satu

158 32 1
                                    

NOW

______

"Bisa nggak lo berhenti masang tampang nyebelin kayak gitu dari tadi?"

Yena menyentak ketika otaknya terasa buntu dan tidak dapat menulis satu baris pun untuk mengawali naskahnya karena Yeonjun terus memasang wajah memelas yang menyedihkan yang sangat mengganggunya sejak tadi. Yena mengambil sesendok besar chocolate mousse miliknya dan menyuapnya dengan kesal sementara Yeonjun menarik selembar tisu dan menyeka mulut perempuan itu yang belepotan.

"Gue putus sama Yeji."

"Jun, please, deh. Gue denger dan gue inget. Lo udah bilang itu berkali-kali. Tapi lo mungkin lupa kalo setiap kali putus kalian tetap bakal balikan lagi." Sahut Yena yang mengambil alih tisu tersebut dan mengelapnya brutal. Yeonjun menempelkan pipinya di meja dengan loyo. "Gue ngerasa kali ini nggak bakal."

"Nggak usah lebay. Waktu kalian putus buat yang kelima kalinya karena nggak tahan LDR, lo juga bilang gitu tapi kalian juga balikan."

"Dia berubah. Gue ngerasa dia berubah sejak deket sama temen kantornya, namanya Seungmin." Sahut Yeonjun dengan sungguh-sungguh.

"Eiiii, apa kita bakal balik ngebahas sikap cemburuan lo juga sekarang?" Balas Yena yang membuat Yeonjun mengerang. "Gue cemburuan, gue akui itu. Tapi bukannya itu wajar? Gue nggak suka cewek gue deket sama cowok lain dan dia juga nggak suka gue terlalu deket—" Yeonjun menghentikan kata-katanya dan walau begitu, Yena tetap mengerti itu ditujukan kepada dirinya.

Hubungan mereka memang sempat renggang beberapa tahun yang lalu dan membuatnya sedih, namun sekarang Yena memilih untuk tidak terlalu ambil pusing. Toh, hal itu memang sudah masuk ke dalam prediksinya—suatu hari nanti akan ada waktunya di mana pacar teman lelakinya tidak menyukai dirinya.

Yena menarik napas dan memutar kepala. "Lo harus hati-hati, kali aja mata-matanya Yeji ada di sini ngelihat kita dan melapor."

"Yena." Yeonjun mencelos dan ia kembali mengubur wajahnya. Ia bernapas dengan teratur sementara Yena menyeruput Strawberry Smoothiesnya dengan kalem. "You need to wake up."

"Lo pikir gue beneran tidur?"

"Maksudnya, lo harus bangun dari mimpi lo yang berpikir Yeji bisa lo atur seperti boneka. You're only human, Jun. You can't control her, you just need to trust her. Fix your insecurities first." Ucap Yena mengeluarkan sedikit nasihat yang dia punya. Ia kini menatap lurus ke arah Yeonjun yang sedikit mengangkat kepalanya dan memberanikan diri melihat balik matanya. "Lo pikir gue nggak pernah mencoba? Setiap saat gue mencobanya, menahan ketakutan dia ninggalin gue tiba-tiba dengan alasan nggak ada masa depan dalam hubungan kita. That-damn-big-wall-between-us, gue nggak bisa menembusnya sementara cowok itu bisa. Mereka sama, sementara gue beda, Na."

"Why do you think so?"

Yeonjun kembali mengubur wajahnya tanpa melanjutkan eyel-eyelan mereka sementara Yena kini menarik napasnya. Ia melirik jam tangannya dan mulai membereskan barang-barangnya sehingga walaupun Yeonjun tidak bisa melihat, ia bisa merasakan pergerakan perempuan itu.

Ia juga merasakan jemari Yena yang mengacak rambutnya dan membuatnya lebih menyamankan diri diiringi perasaan asing yang seringkali ia abaikan itu hanya untuk sesaat.

"Gue pulang dulu ya, lo jangan kelamaan galau, kasihan pelanggan kafe lo yang dengerin lagu yang sama secara berulang-ulang."

Yeonjun diam saja sementara Yena benar-benar melangkah pergi meninggalkannya. Hal itu membuat Yeonjun merasa sedih, dan ia mengutuk patah hatinya yang membuat semua hal ini menjadi sangat menyedihkan.

Pada akhirnya, Yeonjun bangkit dari duduk dan melepas apron dari tubuhnya asal lalu berlari kecil menyusul perempuan itu tanpa memedulikan tatapan melotot Soobin atau para pelanggannya yang berakhir lega dan mengutarakan perasaan mereka untuk mengganti lagu tersebut dengan segera.

"Anterin gue ke mana aja." Sahut Yeonjun menghadang jalan perempuan itu. "Terserah kemana aja."

"Please," Ucap Yeonjun saat Yena melewatinya begitu saja. "I just wanna go with you."

"Emangnya gue bilang nggak?" Sahut Yena yang membuat Yeonjun langsung berbalik dengan senyum tipis di wajahnya. "Kita mau kemana?"

"Kata lo terserah." Yena menyikut Yeonjun yang berdiri terlalu dekat dengannya lalu berjalan menuju mobilnya dan bersiap menjambak lelaki itu karena terus menempel dengan menyebalkan seperti parasit. "Lo mau gue pukul?!"

"Kita mau kemana? Kita mau kemana?" Ulang Yeonjun dengan antusias dan ia membuka pintu penumpang di depan dan memasang sabuk pengaman seperti anak yang penurut sementara Yena mendecak dengan kesal.

Mungkin, ia mulai menyesali pilihannya untuk menghibur lelaki itu.

"Ke pantai? Ke gunung? Ke mana kita? Mau kemana kita?"

Oh, Yena sangat-sangat menyesalinya sekarang.

how to (stop) falling love with you? | cyj x cyn ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang