menertawakan kelakuan aneh lelaki itu.

how to (stop) falling love with you? | cyj x cyn ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang